Jadi Pelanggan !

Menjadi Pelanggan menjadikan aku suasana yang berbeda ketika aku masih aktif bekerja, dimana aku menjadi Pelayan untuk para Pelanggan Perusahaan dimana aku bekerja. Bukan hal yang aneh kalau dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, aku yang bekerja di "Back Room" selalu berupaya keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para pelanggan. Dan juga bukan sekali dua kali aku "dicaci maki" baik oleh pelanggan yang kurang puas dengan layananku maupun para atasanku yang "alergi" dengan komplen dari pelanggan baik komplen secara lisan maupun yang tertulis di media-media. 

Nah, ketika posisi ku menjadi terbalik yang tadinya aku menjadi Pelayan nya para Pelanggan, maka akhirnya aku menjadi Pelanggan dari perusahaanku ketika aku sudah pensiun. Aku berharap dengan aku menjadi pelanggan akan mendapatkan layanan yang minimal sama dengan yang aku lakukan pada saat aku menjadi pelayannya para pelanggan, namun ternyata seperti pepatah yang mengatakan "Jauh Panggang dari Api" yang aku alami "berbeda" dengan yang aku harapkan.

Sekian tahun yang lalu ketika aku dengan "terpaksa" harus berhenti berlangganan salah satu jasa dari perusahaanku dulu, karena aku akan berpindah ke provider lain yang lebih murah biaya nya. Sesuai prosedur aku datang ke Plasa untuk mengajukan permohonan berhenti berlangganan untuk suatu produk. Setelah mengisi form yang ditentukan dan membayar uang titipan yang digunakan untuk membayar biaya berlangganan bulanan yang harus dibayar di bulan berikutnya aku anggap sudah selesai tugas ku. (Aku berhenti berlangganan di akhir bulan).

Namun ternyata tidak semudah yang aku duga, ketika bulan berikutnya di awal bulan, aku iseng membuka tagihan untuk jasa yang sudah aku tutup eh ternyata masih muncul tagihan yang harus aku bayar padahal aku sudah memberikan uang titipan untuk melunasi tagihan tersebut. Tapi aku berpikir positif saja, mungkin secara administrasi keuangan belum dilakukan pembukuan untuk pembayaranku jadi ya aku biarkan saja. 

Namun dibulan berikutnya (x+1) ketika aku iseng membuka tagihan, eh ternyata masih muncul juga tagihan untukku demikian juga ketika aku buka lagi di bulan selanjutnya (x+2). Apa boleh buat dengan kondisi demikian aku tidak bisa tinggal diam, karena aku sudah melaksanakan kewajibanku sebagai pelanggan tetapi karena aku juga merasa punya hak sebagai pelanggan aku mencoba mencari tahu, mengapa bisa terjadi hal yang demikian. 

Aku mencoba mencari informasi kepada siapa aku harus melacak penyebab terjadinya masalah ini dan akhirnya aku bisa menghubungi salah seorang rekan yang memahami masalah ini. Ketika aku memberikan nomor pelangganku kepada rekanku tersebut ternyata memang ada masalah dalam "system" yang digunakan saat itu. Akhirnya rekan tersebut menjelaskan "penyebab" terjadi nya kesalahan tersebut dan menyarankan supaya aku tidak membayar / melunasi tagihan yang muncul karena dari system tersebut diketahui kalau aku sudah membayar sesuai dengan ketentuan. Sebagai "bekas Pelayan" aku bisa menerima penjelasan rekanku, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau aku "kecewa berat" dengan kejadian ini dimana aku sebagai pelanggan merasa "dipermalukan" karena secara system se olah-olah aku menunggak atau belum membayar biaya dari fasilitas yang sudah aku tutup tersebut.
Selengkapnya...

Lebaran di Perantauan

Setiap hari lebaran, sudah menjadi tradisi dimana mana untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Dari dulu sampai sekarang tradisi itu masih terus berjalan. Tapi yang ingin aku ceritakan disini bukan kondisi saat ini tetapi ketika aku masih bertugas di Palembang, tepatnya di Kandatex Palembang (Kandatex = Kantor Daerah Telegrap & Telex) sekian puluh tahun yang lalu. 

Saat itu aku masih sebagai pelaksana dan sering sekali setiap lebaran aku tidak mengambil cuti untuk mudik tetapi memilih untuk tetap bisa bertugas walaupun konsekwensinya harus selalu siaga karena kondisi ketika itu Sentral Telex nya masih system sentral analog yang attended (harus dijaga langsung) dan belum ada Posko Lebaran seperti sekarang. Bila Lebaran tiba, dan kemudian masuk bertugas lagi (saat itu libur lebaran ya hanya dua hari sesuai dengan tanggal di kalender yang merah, belum ada istilah cuti bersama atau harpitnas) seperti biasa kita semua saling bersalaman keliling di kantor yang kecil sehingga karyawannya juga sedikit, dari teman-teman sesama petugas teknik lalu bersalaman dengan teman-teman para operator telex, lalu ke bagian Tata Usaha dan biasanya terakhir ke bagian pengantaran telegram (Caraka Telegram).

