POSKO LEBARAN

Setiap Hari Raya Iedul Fitri atau Lebaran datang setiap tahun, aku jadi teringat di saat-saat ketika aku masih sebagai pelaksana dan selalu terlibat sebagai bagian dari petugas POSKO Lebaran. Apalagi ketika teknologi yang digunakan masih teknologi analog, dimana perangkat telekomunikasi harus ditunggu dan dijaga performansi nya setiap saat agar para pemakai jasa telekomunikasi tidak dirugikan dan tetap merasa nyaman menggunakan fasilitas yang diperlukan.

Sebagai Petugas dengan Korps Teknik, mau tidak mau harus selalu siap menghadapi kondisi dimana setiap saat diperlukan, tidak peduli siang, malam atau hari libur sekalipun. Saat itu memang belum dikenal istilah Posko Lebaran, hanya saja yang tidak libur atau cuti lebaran mau tidak mau akan kena jadwal shift kapan saja bisa dinas pagi, siang atau malam karena perangkat harus dalam kondisi siap digunakan. Memang yang paling enak disaat Sentral masih menggunakan Sentral Telex TW-39 yang masih menggunakan system step-by-step, dimana kalau hari libur hanya di jaga setengah hari dan selebihnya sentral bisa dimatikan dan ketika besok pagi nya masuk bekerja dihidupkan kembali.

Aku mencoba mengingat kembali (flash back) ketika aku masih sebagai pelaksana dan kena dinas dan bertugas di saat hari lebaran di tahun 70-an. Suasana di Kantor ya biasa-biasa saja, setelah selesai shalat Ied kita ber salam-salaman dengan sesama rekan yang bertugas saat itu. Umumnya yang banyak bertugas hanya rekan-rekan Operator Telegrap dan Petugas Pengantar Telegram atau selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Caraka Telegrap. Sebagai petugas teknik, aku bertugas hanya sendirian saja mengingat saat itu petugas teknik masih sedikit sekali dan dampaknya mau tidak mau kita harus mampu menguasai tentang pengoperasian dan pemeliharaan Sentral, Transmisi, Terminal Telegrap sampai dengan Catu Daya Telegrap. Sehingga apabila ada masalah, kita harus siap dan mampu menangani masalah secara mandiri, karena saat itu belum ada Handphone bahkan Telepon Rumah pun belum setiap karyawan memiliki telepon dirumahnya sehingga tidak bisa meminta bantuan kalau ada masalah emergency. Kalaupun ada masalah yang kritis biasanya kita lapor ke Kepala Dinas atau ke Kepala Kantor yang pasti ada telepon dinas dirumahnya dan sudah hal yang lumrah kalau pada saat kritis Kepala Kantor turun tangan membantu petugas yang dinas karena pada umumnya Kepala Kantor saat itu juga sama-sama dari Korps Teknik.

Kemudian ketika teknologi berubah, Posko Lebaran juga berubah mengikuti perkembangan. Kalau tadinya Posko petugasnya harus hadir di tempat tugas (Attended) secara perlahan kemudian petugas tidak perlu ada di tempat tugas (Not Attended). Apalagi ketika muncul adanya Handie Talkie (HT), kemudian ada Pager dan kemudian ada Handphone, Posko Lebaran nyaris tidak ditunggu ditempat tugas. Hanya beberapa orang saja yang ditugaskan Piket untuk mengkoordinir bila terjadi masalah dan selanjutnya di distribusikan ke Unit kerja terkait untuk menyelesaikannya.

0 comments: