Oktoberfest

Beberapa saat yang lalu aku melihat kemeriahan acara pembukaan Oktoberfest 2010 pada tanggal 18 September yang lalu di Muenchen melalui TV. Aku menjadi teringat, 22 tahun lalu di tahun 1988, sempat melihat kemeriahan acara Oktoberfest 1988 tersebut. Saat itu aku bersama 7 orang rekan lainnya ditugaskan perusahaan untuk mengikuti training tentang Database Sentral Telex type EDX-C yang akan dipasang di Indonesia, yang di adakan di Siemens Training Center, Muenchen, Jerman Barat (saat itu Jerman masih terbagi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur)

Acara Oktoberfest itu sendiri merupakan acara atau festival tahunan yang bersifat internasional dan diadakan di kota Muenchen, yang dimulai setiap akhir September sampai awal Oktober (dua mingguan). Oktoberfest ini di pusatkan di Theresienwiese atau lebih dikenal dengan sebutan "d'Wiesn". Di acara Oktoberfest ini, acara utamanya adalah Pesta minum Bir dan jangan heran bila minum bir disini gelas yang digunakan besar-besar yang ukurannya diatas 1 liter.

Sebagai trainer di Siemens Training Center, dan kebetulan menjelang selesainya acara trainiing,kami di undang resmi oleh Siemens untuk menghadiri acara Pesta Bir tersebut. Peserta yang ikut serta selain dari Indonesia, ada satu orang dari New Zealand dan satu orang dari Peru. Dengan didampingi oleh instruktur dari Siemens,kami masuk kedalam tenda besar yang disebut Bierzielt yang mampu menampung ribuan orang dan kami mencoba untuk minum Bir yang saat itu khususnya peserta dari Indonesia yang bukan peminum bir merupakan masalah besar ketika kami harus minum bir dalam gelas ukuran 1,5 liter. Tapi dengan berbagai macam cara tanpa harus menyinggung yang mengundang kami, Bir dalam gelas berkurang isinya tanpa kami harus meminumnya. Tapi ada satu orang rekan yang nekad mencoba minum sampai habis yang akhirnya berdampak ketika pulang ke apartemen dia ketiduran di dalam U-Bahn (kereta api bawah tanah) sampai terbawa ke pemberhentian terakhir karena nyenyak sekali tidurnya.

Selain acara minum bir ini, aku juga sempat melihat karnaval yang dadakan dengan berjalan mengelilingi kota Muenchen. Menarik sekali karnaval ini karena bisa melihat pakaian yang dikenakan khas Bavaria baik yang dikenakan oleh pria atau wanitanya. Banyak atraksi yang ditampilkan dari musik sampai perlatan kuno dibawa mereka dan ditampilkan dalam karnaval tersebut. Mungkin acara Oktoberfest 2010 yang diadakan sekarang jauh lebih meriah daripada Oktoberfest tahun 1988 yang lalu karena perkembangan budaya dan lain sebaginya pasti mempengaruhi aktivitas tersebut. Sekarang hanya bisa bermimpi saja, kapan bisa melihat Oktoberfest lagi di Muenchen. Yang jelas, aku membawa kenangan berupa Gelas besar cinderamata dari Siemens sebagai kenang-kenangan Oktoberfest 1988.
Selengkapnya...

Call Bodong

Ketika aku bertugas di Bagian Business Performance, hobby-ku yang suka mengutak-atik data semenjak masih di Dinas Jaringan menjadi tersalurkan sekali. Untuk mengetahui Performansi secara menyeluruh aku di bantu dan di support oleh seorang Asman yang pengalamannya sangat bisa diandalkan. Namun terkadang, suatu permasalahan bisa atau bahkan harus dilihat dari sudut pandang yang lain atau yang "tidak biasa" dilakukan.