Nah keunikan di Palembang saat itu, secara bergantian ada beberapa karyawan yang selalu mengundang kita untuk datang kerumahnya dan mempersilahkan untuk menikmati makan siang sekaligus menu lebaran di rumahnya. Biasanya setelah selesai jam dinas, saat itu jam dinas masih dari jam 07.00 sampai jam 14.00, dengan menggunakan kendaraan dinas yang ada biasanya kita mengunjungi rumah yang mengundang secara bergantian. Kalau kebetulan saat itu kena tugas dinas siang atau dinas malam biasanya nggak pernah bisa ikut apalagi dengan jumlah karyawan yang terbatas tidak bisa "tukar" dinas. (Waktu itu aku masih kena dinas shift, pagi, siang dan malam). Buat aku yang berasal dari tanah Jawa, acara ini menarik sekali karena cara menikmati makanannya unik sekali, rame2 duduk dibawah beralaskan tikar mengelilingi makanan yang disajikan. Biasanya salah satu dari kita yang dianggap paling "dituakan" yang membagikan makanan yang ada walaupun yang bersangkutan belum tentu sebagai tuan rumahnya. 

Di awal aku ikutan acara ini sempat "shock" dengan tata cara dalam membagikan makanan khususnya menu yang ada karena yang "dituakan" membagikan makanannya menggunakan kedua tangannya dan beberapa kali aku kebagian makanan yang diberikan dengan tangan kirinya. Maklum, aku biasanya menggunakan tangan kiri untuk sesuatu yang khusus, nah ketika kemudian harus menerima makanan yang diberikan menggunakan tangan kiri orang lain ya jadinya agak "janggal" saja untuk memakannya. Tapi seiring dengan perjalanan waktu akhirnya aku menjadi biasa biasa saja menghadapi hal tersebut bahkan akhirnya ikut-ikutan bersendawa sekeras-kerasnya dan bersahut-sahutan kalau makan sampai kekenyangan yang rupanya suatu hal yang lumrah bersendawa dengan keras di Palembang yang kontradiksi dengan kondisi di rumah orangtuaku yang sempat memarahiku ketika aku bersendawa tanpa sengaja di rumah karena dianggap tidak sopan. Demikian sekilas cerita suasana Lebaran saat aku bertugas di Kota Palembang sekian puluh tahun yang silam. 
Selengkapnya...

Ramadhan Kelabu

Sudah menjadi tradisi ketika Bulan Ramadhan tiba, selalu diadakan acara Buka Bersama (BukBer) dari setiap Kantor atau Bagian di Kantor Divisi atau dari Unit-Unit Pendukung Kantor Divisi yang diadakan secara bergantian dan dihadiri oleh para karyawan dari kantor yang ditunjuk sebagai penyelenggara ditambah para undangan dari Kantor-Kantor lainnya. Nah, kebetulan yang akan aku ceritakan ini adalah Buka Puasa Bersama (BUKBER) yang pertama kali diadakan pada Bulan Ramadhan tahun 20xx dan sebagai penyelenggaranya adalah KDXX. Secara kebetulan, mungkin dengan pertimbangan rumahku dekat dengan KDXX maka aku diminta untuk mewakili management KDJS untuk hadir di acara tersebut. 

Diawal acara ini yang biasanya diisi dengan kegiatan ceramah agama belum ada hal-hal yang aneh, semuanya berjalan seperti biasanya. Nah, mulai ada perubahan ketika menjelang pelaksanaan Shalat Magrib berjamaah, seorang SM (Senior Manager) dari Kantor Divisi yang sudah akrab dengan ku karena kebetulan beliau pernah sama-sama menjadi Asman di KDJP menghampiri ku saat antri untuk berwudhu. Beliau bertanya dalam bahasa daerah, apa sih yang sudah aku lakukan koq Boss Besar marah besar atas tindakanku. Disitulah aku terkejut sekali, karena aku merasa tidak ada kejadian apa-apa koq tiba-tiba Boss Besar marah-marah ya aneh sekali jadinya buatku.

Setelah selesai Shalat Magrib sambil berbuka puasa, aku mengejar pak SM tadi dan aku tanya masalah apa sebenarnya yang dipermasalahkan oleh Boss Besar dan ternyata masalahnya tentang pemenuhan fasilitas telekomunikasi (FasTel) untuk seorang Pejabat diatas Boss Besar. Sebenarnya masalah tersebut sudah aku selesaikan walaupun tidak tuntas dan secara hierarchy sudah aku laporkan progress nya kepada Deputy GM dari Kantor ku dan juga langsung memberikan Laporan ke Sekretaris Pejabat yang dimaksudkan tadi. Rupanya laporanku ini tidak diteruskan ke Pejabat yang berkepentingan oleh Sekretarisnya dan ketika Pejabat tersebut menanyakan dan melaporkan kepada Boss Besar seolah-olah permintaannya belum dikerjakan, maka marah besar lah Boss Besar dengan "mencaci maki" aku di depan para GM dan SM saat Rapat.

Aku jadi terkejut sekali dengan kejadian ini, aku tidak menyangka Boss Besar akan semarah itu karena sampai saat itu aku tidak pernah dipanggil untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud, juga tidak pernah ditegur atau Surat Peringatan tertulis kalau memang aku bersalah. Semua seperti berjalan normal seperti biasanya. Atas dasar masalah itu aku mencoba mencari seorang GM (General Manager) yang kebetulan hadir di acara tersebut dan kebetulan juga beliau sebelumnya adalah Deputy GM di Kantor ku dan sekaligus beliau tahu persis masalah yang membuat Boss Besar marah karena kepada beliaulah aku melaporkan semua aktivitas kerja yang sudah aku lakukan termasuk dari ruangan beliau lah aku bersama rekan Sekretariat Kantorku melaporkan hasil kerja yang telah dikerjakan kepada Sekretariat Pejabat yang disebut diatas. 

Aku mencoba meminta bantuan agar pak GM ini membantu aku menjelaskan kepada Boss Besar tentang permasalahan yang sebenarnya karena beliau tahu persis permasalahannya. eh jawabannya malah tambah mengejutkan aku ! Beliau mengatakan bahwa untuk level aku perjalanan SK (Surat Keputusan) akan lama karena harus ditandatangani oleh Pejabat di Kantor Pusat, jadi aku diminta tenang saja. Wah benar-benar kacau balau pikiranku saat itu, kalau pak GM mengatakan ada SK berarti aku sudah "dicopot" dari jabatanku dan aku dianggap "bersalah" tanpa aku tahu "apa salahku". Betul-betul "cobaan" yang maha berat yang aku terima di awal bulan Ramadhan saat itu. 

Aku sudah pasrah atas kejadian ini, walaupun teman-teman banyak yang memberikan dukungan dan support karena mereka semua tahu aku tidak bersalah bahkan ada yang usul untuk Demo, tapi semuanya berhasil di tenangkan. Kejadian ini ternyata menyebar dari mulut ke mulut dan aku tidak tahu siapa yang menyebarkan dan akhirnya aku mendengar bahwa ada seorang SM dari Divisi lain (bukan dari Divisi tempatku bekerja) menyempatkan diri menghadap salah seorang petinggi di Kantor Pusat dan melaporkan apa yang telah terjadi atas diriku dan dari cerita yang aku dengar juga bahwa sempat Boss Besar dipanggil Petinggi tersebut dan keputusan akhirnya SK pemberhentian dari jabatanku di batalkan. Alhamdulillah, akhir nya yang benar tetap benar dan aku berharap masalah sudah selesai tapi ternyata "tekanan" demi "tekanan" terus berlanjut agar aku mundur dari Jabatanku dan untunglah setahun menjelang aku MPP sebelum pensiun ada re-organisasi dan aku di mutasikan ke bagian lain dan selesailah tekanan-tekanan yang aku terima selama itu.
Selengkapnya...

Nyeleneh .... !

Semalam, ketika aku melihat FB ku dan ketika masuk ke Group para pensiunan telkom yang isinya penuh canda ria dan canda tawa, aku sempat terhenti ketika membaca status tentang nama-nama alumni ketika aku mengikuti Pendidikan D3. Diantara komentar-komentar yang muncul, ada satu tulisan yang menyebut namaku. Aku sempat kaget karena di tulisan itu disebutkan : ada yg aneh, terakhir Andi G malah kadinjar, nyeleneh ! 

Aku tahu yang dimaksudkan penulis komentar tersebut karena aku memang dari latar belakang pendidikan dengan jurusan Teknik Telegrap koq bisa-bisanya menjadi Kepala Dinas Jaringan (KADINJAR) yang idealnya diduduki oleh personil dengan latar belakang pendidikan dari jurusan Teknik Telepon dengan spesialisasi Teknik Jaringan Kabel.

Memang bagi yang melihat kondisi ini secara sederhana nampaknya memang janggal, tapi apabila dilihat dari sisi manajerial atau dengan sudut pandang yang lebih luas, hal ini menjadi sesuatu yang biasa untuk perjalanan karier seseorang selama orang tersebut dipandang mampu untuk menduduki posisi yang dianggap lintas sektoral yang tentunya melalui tahapan seleksi yang ketat. Saat  diadakannya Job Tender ini memang saat itu direncanakan akan terjadinya alih teknologi dari jaringan akses tembaga (Jarlokat) ke jaringan akses fiber (Jarlokaf) dan jaringan akses radio (Jarlokar) sehingga persyaratan lain untuk jabatan ini juga pemahaman terhadap teknologi yang dimaksud.

Dalam kasus yang aku alami, dengan dasar pengalaman kerja di Subdin Transmisi dan juga Subdin Dukungan Pelanggan Pelayanan Network akhirnya aku memang bisa menduduki posisi sebagai Kadinjar setelah melalui proses seleksi yang ketat dalam rangka memenuhi persyaratan JOB TENDER yang diadakan oleh perusahaan. Dari test tertulis, psychotest, assesment sampai ke wawancara dan akhirnya aku dinyatakan lulus dan di tunjuk menjadi Kadin Jaringan di KDJS. Nyeleneh memang, orang dengan latar belakang Teknik Telegrap koq bisa menjadi Kadinjar ........ !
Selengkapnya...