tag:blogger.com,1999:blog-57563943354083853312024-03-13T18:20:31.513+07:00Catatan Si AkiGaul.... beberapa catatan & cerita tentang perjalanan seorang pensiunan .....AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-24969177093249171582013-11-24T21:14:00.000+07:002013-11-24T21:14:33.423+07:00Jadi Pelanggan !<div style="text-align: justify;">
Menjadi Pelanggan menjadikan aku suasana yang berbeda ketika aku masih aktif bekerja, dimana aku menjadi Pelayan untuk para Pelanggan Perusahaan dimana aku bekerja. Bukan hal yang aneh kalau dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, aku yang bekerja di "Back Room" selalu berupaya keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para pelanggan. Dan juga bukan sekali dua kali aku "dicaci maki" baik oleh pelanggan yang kurang puas dengan layananku maupun para atasanku yang "alergi" dengan komplen dari pelanggan baik komplen secara lisan maupun yang tertulis di media-media. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, ketika posisi ku menjadi terbalik yang tadinya aku menjadi Pelayan nya para Pelanggan, maka akhirnya aku menjadi Pelanggan dari perusahaanku ketika aku sudah pensiun. Aku berharap dengan aku menjadi pelanggan akan mendapatkan layanan yang minimal sama dengan yang aku lakukan pada saat aku menjadi pelayannya para pelanggan, namun ternyata seperti pepatah yang mengatakan "Jauh Panggang dari Api" yang aku alami "berbeda" dengan yang aku harapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
Sekian tahun yang lalu ketika aku dengan "terpaksa" harus berhenti berlangganan salah satu jasa dari perusahaanku dulu, karena aku akan berpindah ke provider lain yang lebih murah biaya nya. Sesuai prosedur aku datang ke Plasa untuk mengajukan permohonan berhenti berlangganan untuk suatu produk. Setelah mengisi form yang ditentukan dan membayar uang titipan yang digunakan untuk membayar biaya berlangganan bulanan yang harus dibayar di bulan berikutnya aku anggap sudah selesai tugas ku. (Aku berhenti berlangganan di akhir bulan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ternyata tidak semudah yang aku duga, ketika bulan berikutnya di awal bulan, aku iseng membuka tagihan untuk jasa yang sudah aku tutup eh ternyata masih muncul tagihan yang harus aku bayar padahal aku sudah memberikan uang titipan untuk melunasi tagihan tersebut. Tapi aku berpikir positif saja, mungkin secara administrasi keuangan belum dilakukan pembukuan untuk pembayaranku jadi ya aku biarkan saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun dibulan berikutnya (x+1) ketika aku iseng membuka tagihan, eh ternyata masih muncul juga tagihan untukku demikian juga ketika aku buka lagi di bulan selanjutnya (x+2).
Apa boleh buat dengan kondisi demikian aku tidak bisa tinggal diam, karena aku sudah melaksanakan kewajibanku sebagai pelanggan tetapi karena aku juga merasa punya hak sebagai pelanggan aku mencoba mencari tahu, mengapa bisa terjadi hal yang demikian. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mencoba mencari informasi kepada siapa aku harus melacak penyebab terjadinya masalah ini dan akhirnya aku bisa menghubungi salah seorang rekan yang memahami masalah ini.
Ketika aku memberikan nomor pelangganku kepada rekanku tersebut ternyata memang ada masalah dalam "system" yang digunakan saat itu. Akhirnya rekan tersebut menjelaskan "penyebab" terjadi nya kesalahan tersebut dan menyarankan supaya aku tidak membayar / melunasi tagihan yang muncul karena dari system tersebut diketahui kalau aku sudah membayar sesuai dengan ketentuan. Sebagai "bekas Pelayan" aku bisa menerima penjelasan rekanku, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau aku "kecewa berat" dengan kejadian ini dimana aku sebagai pelanggan merasa "dipermalukan" karena secara system se olah-olah aku menunggak atau belum membayar biaya dari fasilitas yang sudah aku tutup tersebut.</div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-26175094734386030402013-08-12T21:04:00.002+07:002013-08-12T21:04:35.377+07:00Lebaran di Perantauan<div style="text-align: justify;">
Setiap hari lebaran, sudah menjadi tradisi dimana mana untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Dari dulu sampai sekarang tradisi itu masih terus berjalan. Tapi yang ingin aku ceritakan disini bukan kondisi saat ini tetapi ketika aku masih bertugas di Palembang, tepatnya di Kandatex Palembang (Kandatex = Kantor Daerah Telegrap & Telex) sekian puluh tahun yang lalu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu aku masih sebagai pelaksana dan sering sekali setiap lebaran aku tidak mengambil cuti untuk mudik tetapi memilih untuk tetap bisa bertugas walaupun konsekwensinya harus selalu siaga karena kondisi ketika itu Sentral Telex nya masih system sentral analog yang attended (harus dijaga langsung) dan belum ada Posko Lebaran seperti sekarang.
Bila Lebaran tiba, dan kemudian masuk bertugas lagi (saat itu libur lebaran ya hanya dua hari sesuai dengan tanggal di kalender yang merah, belum ada istilah cuti bersama atau harpitnas) seperti biasa kita semua saling bersalaman keliling di kantor yang kecil sehingga karyawannya juga sedikit, dari teman-teman sesama petugas teknik lalu bersalaman dengan teman-teman para operator telex, lalu ke bagian Tata Usaha dan biasanya terakhir ke bagian pengantaran telegram (Caraka Telegram).
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
Nah keunikan di Palembang saat itu, secara bergantian ada beberapa karyawan yang selalu mengundang kita untuk datang kerumahnya dan mempersilahkan untuk menikmati makan siang sekaligus menu lebaran di rumahnya. Biasanya setelah selesai jam dinas, saat itu jam dinas masih dari jam 07.00 sampai jam 14.00, dengan menggunakan kendaraan dinas yang ada biasanya kita mengunjungi rumah yang mengundang secara bergantian. Kalau kebetulan saat itu kena tugas dinas siang atau dinas malam biasanya nggak pernah bisa ikut apalagi dengan jumlah karyawan yang terbatas tidak bisa "tukar" dinas. (Waktu itu aku masih kena dinas shift, pagi, siang dan malam).
Buat aku yang berasal dari tanah Jawa, acara ini menarik sekali karena cara menikmati makanannya unik sekali, rame2 duduk dibawah beralaskan tikar mengelilingi makanan yang disajikan. Biasanya salah satu dari kita yang dianggap paling "dituakan" yang membagikan makanan yang ada walaupun yang bersangkutan belum tentu sebagai tuan rumahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di awal aku ikutan acara ini sempat "shock" dengan tata cara dalam membagikan makanan khususnya menu yang ada karena yang "dituakan" membagikan makanannya menggunakan kedua tangannya dan beberapa kali aku kebagian makanan yang diberikan dengan tangan kirinya. Maklum, aku biasanya menggunakan tangan kiri untuk sesuatu yang khusus, nah ketika kemudian harus menerima makanan yang diberikan menggunakan tangan kiri orang lain ya jadinya agak "janggal" saja untuk memakannya. Tapi seiring dengan perjalanan waktu akhirnya aku menjadi biasa biasa saja menghadapi hal tersebut bahkan akhirnya ikut-ikutan bersendawa sekeras-kerasnya dan bersahut-sahutan kalau makan sampai kekenyangan yang rupanya suatu hal yang lumrah bersendawa dengan keras di Palembang yang kontradiksi dengan kondisi di rumah orangtuaku yang sempat memarahiku ketika aku bersendawa tanpa sengaja di rumah karena dianggap tidak sopan.