Nah, terkait dengan judul diatas, aku awali saat itu dari hasil Rapat pembahasan performansi, aku tergelitik untuk mengetahui lebih mendalam mengapa satu target tertentu dari satu unit kerja tertentu (tidak perlu aku sebutkan nama unit kerjanya) tidak tercapai padahal hasil ini juga diperlukan oleh unit kerja lain dan hasil akhirnya adalah peningkatan pendapatan (revenue). Padahal disisi lain dilaporkan, upaya untuk mencapai target tersebut sudah dilakukan secara maksimal antara lain melalui pengiriman surat dan juga dilakukan melalui telepon yang dilaksanakan oleh satu unit kecil yang biasa menghubungi pelanggan.

Berangkat dari informasi tersebut aku mencoba melihat proses yang dilakukan berdasarkan data dari Sistim Informasi Data Elektronik yang kita gunakan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa produktivitas call yang dilakukan petugas sangat tinggi angka keberhasilannya. Tetapi mengapa hasil akhir nya tetap tidak sesuai dengan target yang akan dicapai. Selanjutnya aku mulai melihat lebih mendalam dengan melihat data call yang dilakukan secara individu oleh petugas ybs.

Disinilah aku melihat banyak kejanggalan yang terjadi, banyak call yang dinyatakan berhasil dalam dua digit detik, bahkan ada yang satu digit detik. Berangkat dari data ini aku mencoba melakukan simulasi call sendiri mulai dari melakukan dial, lalu menunggu dengan mendengarkan nada panggil, telepon diangkat penerima, bicara dan menutup telepon kembali, aku menghitung total waktu yang aku gunakan melakukan aktivitas ini mencapai tiga digit detik. Selanjutnya aku mencoba berkoordinasi dengan Penanggung Jawab Petugas call dan mendapat informasi bahwa dalam menyampaikan pesan yang harus disampaikan diperlukan waktu x menit atau kalau ditranslasikan ke detik akan menjadi tiga digit detik.

Akhirnya ketahuan juga bahwa banyak call yag dilakukan petugas call adalah "Call Bodong" alias call semu yang belum tentu berhasil tapi dinyatakan berhasil. Atas dasar hasil penelitian ini selanjutnya dilakukan pengawasan yang lebih baik terhadap petugas call oleh unit kerja terkait dan monitoring hasil call juga diperhatikan secara detail dan hasil akhirnya apa yang diharapkan bisa dicapai.
Selengkapnya...

Mempersiapkan LC Data

Pada masa sekitar tahun 1970-an ketika Telex masih menjadi andalan dalam pengiriman dan penerimaan berita baik untuk perorangan maupun perusahaan, termasuk dalam pengiriman dan penerimaan Telegram, berdampak pada Traffic Telex yang cukup tinggi yang antara lain disebabkan karena pendudukan Selector (saat Sentral Telex masih menggunakan Sentral TW-39 yang masih menggunakan Teknology Step-By-Step) dan Trunk yang tersedia.

Hal ini berdampak pada saat akan melakukan panggilan, setelah menekan tombol Start sebelum memulai memutar nomor yang dipilih ataupun sesudah selesai memutar nomor yang dituju akan mendapat jawaban NC yang berarti No Circuit. Untuk pengguna jasa Telex yang traffic nya tinggi, kondisi ini menyebabkan "kerugian" yang cukup besar karena tidak bisa menyampaikan Informasi atau Data yang diperlukan sesuai dengan waktu yang diharapkan.

Saat aku masih bertugas di Kandatex Palembang di sekitar tahun 1974 - 1975, ada dua perusahaan besar saat itu yang traffic telex nya tinggi sekali, yaitu PT PUSRI yang menggunakan Telex untuk komunikasi antara Pabrik yang ada di Palembang dengan Kantor Pusatnya yang berada di Jakarta dan satu lagi adalah PT Pertamina yang menghubungkan daerah produksinya di Plaju dan Sungai Gerong ke Kantor Pusat Pertamina di Jakarta.

Untuk mengatasi traffic-jam yang terjadi dengan keterbatasan sarana saat itu, operator telex Pusri biasanya sudah melakukan call mulai jam 7 pagi dan di "hold" sampai dengan jam 12 (saat jam istirahat) lalu sejak jam 13 melakukan call lagi dan di hold sampai jam 17 atau sampai habisnya berita yang akan dikirim atau diterima. Hal ini tentunya untuk pelanggan menjadi kendala dengan adanya "Beban Tagihan" pemakaian Telex yang besar akibat pendudukan sirkit telex yang ada dalam waktu yang lama (Holding Time nya tinggi). Dampak dari hal ini, untuk solusinya akhirnya dilipih penggunaan Leased Channel Telex (LC Telex) antara Pabrik Pusri di Palembang dengan Kantor Pusat nya di Jakarta.

Penyiapan LC Data untuk Telex saat itu tidak lah semudah seperti sekarang, khususnya dalam hal penyediaan jaringan phisik antara pelanggan sampai ke Kantor Telegrap yang ada. Untuk Jaringan Telex & LC Data memiliki kriteria khusus antara lain Redaman Saluran, Tahanan Isolasi, Tahanan kawat a dan b termasuk Distorsi saluran harus semua sesuai standard yang ditentukan apalagi saat itu Kabel kertas masih digunakan sehingga paling tidak cukup "mempersulit" dalam mencari jaringan yang baik dan sesuai untuk digunakan LC Data.

Saat itu biasanya, kita mengadakan pengukuran sendiri jaringan phisik yang di alokasikan untuk LC Data. Dengan bersenjatakan alat ukur "Megger" (merk alat ukur yang salah kaprah jadi nama alat ukur) kita mengadakan pengukuran dari MDF mini Kantor Telex menuju MDF Kantor Telepon lalu menuju ke arah Pelanggan. Hal ini yang membuat "lama" nya waktu untuk penyiapan dan penyediaan saluran untuk LC Data karena terkadang saluran yang sudah di alokasikan harus diganti berulang kali karena tidak memenuhi persyaratan teknis yang diminta. Bahkan bukan tidak mungkin, penyiapan jaringan menjadi terkendala ketika tidak ada jaringan yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta sehingga "terpaksa" harus menunggu perbaikan saluran dari rekan-rekan jaringan telepon saat itu. Ada satu keuntungan psikologis saat itu, karena Jaringan Telex atau Data merupakan Prioritas Utama baik dalam penyediaan maupun perbaikan maka penyiapan jaringan untuk LC Data biasanya mendapatkan dukungan dan bantuan Penuh dari rekan-rekan di Dinas Luar Kandapon (sebutan untuk Dinas Jaringan saat itu).

Bila jaringan end-to-end sudah selesai disiapkan bukan berarti pekerjaan selesai, tugas selanjutnya memberitahu Seksi Data di Subdin Telegrap DINTEKTRAGRAP Jakarta (bayangkan, saat itu untuk menangani Data di seluruh Indonesia hanya ditangani oleh unit kerja setingkat Seksi) untuk mengadakan pengukuran selanjutnya dengan menggunakan alat ukur yang lebih lengkap. Apabila hasil ukurnya sudah memenuhi standard dan setelah rekan-rekan dari Seksi Data memberikan persetujuan kualitas jaringan, barulah LC Data tersebut bisa digunakan dan siap untuk dioperasikan.

Mungkin kalau dipandang dengan sudut pandang saat ini, proses yang dijalankan diatas sangat merepotkan dan rumit, tapi memang begitulah prosedur kerja yag harus dilakukan saat itu khususnya dalam hal penyediaan dan penyiapan jaringan untuk LC Data yang pernah aku alami saat masih bertugas di Kandatex Palembang.
Selengkapnya...

Telegram Indah

Disaat suasana Lebaran seperti saat ini, sebagai mantan insan telekomunikasi dimasa lalu, tentunya akan teringat dengan adanya "Telegram Indah" yang digunakan oleh Masyarakat untuk menyampaikan ucapan selamat lebaran kepada sanak-saudara atau rekan-rekan sejawatnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa melaksanakan mudik pulang ke kampung halamannya masing-masing.

