Ramadhan Kelabu

Sudah menjadi tradisi ketika Bulan Ramadhan tiba, selalu diadakan acara Buka Bersama (BukBer) dari setiap Kantor atau Bagian di Kantor Divisi atau dari Unit-Unit Pendukung Kantor Divisi yang diadakan secara bergantian dan dihadiri oleh para karyawan dari kantor yang ditunjuk sebagai penyelenggara ditambah para undangan dari Kantor-Kantor lainnya. Nah, kebetulan yang akan aku ceritakan ini adalah Buka Puasa Bersama (BUKBER) yang pertama kali diadakan pada Bulan Ramadhan tahun 20xx dan sebagai penyelenggaranya adalah KDXX. Secara kebetulan, mungkin dengan pertimbangan rumahku dekat dengan KDXX maka aku diminta untuk mewakili management KDJS untuk hadir di acara tersebut. 

Diawal acara ini yang biasanya diisi dengan kegiatan ceramah agama belum ada hal-hal yang aneh, semuanya berjalan seperti biasanya. Nah, mulai ada perubahan ketika menjelang pelaksanaan Shalat Magrib berjamaah, seorang SM (Senior Manager) dari Kantor Divisi yang sudah akrab dengan ku karena kebetulan beliau pernah sama-sama menjadi Asman di KDJP menghampiri ku saat antri untuk berwudhu. Beliau bertanya dalam bahasa daerah, apa sih yang sudah aku lakukan koq Boss Besar marah besar atas tindakanku. Disitulah aku terkejut sekali, karena aku merasa tidak ada kejadian apa-apa koq tiba-tiba Boss Besar marah-marah ya aneh sekali jadinya buatku.

Setelah selesai Shalat Magrib sambil berbuka puasa, aku mengejar pak SM tadi dan aku tanya masalah apa sebenarnya yang dipermasalahkan oleh Boss Besar dan ternyata masalahnya tentang pemenuhan fasilitas telekomunikasi (FasTel) untuk seorang Pejabat diatas Boss Besar. Sebenarnya masalah tersebut sudah aku selesaikan walaupun tidak tuntas dan secara hierarchy sudah aku laporkan progress nya kepada Deputy GM dari Kantor ku dan juga langsung memberikan Laporan ke Sekretaris Pejabat yang dimaksudkan tadi. Rupanya laporanku ini tidak diteruskan ke Pejabat yang berkepentingan oleh Sekretarisnya dan ketika Pejabat tersebut menanyakan dan melaporkan kepada Boss Besar seolah-olah permintaannya belum dikerjakan, maka marah besar lah Boss Besar dengan "mencaci maki" aku di depan para GM dan SM saat Rapat.

Aku jadi terkejut sekali dengan kejadian ini, aku tidak menyangka Boss Besar akan semarah itu karena sampai saat itu aku tidak pernah dipanggil untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud, juga tidak pernah ditegur atau Surat Peringatan tertulis kalau memang aku bersalah. Semua seperti berjalan normal seperti biasanya. Atas dasar masalah itu aku mencoba mencari seorang GM (General Manager) yang kebetulan hadir di acara tersebut dan kebetulan juga beliau sebelumnya adalah Deputy GM di Kantor ku dan sekaligus beliau tahu persis masalah yang membuat Boss Besar marah karena kepada beliaulah aku melaporkan semua aktivitas kerja yang sudah aku lakukan termasuk dari ruangan beliau lah aku bersama rekan Sekretariat Kantorku melaporkan hasil kerja yang telah dikerjakan kepada Sekretariat Pejabat yang disebut diatas. 

Aku mencoba meminta bantuan agar pak GM ini membantu aku menjelaskan kepada Boss Besar tentang permasalahan yang sebenarnya karena beliau tahu persis permasalahannya. eh jawabannya malah tambah mengejutkan aku ! Beliau mengatakan bahwa untuk level aku perjalanan SK (Surat Keputusan) akan lama karena harus ditandatangani oleh Pejabat di Kantor Pusat, jadi aku diminta tenang saja. Wah benar-benar kacau balau pikiranku saat itu, kalau pak GM mengatakan ada SK berarti aku sudah "dicopot" dari jabatanku dan aku dianggap "bersalah" tanpa aku tahu "apa salahku". Betul-betul "cobaan" yang maha berat yang aku terima di awal bulan Ramadhan saat itu. 