Demikian sekilas cerita suasana Lebaran saat aku bertugas di Kota Palembang sekian puluh tahun yang silam. </div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-41723519971011316132013-07-24T11:52:00.000+07:002013-07-24T11:52:51.211+07:00Ramadhan Kelabu<div style="text-align: justify;">
Sudah menjadi tradisi ketika Bulan Ramadhan tiba, selalu diadakan acara Buka Bersama (BukBer) dari setiap Kantor atau Bagian di Kantor Divisi atau dari Unit-Unit Pendukung Kantor Divisi yang diadakan secara bergantian dan dihadiri oleh para karyawan dari kantor yang ditunjuk sebagai penyelenggara ditambah para undangan dari Kantor-Kantor lainnya. Nah, kebetulan yang akan aku ceritakan ini adalah Buka Puasa Bersama (BUKBER) yang pertama kali diadakan pada Bulan Ramadhan tahun 20xx dan sebagai penyelenggaranya adalah KDXX. Secara kebetulan, mungkin dengan pertimbangan rumahku dekat dengan KDXX maka aku diminta untuk mewakili management KDJS untuk hadir di acara tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diawal acara ini yang biasanya diisi dengan kegiatan ceramah agama belum ada hal-hal yang aneh, semuanya berjalan seperti biasanya. Nah, mulai ada perubahan ketika menjelang pelaksanaan Shalat Magrib berjamaah, seorang SM (Senior Manager) dari Kantor Divisi yang sudah akrab dengan ku karena kebetulan beliau pernah sama-sama menjadi Asman di KDJP menghampiri ku saat antri untuk berwudhu. Beliau bertanya dalam bahasa daerah, apa sih yang sudah aku lakukan koq Boss Besar marah besar atas tindakanku. Disitulah aku terkejut sekali, karena aku merasa tidak ada kejadian apa-apa koq tiba-tiba Boss Besar marah-marah ya aneh sekali jadinya buatku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai Shalat Magrib sambil berbuka puasa, aku mengejar pak SM tadi dan aku tanya masalah apa sebenarnya yang dipermasalahkan oleh Boss Besar dan ternyata masalahnya tentang pemenuhan fasilitas telekomunikasi (FasTel) untuk seorang Pejabat diatas Boss Besar. Sebenarnya masalah tersebut sudah aku selesaikan walaupun tidak tuntas dan secara hierarchy sudah aku laporkan progress nya kepada Deputy GM dari Kantor ku dan juga langsung memberikan Laporan ke Sekretaris Pejabat yang dimaksudkan tadi. Rupanya laporanku ini tidak diteruskan ke Pejabat yang berkepentingan oleh Sekretarisnya dan ketika Pejabat tersebut menanyakan dan melaporkan kepada Boss Besar seolah-olah permintaannya belum dikerjakan, maka marah besar lah Boss Besar dengan "mencaci maki" aku di depan para GM dan SM saat Rapat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku jadi terkejut sekali dengan kejadian ini, aku tidak menyangka Boss Besar akan semarah itu karena sampai saat itu aku tidak pernah dipanggil untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud, juga tidak pernah ditegur atau Surat Peringatan tertulis kalau memang aku bersalah. Semua seperti berjalan normal seperti biasanya. Atas dasar masalah itu aku mencoba mencari seorang GM (General Manager) yang kebetulan hadir di acara tersebut dan kebetulan juga beliau sebelumnya adalah Deputy GM di Kantor ku dan sekaligus beliau tahu persis masalah yang membuat Boss Besar marah karena kepada beliaulah aku melaporkan semua aktivitas kerja yang sudah aku lakukan termasuk dari ruangan beliau lah aku bersama rekan Sekretariat Kantorku melaporkan hasil kerja yang telah dikerjakan kepada Sekretariat Pejabat yang disebut diatas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mencoba meminta bantuan agar pak GM ini membantu aku menjelaskan kepada Boss Besar tentang permasalahan yang sebenarnya karena beliau tahu persis permasalahannya. eh jawabannya malah tambah mengejutkan aku ! Beliau mengatakan bahwa untuk level aku perjalanan SK (Surat Keputusan) akan lama karena harus ditandatangani oleh Pejabat di Kantor Pusat, jadi aku diminta tenang saja. Wah benar-benar kacau balau pikiranku saat itu, kalau pak GM mengatakan ada SK berarti aku sudah "dicopot" dari jabatanku dan aku dianggap "bersalah" tanpa aku tahu "apa salahku". Betul-betul "cobaan" yang maha berat yang aku terima di awal bulan Ramadhan saat itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sudah pasrah atas kejadian ini, walaupun teman-teman banyak yang memberikan dukungan dan support karena mereka semua tahu aku tidak bersalah bahkan ada yang usul untuk Demo, tapi semuanya berhasil di tenangkan.