Selain dalam rangka menyambut Lebaran, biasanya Telegram Indah juga disediakan pada saat menyambut datangnya Natal & Tahun Baru. Ada juga Telegram Indah yang disediakan untuk memberikan Ucapan Selamat baik untuk Ulang Tahun, Pernikahan dan lainnya. Pada masa nya, Telegram Indah ini sangat diminati masyarakat karena tarifnya murah dan penyampaiannya juga relatif cepat.

Sebagai petugas Teknik, apabila tiba saatnya untuk menyiapkan fasilitas Telegram Indah aku mempersiapkan nomor-nomor yang akan digunakan untuk penambahan fasilitas eksisting yang sudah ada (karena aku kebetulan petugas Sentral Telex). Biasanya menambah nomor untuk Gentex Khusus Kirim maupun untuk Khusus Terima atau mempersiapkan nomor baru untuk membedakan dengan penerimaan telegram biasa. Untuk yang khusus terima biasanya diberikan fasilitas hunting sesuai dengan traffic penerimaan yang pernah terjadi. Sedangkan untuk terminalnya, rekan lain mempersiapkan teleprinter cadangan untuk digunakan untuk pelaksanaan pengiriman dan penerimaan Telegram Indah tersebut.

Kini, Telegram Indah hanya tinggal kenangan termasuk Telegram Reguler, karena dengan perkembangan teknologi menjadikan Telegram tersisih karena "dikalahkan" dengan SMS atau Email atau media elektronik lainnya yang jauh lebih cepat baik dalam pengiriman maupun penerimaan beritanya.
Selengkapnya...

POSKO LEBARAN

Setiap Hari Raya Iedul Fitri atau Lebaran datang setiap tahun, aku jadi teringat di saat-saat ketika aku masih sebagai pelaksana dan selalu terlibat sebagai bagian dari petugas POSKO Lebaran. Apalagi ketika teknologi yang digunakan masih teknologi analog, dimana perangkat telekomunikasi harus ditunggu dan dijaga performansi nya setiap saat agar para pemakai jasa telekomunikasi tidak dirugikan dan tetap merasa nyaman menggunakan fasilitas yang diperlukan.

Sebagai Petugas dengan Korps Teknik, mau tidak mau harus selalu siap menghadapi kondisi dimana setiap saat diperlukan, tidak peduli siang, malam atau hari libur sekalipun. Saat itu memang belum dikenal istilah Posko Lebaran, hanya saja yang tidak libur atau cuti lebaran mau tidak mau akan kena jadwal shift kapan saja bisa dinas pagi, siang atau malam karena perangkat harus dalam kondisi siap digunakan. Memang yang paling enak disaat Sentral masih menggunakan Sentral Telex TW-39 yang masih menggunakan system step-by-step, dimana kalau hari libur hanya di jaga setengah hari dan selebihnya sentral bisa dimatikan dan ketika besok pagi nya masuk bekerja dihidupkan kembali.

Aku mencoba mengingat kembali (flash back) ketika aku masih sebagai pelaksana dan kena dinas dan bertugas di saat hari lebaran di tahun 70-an. Suasana di Kantor ya biasa-biasa saja, setelah selesai shalat Ied kita ber salam-salaman dengan sesama rekan yang bertugas saat itu. Umumnya yang banyak bertugas hanya rekan-rekan Operator Telegrap dan Petugas Pengantar Telegram atau selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Caraka Telegrap. Sebagai petugas teknik, aku bertugas hanya sendirian saja mengingat saat itu petugas teknik masih sedikit sekali dan dampaknya mau tidak mau kita harus mampu menguasai tentang pengoperasian dan pemeliharaan Sentral, Transmisi, Terminal Telegrap sampai dengan Catu Daya Telegrap. Sehingga apabila ada masalah, kita harus siap dan mampu menangani masalah secara mandiri, karena saat itu belum ada Handphone bahkan Telepon Rumah pun belum setiap karyawan memiliki telepon dirumahnya sehingga tidak bisa meminta bantuan kalau ada masalah emergency. Kalaupun ada masalah yang kritis biasanya kita lapor ke Kepala Dinas atau ke Kepala Kantor yang pasti ada telepon dinas dirumahnya dan sudah hal yang lumrah kalau pada saat kritis Kepala Kantor turun tangan membantu petugas yang dinas karena pada umumnya Kepala Kantor saat itu juga sama-sama dari Korps Teknik.