Aku sudah pasrah atas kejadian ini, walaupun teman-teman banyak yang memberikan dukungan dan support karena mereka semua tahu aku tidak bersalah bahkan ada yang usul untuk Demo, tapi semuanya berhasil di tenangkan. Kejadian ini ternyata menyebar dari mulut ke mulut dan aku tidak tahu siapa yang menyebarkan dan akhirnya aku mendengar bahwa ada seorang SM dari Divisi lain (bukan dari Divisi tempatku bekerja) menyempatkan diri menghadap salah seorang petinggi di Kantor Pusat dan melaporkan apa yang telah terjadi atas diriku dan dari cerita yang aku dengar juga bahwa sempat Boss Besar dipanggil Petinggi tersebut dan keputusan akhirnya SK pemberhentian dari jabatanku di batalkan. Alhamdulillah, akhir nya yang benar tetap benar dan aku berharap masalah sudah selesai tapi ternyata "tekanan" demi "tekanan" terus berlanjut agar aku mundur dari Jabatanku dan untunglah setahun menjelang aku MPP sebelum pensiun ada re-organisasi dan aku di mutasikan ke bagian lain dan selesailah tekanan-tekanan yang aku terima selama itu.
Selengkapnya...

Nyeleneh .... !

Semalam, ketika aku melihat FB ku dan ketika masuk ke Group para pensiunan telkom yang isinya penuh canda ria dan canda tawa, aku sempat terhenti ketika membaca status tentang nama-nama alumni ketika aku mengikuti Pendidikan D3. Diantara komentar-komentar yang muncul, ada satu tulisan yang menyebut namaku. Aku sempat kaget karena di tulisan itu disebutkan : ada yg aneh, terakhir Andi G malah kadinjar, nyeleneh ! 

Aku tahu yang dimaksudkan penulis komentar tersebut karena aku memang dari latar belakang pendidikan dengan jurusan Teknik Telegrap koq bisa-bisanya menjadi Kepala Dinas Jaringan (KADINJAR) yang idealnya diduduki oleh personil dengan latar belakang pendidikan dari jurusan Teknik Telepon dengan spesialisasi Teknik Jaringan Kabel.

Memang bagi yang melihat kondisi ini secara sederhana nampaknya memang janggal, tapi apabila dilihat dari sisi manajerial atau dengan sudut pandang yang lebih luas, hal ini menjadi sesuatu yang biasa untuk perjalanan karier seseorang selama orang tersebut dipandang mampu untuk menduduki posisi yang dianggap lintas sektoral yang tentunya melalui tahapan seleksi yang ketat. Saat  diadakannya Job Tender ini memang saat itu direncanakan akan terjadinya alih teknologi dari jaringan akses tembaga (Jarlokat) ke jaringan akses fiber (Jarlokaf) dan jaringan akses radio (Jarlokar) sehingga persyaratan lain untuk jabatan ini juga pemahaman terhadap teknologi yang dimaksud.

Dalam kasus yang aku alami, dengan dasar pengalaman kerja di Subdin Transmisi dan juga Subdin Dukungan Pelanggan Pelayanan Network akhirnya aku memang bisa menduduki posisi sebagai Kadinjar setelah melalui proses seleksi yang ketat dalam rangka memenuhi persyaratan JOB TENDER yang diadakan oleh perusahaan. Dari test tertulis, psychotest, assesment sampai ke wawancara dan akhirnya aku dinyatakan lulus dan di tunjuk menjadi Kadin Jaringan di KDJS. Nyeleneh memang, orang dengan latar belakang Teknik Telegrap koq bisa menjadi Kadinjar ........ !
Selengkapnya...