Kejadian ini ternyata menyebar dari mulut ke mulut dan aku tidak tahu siapa yang menyebarkan dan akhirnya aku mendengar bahwa ada seorang SM dari Divisi lain (bukan dari Divisi tempatku bekerja) menyempatkan diri menghadap salah seorang petinggi di Kantor Pusat dan melaporkan apa yang telah terjadi atas diriku dan dari cerita yang aku dengar juga bahwa sempat Boss Besar dipanggil Petinggi tersebut dan keputusan akhirnya SK pemberhentian dari jabatanku di batalkan. Alhamdulillah, akhir nya yang benar tetap benar dan aku berharap masalah sudah selesai tapi ternyata "tekanan" demi "tekanan" terus berlanjut agar aku mundur dari Jabatanku dan untunglah setahun menjelang aku MPP sebelum pensiun ada re-organisasi dan aku di mutasikan ke bagian lain dan selesailah tekanan-tekanan yang aku terima selama itu.</div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-6903691341209608802013-07-22T15:02:00.000+07:002013-07-22T15:02:03.200+07:00Nyeleneh .... !<div style="text-align: justify;">
Semalam, ketika aku melihat FB ku dan ketika masuk ke Group para pensiunan telkom yang isinya penuh canda ria dan canda tawa, aku sempat terhenti ketika membaca status tentang nama-nama alumni ketika aku mengikuti Pendidikan D3. Diantara komentar-komentar yang muncul, ada satu tulisan yang menyebut namaku. Aku sempat kaget karena di tulisan itu disebutkan : <b>ada yg aneh, terakhir Andi G malah kadinjar, nyeleneh !</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tahu yang dimaksudkan penulis komentar tersebut karena aku memang dari latar belakang pendidikan dengan jurusan Teknik Telegrap koq bisa-bisanya menjadi Kepala Dinas Jaringan (KADINJAR) yang idealnya diduduki oleh personil dengan latar belakang pendidikan dari jurusan Teknik Telepon dengan spesialisasi Teknik Jaringan Kabel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
Memang bagi yang melihat kondisi ini secara sederhana nampaknya memang janggal, tapi apabila dilihat dari sisi manajerial atau dengan sudut pandang yang lebih luas, hal ini menjadi sesuatu yang biasa untuk perjalanan karier seseorang selama orang tersebut dipandang mampu untuk menduduki posisi yang dianggap lintas sektoral yang tentunya melalui tahapan seleksi yang ketat. Saat diadakannya Job Tender ini memang saat itu direncanakan akan terjadinya alih teknologi dari jaringan akses tembaga (Jarlokat) ke jaringan akses fiber (Jarlokaf) dan jaringan akses radio (Jarlokar) sehingga persyaratan lain untuk jabatan ini juga pemahaman terhadap teknologi yang dimaksud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kasus yang aku alami, dengan dasar pengalaman kerja di Subdin Transmisi dan juga Subdin Dukungan Pelanggan Pelayanan Network akhirnya aku memang bisa menduduki posisi sebagai Kadinjar setelah melalui proses seleksi yang ketat dalam rangka memenuhi persyaratan JOB TENDER yang diadakan oleh perusahaan. Dari test tertulis, psychotest, assesment sampai ke wawancara dan akhirnya aku dinyatakan lulus dan di tunjuk menjadi Kadin Jaringan di KDJS. Nyeleneh memang, orang dengan latar belakang Teknik Telegrap koq bisa menjadi Kadinjar ........ !</div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-76078877135057808482012-12-31T11:24:00.000+07:002012-12-31T12:03:03.892+07:00"Perjalanan Rahasia"<div style="text-align: justify;">
Cerita ini berawal ketika aku iseng mencari informasi tentang Pemilu tahun 1997 melalui Google. Dari info tersebut aku mencoba mengingat kembali Pemilu yang diadakan pada tanggal 29 Mei 1997. Sebagai salah satu Penanggung Jawab Teknis Fasilitas Telekomunikasi (FasTel) Pemilu, aku harus senantiasa bertanggung jawab atas kesiapan teknis seluruh perangkat yang digunakan untuk menyalurkan hasil perhitungan suara dari seluruh Indonesia menuju Kantor Lembaga Pemilihan Umum (KPU sekarang) di Jl. Imam Bonjol Jakarta Pusat.
Konsekwensinya, aku harus selalu berada di Jakarta sampai hari H pelaksanaan Pemilu tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kondisi ini ternyata kemudian berubah, ketika di awal bulan April 1997 aku dipanggil Manager SENTRADAYA sebagai atasanku dimana saat itu aku sebagai Asman Transmisi, menawarkan aku untuk menggantikan beliau untuk melakukan Perjalanan Dinas ke Luar Negeri. Awalnya aku terkejut, karena Perjalanan ke Luar Negeri pasti siapa saja akan menginginkannya dan aku tiba-tiba saja diberi penawaran untuk ke Luar Negeri. Kala itu aku mencoba menolak karena merasa bertanggung jawab atas semua Fastel Pemilu yang sudah digelar dan juga sudah mendekati hari H nya. Namun Managerku bersedia "mengganti" kan tanggung jawabku selama aku di luar negeri bahkan aku diminta untuk "tutup mulut" agar tidak melaporkan ke Kantor Wilayah dan Kantor Pusat tentang rencana ini karena apabila para Pejabat ini mengetahui aku pergi keluar Jakarta pasti akan TIDAK DIIJINKAN. (Pejabat Kantor Wilayah dan Kantor Pusat sudah mengetahui bahwa akulah Penanggung Jawab Utama semua Fastel Pemilu yang menuju KPU).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dengan gerak cepat aku mencoba menyelesaikan pembuatan Paspor sebagai prasyarat untuk membuat Visa dari Negara-negara yang akan dikunjungi yaitu Spanyol, Italia dan Perancis. Alhamdulillah semua dokumen sebagai persyaratan administrasi bisa aku selesaikan sesuai target waktunya dan akhirnya tanggal 27 April 1997 malam aku berangkat bersama beberapa rekan yang telah ditunjuk mengikuti Perjalanan Dinas ini menuju Madrid, Spanyol dengan menggunakan Air France. Selanjut nya pada tanggal 30 April 1997 terbang lagi menuju Milan, Italia dan pada tanggal 2 Mei 1997 terbang lagi menuju Paris, Perancis dan akhirnya pada tanggal 4 Mei 1997 terbang kembali ke Jakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun Perjalanan ini adalah Rahasia untuk-ku mengingat tanggung jawab yang cukup berat dan harus "sementara aku tinggalkan" akhirnya para Pejabat yang berkepentingan dengan Fastel Pemilu baik di Kantor Wilayah maupun Kantor Pusat mengetahui juga "Perjalanan Rahasia" yang aku lakukan. Maklum, yang harusnya di "konsinyir" hanya aku sendiri dari sekian banyak peserta perjalanan ini. Namun beliau-beliau memaklumi karena mengetahui aku mempersiapkan Fastel ini sejak tahun 1995 dengan diadakan Gladi beberapa kali dan akhirnya pelaksanaan Pemilu 1997 berhasil dengan Sukses dan penyaluran hasil perhitungan suara juga dapat dilaksanakan dengan cepat dan terkompulasi di KPU tanpa kendala sedikitpun.
</div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-3177982797556323292012-12-03T21:07:00.000+07:002012-12-03T21:07:16.893+07:00Rindu pada Blog-ku.<div style="text-align: justify;">
Tidak terasa waktu telah lama berjalan dan tidak terasa pula bahwa aku telah lama sekali "meninggalkan" Blog-ku ini. Namun dibalik ini semua aku merasakan "<b>KEBANGGAAN</b>" karena walaupun lama sekali tidak ada sentuhan posting baru pada Blog ini namun pengunjung tetap berdatangan baik yang sengaja singgah maupun yang mungkin "tidak sengaja" singgah di Blog-ku ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku juga <b>BANGGA</b> sekali dengan Blog ku ini karena dari "<b>FLAG COUNTER</b>" yang aku pasang di Blog-ku ini ternyata sudah 82 (delapan puluh dua) Negara yang sudah menyinggahi Blog-ku ini. Terakhir yang singgah di Blog-ku ini adalah Blogger dari Vietnam dan Pengunjung yang terakhir yang "menyumbangkan" jejak bendera Negara nya adalah Blogger dari Colombia.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
Dengan kondisi yang membanggakan ini, memicu aku untuk bisa menulis lagi di Blog ini untuk bisa menuliskan kembali "Rekam Jejak" saat aku masih bekerja dulu sampai dengan saat ini dikala aku sudah memasuki masa pensiun ku. Aku berterimakasih kepada semua teman-teman Blogger yang masih berkenan meluangkan waktu nya untuk singgah di Blog ini. Karena aku tahu sudah banyak Blog-Blog para sahabat Blogger lainnya yang kondisinya sama dengan Blog ku ini, terimakasih.