Kemudian ketika teknologi berubah, Posko Lebaran juga berubah mengikuti perkembangan. Kalau tadinya Posko petugasnya harus hadir di tempat tugas (Attended) secara perlahan kemudian petugas tidak perlu ada di tempat tugas (Not Attended). Apalagi ketika muncul adanya Handie Talkie (HT), kemudian ada Pager dan kemudian ada Handphone, Posko Lebaran nyaris tidak ditunggu ditempat tugas. Hanya beberapa orang saja yang ditugaskan Piket untuk mengkoordinir bila terjadi masalah dan selanjutnya di distribusikan ke Unit kerja terkait untuk menyelesaikannya.

Selengkapnya...

Kuncen STO Gambir

Pertama sekali aku bertugas di WITEL-IV Jakarta pada medio tahun 1985, aku ditugaskan oleh KADINTEKTRAGRAP (Kepala Dinas Teknik Transmisi & Telegrap) untuk bekerja di SUBDIN Telex yang saat itu lokasi kantornya ada di STO Gambir Jl. Merdeka Selatan Jakarta Pusat. Penugasan pertama sebagai staf KASI Sentral Telex Tandem, walaupun keahlianku ada di Sentral Telex Lokal. Saat itu Sentral Telex Tandem menggunakan type Sentral TWK-D2A dan untuk Sentral Telex Lokal nya menggunakan type Sentral TWK-9. Walaupun aku hanya bertugas selama sekitar 8 bulan di Seksi Sentral Telex Tandem, tapi disitulah aku mulai bekerja di STO Gambir.

Penugasan selanjutnya awal 1986, aku ditugaskan sebagai Kasubsi (Kepala Sub Seksi) Sentral Telex Lokal Jatinegara yang ber lokasi di STO Jatinegara-II atau lebih dikenal saat itu sebagai STO Prumpung yang sekarang menjadi Gedung Kandatel Jakarta Timur atau Divisi Access. Saat itu STO Jatinegara-II masih sepi karena hanya ada satu Gedung yang digunakan untuk Sentral Telepon, Sentral Telex & Perangkat Transmisi untuk HAS (Hubungan Antar Sentral) yang un-attended dan petugas Jaringan Akses. Aku bertugas di Sentral Telex Lokal Jatinegara sampai akhir tahun 1989.

Penugasan selanjutnya, aku mendapat Promosi Jabatan sebagai Kasi (Kepala Seksi) Multiplex Analog yang lokasinya ada di lantai 6 Gedung-B STO Gambir sehingga aku kembali bekerja di STO Gambir. Penugasan ini adalah penugasan yang terpendek, karena hanya sekitar 3 bulan aku sudah di mutasikan kembali ke Sentral Telex dan ditugaskan sebagai Kasi SPC-II yang berkantor di STO Gambir dan membawahi Sentral Telex Lokal Gambir, Sentral Telex Lokal Kota-II dan Sentral Telex Lokal Jatinegara. Saat itu Sentral Telex sudah menggunakan type Sentral Telex EDX-C.

Seiring dengan perubahan Struktur Organisasi di WITEL-IV saat itu pada tahun 1990 an, dimana Dinas-Dinas Teknik Pendukung seperti DINTEKTRAGRAP (Dinas Teknik Transmisi & Telegrap), DINTEKSENPON (Dinas Teknik Sentral Telepon), DINTEKJARHUB (Dinas Teknik Jaringan & Hubungan Antar Sentral) & DINTEKDAYA (Dinas Teknik Catu Daya) dilebur dan di integrasikan ke Dinas Teknik yang ada di KANDATEL saat itu. Aku ditugaskan masuk ke KANDATEL Jakarta Pusat dan penugasan pertama sebagai Kasi Sentral Telex di SENTEL (Sentral Telekomunikasi) Gambir yang selanjutnya seiring dengan re-organisasi baru masuk ke Dinas Teknik yang kemudian namanya berubah menjadi Dinas OPHAR-SENTRADAYA (Operasi & Pemeliharaan Sentral, Transmisi & Catudaya) KANDATEL Jakarta Pusat. Di Struktur Organisasi baru ini aku mendapat kepercayaan dan di promosikan sebagai Kasubdin (Kepala Sub Dinas) Transmisi yang selanjutnya sebutan ini berubah menjadi Asman (Asisten Manager) Transmisi sesuai dengan sebutan nama Organisasi baru dan berakhir menjadi Asman Transmisi karena re-organisasi baru pada akhir tahun 1997 dimana Dinas OPHAR SENTRADAYA di seluruh KANDATEL dilebur dan menjadi Unit Pengelola Network Regional (UPNR) dan aku ikut di mutasikan menjadi Kasubdin Dukungan Pelanggan pada Dinas Pelayanan Network Regional (DINYANNET) yang berlokasi kerja di Jl. Gatot Subroto.

Dari sekian banyak penugasan yang aku ceritakan diatas, aku memang banyak bekerja di lokasi STO Gambir dan karena banyak bertemu orang yang pernah bekerja di STO Gambir dan sudah di mutasikan kemana-mana atau rekan kerja lain yang sering bertemu dan mengetahui aku masih juga bekerja di STO Gambir maka muncul sebutan "Kuncen Gambir" sebagai sebutan ku diantara teman2 karena begitu lamanya aku bertugas dan bekerja di STO Gambir walaupun dengan berbagai macam penugasan yang telah aku laksanakan.
Selengkapnya...

Jadi "PR Swasta"

Ketika aku sedang menjalani Masa Persiapan Pensiun (MPP) aku mulai belajar untuk membuat Blog, maklum dengan waktu luang yang banyak dan keinginan untuk belajar untuk hal-hal yang baru masih sangat besar bahkan sampai dengan saat ini. Beberapa Blog sudah aku buat dan beberapa teman yang masih aktif bekerja mengetahui hal ini.

Dengan pengalamanku ini, ada seorang rekan meminta ku untuk membuat sebuah Blog yang bisa digunakan untuk menjembatani antara perusahaan dengan pelanggannya dan bisa juga menjadi media edukasi untuk produk-produk dari perusahaan. Berhubung rekanku saat itu mau melaksanakan Ibadah Haji maka berbekal dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada aku membuat Blog dengan nama : ConVAS South Jakarta.

Untuk kesempurnaan konten dari Blog ini aku banyak berkonsultasi dan berdiskusi dengan seseorang rekan kerja yang juga mantan GM ku ketika masih aktif dulu dan juga seorang Rektor dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota SMG yang kebetulan juga sebagai kakak misanku. Dan hasilnya, pelan tapi pasti, ternyata Blog ini menjadi terkenal dan dikenal oleh banyak orang termasuk para Blogger dari almamaterku. Banyak Blogger dari almamaterku terkecoh karena dikira sebagai yang membuat Blog, aku masih aktif sebagai karyawan ternyata setelah tahu kalau aku sudah pensiun mereka terkejut sendiri.

Aku menjadi sangat bangga ketika banyak Blogger-Blogger dari almamaterku di seluruh Indonesia minta untuk bisa di link ke ConVAS South Jakarta termasuk banyaknya teman Blogger lain baik dari Dalam Negeri dan Luar Negeri yang bertukar link sehingga pelan tapi pasti juga menambah banyak teman yang dikenal walau hanya melalui dunia maya. Bahkan ada beberapa Blogger di Luar Negeri yang bekerja sebagai TKI menjadikan ConVAS South Jakarta sebagai sumber informasi yang bisa dipercaya.