</div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-22236234772998112242011-04-10T17:12:00.003+07:002011-04-10T18:53:14.327+07:00Yang Aneh Tapi Nyata (2)<div style="text-align: justify;">Ketika aku bertugas di KDJS, diawal aku mulai bekerja nampaknya situasi nya biasa-biasa saja. Hal-hal yang aneh mulai terasa ketika aku mulai bekerja sampai malam hari untuk menyelesaikan pekerjaan rutinku. Suasana terasa aneh umumnya menjelang datangnya waktu magrib, dimana saat-saat itu aku mulai mencium berbagai "wewangian" yang khas di sekitar ruang kerjaku dan tidak tercium di tempat lainnya.<br /><br />Situasi ruang kerja juga "mendukung" munculnya rasa tidak nyaman, karena ruangan yang satu dan lainnya di sekat-sekat sehingga tidak bisa saling melihat dengan teman lain yang berada diruangan yang lain. Saat itu di lantai 5 dimana aku bekerja, ada ruang kerja Kasubdin Pemeljar dan Kasubdin Adlogjar beserta staf nya masing-masing.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />"Kejutan" pertama yang aku alami, ketika disatu saat menjelang magrib, ketika aku sedang berdiskusi tentang pekerjaan dengan Asman Pemeljar beserta stafnya tiba-tiba seseorang yang awalnya tidak jelas lari dengan cepatnya meninggalkan ruangan di lantai lima. Usut punya usut rupanya dia lari karena katanya mencium bau yang aneh di ruangan kerja nya padahal orang ini sudah lebih dulu bekerja di lantai tersebut dibandingkan aku sehingga logika nya orang tersebut "seharusnya" sudah lebih "tegar" dibandingkan aku.<br /><br />Demikian juga aku sering mencium bau "wewangian" tersebut di beberapa ruangan kerja dilantai lainnya di gedung yang sama. Menurut beberapa rekan yang sudah lama bekerja di gedung itu, muncul nya bau "wewangian" tersebut mulai muncul ketika ada seorang karyawan yang meninggal dunia mendadak karena sakit di salah satu lantai gedung tersebut.<br /><br />Bau "wewangian" tersebut kemudian menghilang ketika ruangan kerjaku dan ruangan lainnya di renovasi sehingga ruangan kerja lebih "terbuka" dan lebih nyaman untuk bekerja. Namun gangguan untuk mengalami hal-hal yang aneh tidak berhenti begitu saja. Muncul lagi hal yang aneh ketika disuatu saat ada karyawan dari bagian lain meninggal dunia di sekitar kantor karena kecelakaan.<br /><br />Hal-hal yang aneh mulai terjadi ketika kaum wanita mulai "ketakutan" kalau ke kamar kecil. Mereka kalau ke kamar kecil pasti "berombongan" walaupun disiang hari sekalipun. Aku sendiri mulai merasakan kalau di sore hari sesudah waktu Ashar sampai menjelang Magrib. Kalau mau ke kamar kecil dan kemudian mengambil wudhu mau shalat pasti merasakan sesuatu dan bulu kuduk pasti berdiri (untuk hal-hal seperti ini aku memang bisa "merasakan" tapi tidak bisa "melihat").<br /><br />Selanjutnya, "gangguan" akan mulai muncul dalam arti sesungguhnya ketika aku melaksanakan shalat magrib diruang kerjaku. Ditengah aku shalat, selalu akan muncul ketukan di kaca jendela dari arah luar yang seperti diketuk dengan menggunakan koin uang logam yang terus menerus terdengar sampai aku selesai melaksanakan shalat bahkan terkadang sampai shalat sudah selesaipun masih terdengar. Kalau aku mendatangi arah suara itu terdengar, ketukan itu pasti berhenti tapi ketika aku meninggalkan jendela itu pasti terdengar ketukan itu lagi.<br /><br />Entah apa maksudnya ketukan itu, tapi ketika kemudian aku mengatakan jangan mengganggu aku lagi karena alam kita sudah berbeda suara itu mulai menghilang. Selanjutnya munculnya hanya kadang-kadang saja dan terkadang hanya sebentar saja "mengetuk" jendela nya dan kemudian hilang sama sekali. Sampai kemudian aku dimutasikan ke bagian lain dan juga ruangannya lain dan sampai pensiun aku tidak pernah mengalami hal-hal yang Aneh tapi Nyata ini lagi.</div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-46981983730369175532011-04-09T09:01:00.003+07:002011-04-09T09:13:23.273+07:00Trouble Shoting di "Pabrik Susu"<div style="text-align: justify;">Mungkin kata "Kolam Susu" sudah tidak asing lagi untuk banyak orang, khususnya untuk para penggemar lagu-lagu dari Group Band Koes Plus, karena salah satu lagu nya yang menjadi Top Hits adalah lagu Kolam Susu. Nah, kalau "Pabrik Susu" yang aku maksudkan disini tidak ada hubungannya dengan lagu Kolam Susu nya Koes Plus, karena "Pabrik Susu" yang dimaksud ini hanya istilah atau sebutan canda kami yang pernah bekerja di lingkungan STO Gambir untuk salah satu Unit Kerja yang berada di lingkungan STO Gambir.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekitar tahun '90-an di STO Gambir sebagai STO yang besar, banyak sekali Unit Kerja yang berada dan bekerja di lingkungan ini yang semuanya masuk dalam struktur organisasi KDJP. Diantaranya adalah Unit Kerja Penerangan Lokal atau lebih dikenal dengan sebutan Penerangan/108 yang berada di bawah Subdin Penerangan Lokal (PenLok) dan Unit Kerja Telepon Antar Daerah atau lebih dikenal dengan sebutan Interlokal/100 yang dibawah Subdin Telepon Antar Daerah (Telanda).</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, dari kedua unit kerja inilah istilah "Pabrik Susu" muncul karena ke dua unit kerja ini petugas nya atau operator nya di dominasi oleh kaum wanita. Kalau suasana di ruang kerja ke dua unit kerja tersebut nyaris sama, karena tugas mereka memberikan pelayanan dengan menggunakan suara melalui perangkat khusus sejenis "switch board" sehingga disaat-saat tertentu mereka begitu jenuhnya bekerja dan harus istirahat setelah bekerja selama beberapa jam. Dan suatu hal yang lumrah, dalam kejenuhan bekerja apabila ada orang yang masuk ruangan kerja mereka khususnya kalau ada pria yang masuk akan menjadi perhatian mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal ini pernah aku alami ketika pertama kali masuk ke salah satu ruangan kerja mereka, ketika akan memperbaiki sesuatu gangguan teknis. Dari mulai masuk ke ruangan sampai ke lokasi yang akan aku perbaiki dan bekerja untuk perbaikan, nyaris semua mata operator yang sedang bertugas memperhatikan aku. Risih juga dibuatnya, karena bekerja dan diperhatikan oleh banyak pasang mata wanita. Namun menjadi hal yang biasa ketika sudah sering masuk keruangan tersebut dan kenal dengan beberapa operator yang bertugas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekarang sesuai dengan perkembangan teknologi dan perubahan organisasi, kedua Unit Kerja tersebut sudah tidak ada lagi. Pelayanan untuk informasi atau penerangan dilakukan oleh suatu unit kerja baru yang nampaknya karyawannya atau operatornya sudah gabungan antara pria dan wanita, jadi istilah "Pabrik Susu" hanya istilah untuk unit kerja dimasa lalu he he he ........ !</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-75836364509854574232011-04-04T09:51:00.005+07:002011-04-04T11:06:10.425+07:00"Membangkang" Perintah Big-Boz !<div style="text-align: justify;">Saat aku masih bertugas di suatu Bagian yang bertugas untuk Pengoperasian & Pemeliharaan suatu perangkat akses, banyak sekali tugas yang aku harus kerjakan termasuk mengawasi pelaksanaan operasi & pemeliharaan agar sesuai dengan ketentuan dan performansi-nya tetap pada standard yang telah ditentukan termasuk pencapaian target-target performansi khususnya jaringan akses yang hasil akhirnya merupakan nilai performansi Kantor yang pencapaiannya bersaing dengan Kantor lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan beban yang begitu besar, sudah bukan yang aneh kalau aku harus bekerja nyaris 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu (bener-bener jadi manusia yang workaholic). Untuk menunjang tugas sehari-hari, sudah biasa kalau setiap hari Jumat sore aku mendownload performansi selama minggu itu untuk selanjutnya di evaluasi yang aku kerjakan pada hari Sabtu dan Minggu kemudian mencoba memberikan rekomendasi untuk disampaikan di hari Senin berikutnya untuk rekan-rekan yang bertugas di lapangan baik yang performansi nya tercapai atau tidak tercapai.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, disuatu Malam Minggu ketika aku sedang bekerja dengan data-data yang aku bawa dari kantor, aku menerima SMS dari Big-Boz yang isinya suatu "Perintah" untuk semua jajaran di Kantor-ku agar semuanya "Keluar" dari kantor untuk mendukung Program Pemasaran. Aku yang sedang mengevaluasi performansi unit kerjaku seperti "tersentak" membaca SMS ini, karena selain menjaga performansi unit kerja sendiri, unit kerjaku juga menjadi "Tulang-Punggung" untuk mendukung dan mensukseskan Kinerja Pemasaran.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku kemudian menjawab SMS itu dan menyampaikan kepada Big-Boz bahwa saat itu (mendekati tengah malam) aku sedang mengerjakan dan mengevaluasi performansi unit kerjaku, dan menyampaikan juga bahwa suatu hal yang mustahil kalau kami yang di "Garis Belakang" yang menyiapkan "Dukungan" untuk mensukseskan Program Pemasaran di "Garis Depan" diharuskan ikut keluar dan "mengabaikan" performansi lainnya yang juga menjadi target kinerja Kantor. Aku sampaikan juga, bahwa aku beserta teman-teman di unit kerjaku tetap akan mendukung Program Pemasaran tapi tidak akan keluar kantor untuk mendukung Pemasaran secara langsung (menjadi "marketers").</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dampak dari SMS-ku, pada hari Senin berikutnya kami semua dipanggil Big-Boz yang intinya membahas SMS-ku dan akhirnya Big-Boz memutuskan bahwa unit kerjaku tetap melakukan tugas rutin yang tidak kalah "berat"nya dengan target pemasaran dan tidak dilibatkan untuk menjadi tenaga "marketers" yang harus keluar dari kantor. </div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-71635757266831373112011-03-15T09:25:00.006+07:002011-03-15T13:25:19.425+07:00Keluarga Besar "PON"<div style="text-align: justify;">Selama bertugas dan bekerja di Palembang tentunya banyak yang aku alami yang bisa dijadikan kenangan bagi aku sendiri atau teman-teman lain yang juga pernah bekerja bersama di Palembang. Cerita tentang Keluarga Besar "PON" ini juga terjadi di Palembang, di saat awal-awal aku bekerja di kota ini, tapi kali ini yang aku ceritakan bukan yang aku alami sendiri tetapi tentang seorang teman yang saat itu bekerja di Kantor Daerah Telepon (KANDAPON) Palembang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cerita ini berawal dari "singkatan-singkatan" baku untuk sebutan nama Kantor dan Pejabatnya yang berlaku saat itu (tahun 1970-an). Saat itu nama Kantor Daerah Telepon (KANDAPON) atau sama dengan KANDATEL sekarang, dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang sebutannya adalah KAKANDAPON. Demikian juga tempat aku bekerja di Kantor Daerah Telegrap & Telex (KANDATEX) dipimpin oleh KAKANDATEX.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketika suatu saat salah satu temanku yang bekerja di KANDAPON saat itu "memacari" salah satu putri-nya KAKANDAPON, mulailah istilah-istilah baru bermunculan menyesuaikan dengan kondisi saat itu. Karena sebutan KAKANDA (Kepala Kantor Daerah) yang bisa diartikan juga untuk sebutan kepada seorang Kakak Laki-Laki, maka kemudian muncullah istilah-istilah baru yaitu "IBUNDAPON" untuk sang istri KAKANDAPON dan Ibu nya sang Putri KAKANDAPON dan "ANANDAPON" untuk sang putri KAKANDAPON dan temanku sendiri mendapat sebutan baru sebagai "MANTUPON" sebagai calon mantu pak KAKANDAPON he he he .... !</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat mereka pacaran aman-aman saja, namun suatu saat timbul masalah untuk temanku ketika mendapat berita bahwa dia akan di mutasikan ke Surabaya. Secara Kedinasan tidak ada masalah, karena setiap tahun saat itu selalu ada pegawai baru yang baru lulus dari pendidikan dan siap menggantikan siapa saja yang akan di mutasi. Namun untuk temanku ini, menjadi masalah ketika temannya satu angkatan yang bertugas di Jambi sudah mutasi ke Surabaya. Usut punya usut, ternyata setelah di check SK (Surat Keputusan) mutasi sudah ada dan "tertahan" di meja sang "KAKANDAPON".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Suatu hal yang manusiawi kalau sang "KAKANDAPON" yang juga merangkap sebagai Ayah dari seorang putri yang berpacaran sudah lama dengan seorang bawahannya tentunya berharap sang "ANANDAPON" tidak dikecewakan atau di sia-siakan oleh sang Calon "MANTUPON" dan tentunya juga berharap adanya "keseriusan atau kesungguhan" dari sang "MANTUPON" tentang hubungan yang sudah terjalin dengan putrinya. Namun masalah Pribadi akhirnya menjadi masalah "Kedinasan", dengan tertahannya SK Mutasi untuk sang Calon "MANTUPON".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya setelah berkonsultasi dengan kita-kita sebagai teman, temanku itu membicarakan dengan keluarganya dan akhirnya diputuskan untuk melamar Putri Sang KAKANDAPON dan setelah melakukan Pertunangan akhirnya SK Mutasi tersebut diserahkan sehingga temanku bisa melaksanakan mutasi ke Surabaya. Akhir dari cerita ini adalah HAPPY ENDING karena tidak lama setelah mutasi ke Surabaya dan setelah Putri dari KAKANDAPON tersebut juga sudah menyelesaikan sekolahnya, mereka kemudian resmi menikah dan Alhamdulillah temanku itu sekarang sudah punya beberapa orang cucu hanya saja dalam Keluarga Besar "PON" ini tidak sempat muncul istilah "CUCUPON" atau "CICITPON" karena Sang KAKANDAPON akhirnya juga melaksanakan mutasi dari Palembang.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-63712929810613835602011-03-15T07:45:00.004+07:002013-10-30T09:06:06.273+07:00Di-Isengin Teman Sentral<div style="text-align: justify;">