Namun dibalik Kebanggaan itu, berbalik menjadi suatu "IRONI" ketika aku mulai kesulitan untuk mendapatkan informasi yang terbaru, sehingga aku tidak bisa melanjutkan menulis. Maklum sebagai seorang Pensiunan aku harus mencari sendiri artikel-artikel yang up to date dan bisa dimuat di ConVAS South Jakarta. Padahal tanpa "mereka-mereka" sadari bahwa aku membawa Bendera KDJS dalam mengelola ConVAS South Jakarta ini, sehingga nama KDJS menjadi semakin banyak dikenal oleh masyarakat minimal para Blogger. Sehingga ketika aku menyerahkan pengelolaan Blog ini kepada rekan-rekan KDJS yang masih aktif untuk dilanjutkan akhirnya malah jadi terbengkalai dan stagnan sampai dengan saat ini.


Selengkapnya...

"Dikerjain" Operator Morse

Ketika aku mulai bekerja pada tahun 1974, pengiriman dan penerimaan berita dengan menggunakan Morse masih digunakan khususnya untuk berkomunikasi antara Palembang ke/dari Pangkal Pinang (Bangka), Tanjung Pandan (Belitung) & Kuala Tungkal (Jambi). Media transmisi yang digunakan saat itu menggunakan HF (High Frequency) sehingga bila ada masalah transmisi harus berkoordinasi dengan Stasiun Radio Pengirim atau Penerima yang lokasinya juga berlainan.

Nah, sebagai karyawan baru saat itu aku pernah "dikerjain" oleh seorang operator morse yang memang "jago" dalam mengirim atau menerima berita menggunakan morse. Saat itu aku bertugas "Dinas Siang" dan si operator rupanya tahu itu dan dia menghubungi aku via Telepon melaporkan bahwa alat "ketokan" morse yang dia gunakan tidak bisa digunakan untuk mengirim morse.

Sebagai petugas teknik dan sesuai dengan prosedur kerja, aku mulai menyusuri sirkit yang digunakan untuk mengirim morse. Aku menggunakan AVO meter untuk memeriksa semua titik-titik ukur sampai dengan terminal yang menuju kearah Stasiun Radio Pemancar. Selidik punya selidik, akhirnya diketahui bahwa Relay mekanik yang digunakan untuk memutus arus tidak bekerja dengan baik. Setelah aku selidiki lebih jauh ternyata "kontak relay" tersebut lengket karena " di lem" sehingga tidak bisa berfungsi seperti seharusnya. Setelah aku bersihkan secara hati-hati relay tersebut, akhirnya perangkat bisa normal kembali. Anehnya, pada saat aku menelusuri gangguan tersebut, si operator yang melaporkan adanya gangguan "menghilang" alias tidak ada ditempat.

Keesokan harinya aku laporkan kejadian ini kepada Kepala Seksi-ku, dan langsung beliau memanggil si operator dan menegur agar tidak mengulang kejadian tersebut. Ternyata dampak dari keisengan si operator terhadap-ku, pengiriman & penerimaan berita menjadi terlambat karena rupanya setelah perangkat normal si operator tidak melanjutkan tugasnya untuk mengirimkan dan menerima berita. Dengan sedikit "ancaman" akan melaporkan kepada yang berwajib dari Kepala Seksi ku bila terjadi lagi hal yang sama kepada "sang operator" karena yang dia lakukan "sadar atau tidak sadar" sudah merupakan tindakan "sabotase" selanjutnya si operator tidak berani lagi melakukan hal tersebut. Selanjutnya pengiriman & penerimaan berita menggunakan morse masih dipergunakan sampai dengan tahun 1976 dan setelah Satelit Palapa diluncurkan, komunikasi menggunakan morse dihentikan dan digantikan dengan Telex yang menggunakan media transmisi melalui SKSD Palapa.

Selengkapnya...