Diawal-awal ketika aku mulai bekerja di Palembang ditahun 1974, untuk komunikasi telepon sudah menggunakan sistim Sentral Telepon Otomat, yang saat itu menggunakan sentral telepon type ARF-xxx (type lengkapnya aku lupa) untuk Sentral Lokal-nya dan type ARM-xxx untuk Sentral SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh). Namun untuk sentral SLJJ nya belum difungsikan karena sistem transmisi yang digunakan saat itu Trans Sumatra Microwave (TSMW) belum selesai seluruh pembangunannya, sehingga untuk komunikasi SLJJ dilakukan secara manual dengan menggunakan jasa operator yang lebih dikenal dengan sebutan Interlokal (100).</div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, cerita tentang "Diisengin Teman Sentral" ini berawal ketika aku yang bekerja di Sentral Telex Kantor Telegrap & Telex (KANDATEX) Palembang, kebagian masuk Dinas Siang sedangkan teman-teman lain yang tinggal serumah yang bekerja di Sentral ARM dan di Dinas Luar (Dinas Jaringan Akses sebutan sekarang) Kantor Daerah Telepon (KANDAPON) Palembang dan Stasiun Radio Microwave (SROM) Palembang masuk Dinas Pagi semua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Risiko yang masuk Dinas Siang, kebagian untuk bersih-bersih rumah dan menyiapkan nasi untuk makan siang teman-teman yang masuk Dinas Pagi. Setelah selesai beres-beres, biasanya aku menghubungi atau ngobrol dengan teman teman baik cowok maupun cewek melalui telepon yang ada dirumah. Kebetulan dirumah kontrakan, kami diberikan fasilitas Telepon Dinas, karena "kebetulan" kami saat itu merupakan "pejabat-pejabat" kecil yang bertanggung jawab atas kelancaran telekomunikasi di Kota Palembang dan sekitarnya sehingga harus siap dan stand-by 24 jam penuh bila ada masalah atau gangguan teknis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu saat ketika aku sedang bicara dengan seorang teman cewek, tiba-tiba tersambung dengan pembicaraan lain yang juga cowok dan cewek. Aku kaget karena kejadiannya tiba-tiba sekali, dan sebagai "orang teknis" aku langsung berpikir pasti ada gangguan yang menyebabkan terjadi nya percakapan saling-silang (cross connection) tersebut. Saat itu aku berpikir pasti ada masalah dengan jaringan dan tidak terpikir masalah datangnya dari sentral karena saat itu sentral telepon yang digunakan masih relatif baru pengoperasiannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kemudian "rahasia" terjadi nya "percakapan saling-silang (cross connection)" yang aku alami "terbuka" ketika aku beberapa kali dicandain oleh teman-teman yang bekerja di sentral. Dengan kemampuan teknis mereka dan juga fasilitas teknis yang ada pada sentral, rupanya dimanfaatkan oleh teman-teman di sentral untuk ngerjain aku. Dan rupanya teman-teman yang bekerja di Jaringan juga ada yang "dikerjain", maklum saat itu kami semua masih bujangan jadi saling "ngeledek" menjadi hal yang biasa. Selanjutnya, kalau sedang dirumah dan aku memakai telepon harus selalu waspada supaya tidak "dikerjain" teman-teman sentral lagi.</div>
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-74876200520090582582011-03-10T15:43:00.005+07:002011-03-14T10:53:23.948+07:00Yang Aneh Tapi Nyata (1)<div style="text-align: justify;">Selama 34 tahun bekerja, tentunya banyak sekali aku menemui banyak hal baik yang biasa-biasa saja atau yang "aneh-aneh". Kalau yang biasa-biasa saja mungkin banyak orang yang mengalami hal yang sama tapi kalau hal yang aneh-aneh belum tentu semua orang mengalaminya. Kalaupun mengalaminya, mungkin versinya sedikit berbeda.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal pertama yang aneh aku temui, ketika aku bekerja untuk pertama kali di KANDATEX (Kantor Daerah Telegrap & Telex) Palembang, disaat aku melaksanakan Dinas Malam pertama. Cerita lengkap nya pernah aku tuliskan di Blog ini (<a href="http://catatanaki.blogspot.com/2009/06/ditempat-aku-bekerja-semua-teknisi.html">disini</a>). Walaupun sedikit "menegangkan" tetapi kejadian tersebut tidak pernah aku alami lagi, padahal lokasi tempat aku bekerja saat itu di Gedung yang cukup tua (dibangun sejak jaman Belanda), landasan atau lantai sentral-nya saja masih menggunakan Kayu namun masih sangat kuat untuk menahan beban beratnya sentral dan manusianya.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian ketika aku mutasi ke WITEL-IV Jakarta (waktu itu) dan penugasan pertama di Sentral Telex Jatinegara-2 atau lebih dikenal dengan sebutan STO Prumpung yang sekarang lebih dikenal sebagai kantor/gedung eks KANDATEL Jakarta Timur. Walaupun saat itu, STO JNG-2 (JT-2) masih sepi karena petugas yang bertugas di STO itu hanya petugas Sentral Telex dan rekan-rekan dari Dinas Jaringan saja karena untuk petugas Sentral Telepon (saat itu Sentral Telepon masih menggunakan type PRX dan EWSD) dan petugas Transmisi HAS tidak ada, karena perangkatnya adalah perangkat yang Un-Attended, tapi relatif aman-aman saja dan aku tidak pernah menemukan hal-hal yang aneh-aneh saat bekerja.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, ketika aku di mutasi ke STO Gambir mulailah aku "mendengar" cerita yang "aneh-aneh" tentang kejadian-kejadian yang di luar akal sehat. Dimulai dari cerita petugas Multiplex Analog di lantai 6 Gedung-B STO Gambir yang dinas malam melihat "paha orang" setinggi lantai 6 sampai dengan cerita para petugas Pengamanan kalau ber patroli lewat di samping kanan STO selalu ada yang "melempari" batu, batunya ada tapi yang melemparnya selalu tidak pernah diketahui.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yang aku paling ingat ketika ada musibah dengan Sentral EMD yang ambruk saat akan dibongkar. Secara akal sehat dan logika, sentral tersebut tidak mungkin ambruk karena selain memang "besar dan berat" juga dudukan atau pegangan sentral di lantai maupun antar rack juga sangat kuat. Hampir setiap hari aku masuk ke ruangan sentral tersebut yang sudah tidak aktif lagi (sudah off) karena ada satu unit kerja di bawah tanggung jawab ku berada disalah satu sudut ruangan sentral tua tersebut jadi aku bisa "memprediksi" kekuatan sentral tersebut. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tapi yang namanya musibah, sentral yang besar dan berat itu bisa ambruk di saat petugas yang membongkar sedang istirahat. Memang beberapa rack sudah di lepaskan baut-baut pengikat di lantai (aku tidak tahu persis rencana teknis pembongkaran sentral tersebut) tapi dibagian atas, antar rack masih terikat kuat. Menurut cerita yang ada di lokasi, ada yang melihat muncul makhluk hitam yang lebih tinggi dari manusia tiba-tiba datang dan mendorong rack yang paling pinggir dan dengan "effek domino" maka semua rack yang ada disampingnya ambruk karena "beban berat" dari setiap rack yang ambruk dan makhluk terssebut langsung "menghilang" ketika semua rack sudah ambruk.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keanehan selanjutnya, ketika beberapa Pejabat dari Kantor WITEL meninjau lokasi dan akan melihat konstruksi lantai dari bawah sentral yang ambruk karena dikuatirkan lantai akan retak dengan jatuhnya sentral yang sangat berat dari ruang MDF yang letaknya tepat di bawah sentral tersebut, tiba-tiba terdengar ada suara ketukan dari lantai atas seolah-olah ada yang masih bekerja di lokasi sentral yang ambruk. Langsung ada rekan yang mengechek ke ruangan sentral tapi tidak diketemukan ada orang sama sekali apalagi ada yang masih bekerja. <b>Aneh tapi nyata,</b> dan lantai sentral juga tidak mengalami retak sama sekali walaupun mengalami "hantaman" yang sangat kuat dengan ambruknya sentral EMD tersebut.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-62893648866770189072011-03-06T10:06:00.003+07:002011-03-06T10:59:53.720+07:00"Salah-Arah" di Laut<div style="text-align: justify;">Peristiwa atau kejadian yang aku alami dan tidak pernah aku lupakan adalah ketika aku harus "terjun" dari perahu masuk ke laut yang pertama kalinya seumur hidup. Hal ini aku alami ketika aku mengikuti Outbound yang wajib diikuti sebelum mengikuti SUSPIM-II di Bandung pada tahun 2001. Jujur saja, selama hidup aku belum pernah main-main di laut, jangankan di laut bermain di pantai saja jarang sekali aku lakukan. Lagi pula aku tidak bisa berenang. Nah ketika mengikuti outbound tersebut, mau tidak mau semua aktivitas yang sudah dipersiapkan oleh penyelenggara harus diikuti karena hasilnya akan melengkapi hasil SUSPIM-II yang akan berjalan.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku masih ingat, aktivitas pertama yang dilakukan setelah sampai di Pulau Bidadari (aktivitas outbound dilakukan disekitar pulau Bidadari) langsung pengenalan tentang laut setelah ada permainan pengenalan untuk membentuk team building. Sebelum naik ke perahu kami sudah diberikan pelampung (life-jacket) dan petunjuk serta tata cara untuk melihat arah kemana kita akan berenang menuju arah pantai pada saat terjun kelaut . Ketika semua sudah naik perahu dan mengarah ketengah laut, disinilah "ketakutan-ku" mulai timbul. Seperti yang aku tuliskan diatas, aku belum pernah "masuk" kelaut dan juga tidak bisa berenang, walaupun sudah pakai pelampung pun tetap saja rasa takut itu menguasai diriku. Sekitar 20 atau 30 meter dari bibir pantai, mesin perahu dimatikan dan semua peserta diminta untuk terjun kelaut dan berenang sendiri menuju ke pantai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semua teman-temanku sudah masuk kelaut dan berenang menuju ke pantai, tinggal aku sendirian yang belum terjun masuk kelaut. Instruktur sudah menegaskan, aku harus masuk kelaut sampai kapanpun bahkan ada penawaran mau di dorong kelaut atau mau terjun sendiri? Pelan tapi pasti perahu juga semakin menjauh dari bibir pantai terdorong oleh ombak sehingga jarak tempuh ke pantai semakin menjauh. Akhirnya, dengan sisa-sisa "keberanian" yang ada aku meloncat dan masuk kedalam laut untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku. Begitu masuk kedalam air laut, dengan dorongan pelampung aku muncul lagi di permukaan laut walaupun sempat menelan air laut yang cukup banyak. Ternyata eh ternyata, setelah mengapung dan mulai berenang ternyata malah menyenangkan berenang pakai pelampung.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tanpa aku sadari aku melakukan kesalahan fatal dengan "melupakan" instruksi para instruktur untuk melihat arah kemana tujuan kita berenang. Keasyikan berenang yang aku pikir aku menuju ke pantai, eh ternyata aku malah menuju arah sebaliknya. Aku baru menyadari ketika perahu yang dinaiki instruktur menghampiri aku dan bertanya, "Bapak mau kemana ? mau ke Jakarta kah?" Disitu aku baru menyadari kalau aku salah arah, dan ketika aku mencoba berdiri dilaut untuk melihat arah, sempat di bolak-balik karena diterjang ombak walaupun aku akhirnya mampu merubah arah berenang-ku. Tetapi waktu untuk berlatih sudah hampir habis, aku juga sudah lelah sekali dan ombak juga sudah semakin membesar akhirnya aku "diseret" instruktur sampai ke pantai. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sampai dipantai aku harus dibantu teman-teman untuk berjalan karena tenaga-ku benar-benar "sudah habis" saat aku "salah-arah" di laut. Ini pengalaman yang tidak pernah aku lupakan, namun ketika aku mendapat kesempatan lagi mengikuti outboud lainnya yang diadakan di laut aku sudah tidak takut lagi dengan laut.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-24634159398792349922011-03-04T16:22:00.002+07:002011-03-04T21:38:20.972+07:00Hormat Pada Dasi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/-Sa6pQhlAri0/TXCvi7preII/AAAAAAAAAE8/KreWg4fgVis/s1600/Dasi1.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/-Sa6pQhlAri0/TXCvi7preII/AAAAAAAAAE8/KreWg4fgVis/s200/Dasi1.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5580152952974964866" /></a><div style="text-align: justify;">Ketika aku masih jadi staf / pelaksana, terkadang bila aku melihat Kepala Kantor ku yang selalu pakai dasi aku hanya berpikir, kapan aku berkesempatan bekerja dengan memakai dasi ? Apalagi dengan Korps ku yang dari Korps Teknik, nampaknya sesuatu hal yang mustahil kalau aku bekerja dengan memakai dasi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun seiring dengan berjalannya waktu, dimana dimulai dari karier ku sebagai staf / pelaksana, yang selangkah demi selangkah akhirnya aku mencapai tingkatan Kepala Sub Dinas (Kasubdin) atau sekarang sama dengan Asisten Manager (Asman). Pertama sekali posisi Kasubdin aku jalani saat aku menjadi Kasubdin Transmisi pada Dinas Ophar Sentradaya Kandatel JP.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, sebagai Kasubdin Transmisi inilah aku mulai bekerja harus menggunakan dasi sebagai salah satu kelengkapan harian yang harus dipakai selama jam dinas. Memang diawal terasa agak aneh kalau bekerja sambil memakai dasi, apalagi aku sebagai orang teknik rasanya janggal bekerja dengan memakai dasi. Namun karena sudah keharusan dan merupakan salah satu bentuk disiplin dasar, mau tidak mau setiap hari harus pakai dasi kecuali hari-hari tertentu menggunakan seragam lapangan yang waktu itu masih menggunakan seragam warna coklat muda.