Tidur Sambil Berdiri di Bis Kota

Sejak aku pertama kali ditugaskan di Jakarta pada medio tahun 1985 sampai dengan medio tahun 2000, alat transportasi yang aku gunakan untuk ke Kantor dan pulang ke Rumah adalah Bis Kota. Sekian lama menggunakan Bis Kota meninggalkan berbagai macam kenangan, dari "dijailin" orang atau "menjailin" orang, melihat para pencopet beraksi bahkan aku pernah duduk disamping "Jegger" nya pencopet sehingga aku bisa melihat para pencopet yang "menyetorkan" hasil jarahannya sampai dengan tidur sambil berdiri di bis kota.

Awalnya, aku tidak sengaja tertidur sambil berdiri di bis kota karena kelelahan. Tetapi lama kelamaan aku mulai menikmati tidur sambil berdiri bahkan tanpa berpegangan pada besi yang disediakan di bis kota untuk penumpang yang berdiri. Tapi ada syaratnya untuk bisa tidur sambil berdiri tanpa berpegangan pada alat apapun, yaitu bis kota harus penuh sesak sehingga untuk bergerakpun kita sulit. Nah, kalau naik bis kota dengan kondisi seperti ini, sambil mendekap tas kerjaku, aku mulai memejamkan mata. Bila bis kota mengerem atau mempercepat jalannya, umumnya kita akan bergerak kedepan atau kebelakang, aku mengikuti saja gerakan itu tanpa takut terjatuh karena "tertahan" oleh penumpang lain (saking penuhnya).

Memang tidur dengan cara seperti ini tidak bisa lama, sebab penumpang kadang berkurang karena ada yang turun pada pemberhentian/halte berikutnya, tetapi "tidur nyenyak" selama beberapa menit sudah cukup untuk mengurangi atau menghilangkan rasa ngantuk dan rasa lelah.

Selengkapnya...

Menjadi Kepala Suku

Ketika tahun 1995 aku pindah rumah dan tinggal di BSD Area, Tangerang awalnya berangkat ke kantor dan pulang kerumah aku tetap menggunakan transportasi Bis Kota. Saat itu aku masih berugas di KDTJP dan lokasi kantor ku ada di Merdeka Selatan atau lebih dikenal dengan sebutan Gambir-1 atau Gambir saja.

Kemudian ada rekan kerjaku yang tahu kalau aku sudah pindah ke BSD, dia mengajak aku mencoba pulang dengan menggunakan Kereta Api. Nah, dari sinilah bermulanya aku menjadi "Kepala Suku". Walaupun tidak setiap hari aku bisa pulang tepat waktu , aku mulai menggunakan transportasi Kereta Api dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Serpong untuk pulang ke rumah. Rupanya sebagai "pendatang baru" penumpang Kereta Api (KRD = Kereta Rel Diesel) Tanah Abang - Serpong, diantara rekan-rekan lain dari KDTJP aku yang paling "senior" baik dari sisi usia mau jabatan. Saat itu aku masih sebagai Kasubdin Transmisi di KDTJP, sedangkan rekan-rekan lain ada yang dari unit kerja Catu Daya, Telegrap, Telepon Umum, Sentral dan juga Ibu-Ibu para operator dari Unit Kerja Penerangan Lokal (108) dan Telepon Antar daerah (100).

Awalnya aku hanya bergabung dengan rekan yang aku kenal, tetapi lama kelamaan kami berkumpul dalam satu kelompok "Geng Kereta Api" dari KDTJP dan karena aku yang paling senior, rekan-rekanku menyebut aku dengan sebutan "Kepala Suku". Sepanjang perjalanan, grup kami selalu paling ramai ber "ha-ha hi-hi", sehingga pelan-pelan "anggota geng" bertambah ada yang dari Pertamina, Bank BDN dan Pegawai Swasta lainnya. Kami semua cukup akrab satu dengan lainnya, walaupun kemudian geng ini bubar karena adanya mutasi dan sebagainya. Saat aku kemudian bertugas di KDTJS aku bertemu kembali dengan 2 orang mantan anggota "Geng Kereta Api" dulu, dan bila ada waktu luang dan kesempatan kami selalu ber "ha-ha hi-hi" lagi mengenang masa-masa lalu.
Selengkapnya...