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketika bertugas di Kandatel JP tidak menjadi masalah dengan aku mengenakan dasi, demikian juga ketika aku di mutasikan menjadi Kasubdin Dukungan Pelanggan di Dinas Pelayanan Network. Nah, cerita tentang "Hormat pada Dasi" aku alami ketika aku di promosikan menjadi Kepala Dinas Jaringan Akses Pelanggan atau Manager Jaringan Akses di Kandatel JS. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai pejabat baru yang belum mempunyai pakaian dinas lapangan maka aku setiap hari harus mengenakan dasi sebagai pelengkap pakaian dinas harian. Nah, kalau sudah memakai dasi, sejak aku datang ke kantor dan berjalan kemana saja baik di lapangan maupun di lingkungan kantor, hampir semua orang memberi salam khususnya para petugas pengamanan (SatPam). Awalnya aku berpikir, sudah "hukum alam" kalau orang menghormati orang yang pakai dasi di lingkungan kantor. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun suatu ketika aku sengaja, sewaktu masuk kantor dasi aku lepaskan sehingga aku menjadi "pegawai biasa" yang akan bekerja. Keanehan mulai terjadi, sejak masuk halaman kantor dan masuk ke dalam kantor tidak ada satupun yang memberi salam kepadaku, apalagi aku sebagai "orang baru" di Kandatel JS belum semuanya mengenali aku. Tetapi ketika aku keluar lagi dari kantor dengan mengenakan dasi sesuai ketentuan, semua orang memberi salam lagi. Aku jadi tertawa melihat hal ini karena aku merasakan kalau orang "memberi salam" rupanya untuk "Dasiku" bukan untuk diriku. Namun kemudian setelah beberapa bulan bekerja aku mulai dikenali banyak orang dan kalau aku bertemu dengan teman sekerja atau petugas pengamanan saling memberi salam walaupun aku tidak mengenakan dasi sekalipun.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-85008394182964182672010-09-20T09:37:00.009+07:002011-03-04T09:55:36.341+07:00Oktoberfest<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TJbXJ1VZdVI/AAAAAAAAADo/X7BRJUqTjqM/s1600/Oktoberfest+2010-1.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 143px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TJbXJ1VZdVI/AAAAAAAAADo/X7BRJUqTjqM/s200/Oktoberfest+2010-1.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5518834957324744018" /></a><div style="text-align: justify;">Beberapa saat yang lalu aku melihat kemeriahan acara pembukaan Oktoberfest 2010 pada tanggal 18 September yang lalu di Muenchen melalui TV. Aku menjadi teringat, 22 tahun lalu di tahun 1988, sempat melihat kemeriahan acara Oktoberfest 1988 tersebut. Saat itu aku bersama 7 orang rekan lainnya ditugaskan perusahaan untuk mengikuti training tentang Database Sentral Telex type EDX-C yang akan dipasang di Indonesia, yang di adakan di Siemens Training Center, Muenchen, Jerman Barat (saat itu Jerman masih terbagi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur)</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Acara Oktoberfest itu sendiri merupakan acara atau festival tahunan yang bersifat internasional dan diadakan di kota Muenchen, yang dimulai setiap akhir September sampai awal Oktober (dua mingguan). Oktoberfest ini di pusatkan di Theresienwiese atau lebih dikenal dengan sebutan "d'Wiesn". Di acara Oktoberfest ini, acara utamanya adalah Pesta minum Bir dan jangan heran bila minum bir disini gelas yang digunakan besar-besar yang ukurannya diatas 1 liter.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai trainer di Siemens Training Center, dan kebetulan menjelang selesainya acara trainiing,kami di undang resmi oleh Siemens untuk menghadiri acara Pesta Bir tersebut. Peserta yang ikut serta selain dari Indonesia, ada satu orang dari New Zealand dan satu orang dari Peru. Dengan didampingi oleh instruktur dari Siemens,kami masuk kedalam tenda besar yang disebut Bierzielt yang mampu menampung ribuan orang dan kami mencoba untuk minum Bir yang saat itu khususnya peserta dari Indonesia yang bukan peminum bir merupakan masalah besar ketika kami harus minum bir dalam gelas ukuran 1,5 liter. Tapi dengan berbagai macam cara tanpa harus menyinggung yang mengundang kami, Bir dalam gelas berkurang isinya tanpa kami harus meminumnya. Tapi ada satu orang rekan yang nekad mencoba minum sampai habis yang akhirnya berdampak ketika pulang ke apartemen dia ketiduran di dalam U-Bahn (kereta api bawah tanah) sampai terbawa ke pemberhentian terakhir karena nyenyak sekali tidurnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain acara minum bir ini, aku juga sempat melihat karnaval yang dadakan dengan berjalan mengelilingi kota Muenchen. Menarik sekali karnaval ini karena bisa melihat pakaian yang dikenakan khas Bavaria baik yang dikenakan oleh pria atau wanitanya. Banyak atraksi yang ditampilkan dari musik sampai perlatan kuno dibawa mereka dan ditampilkan dalam karnaval tersebut. Mungkin acara Oktoberfest 2010 yang diadakan sekarang jauh lebih meriah daripada Oktoberfest tahun 1988 yang lalu karena perkembangan budaya dan lain sebaginya pasti mempengaruhi aktivitas tersebut. Sekarang hanya bisa bermimpi saja, kapan bisa melihat Oktoberfest lagi di Muenchen. Yang jelas, aku membawa kenangan berupa Gelas besar cinderamata dari Siemens sebagai kenang-kenangan Oktoberfest 1988.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-28419806075097464012010-09-17T09:39:00.006+07:002010-09-17T11:03:39.790+07:00Call Bodong<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TJLoe38HJfI/AAAAAAAAADg/9Tf9Lj3KEOQ/s1600/Operator+telepon.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 192px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TJLoe38HJfI/AAAAAAAAADg/9Tf9Lj3KEOQ/s200/Operator+telepon.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517728110592075250" /></a><div style="text-align: justify;">Ketika aku bertugas di Bagian Business Performance, hobby-ku yang suka mengutak-atik data semenjak masih di Dinas Jaringan menjadi tersalurkan sekali. Untuk mengetahui Performansi secara menyeluruh aku di bantu dan di support oleh seorang Asman yang pengalamannya sangat bisa diandalkan. Namun terkadang, suatu permasalahan bisa atau bahkan harus dilihat dari sudut pandang yang lain atau yang "tidak biasa" dilakukan.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, terkait dengan judul diatas, aku awali saat itu dari hasil Rapat pembahasan performansi, aku tergelitik untuk mengetahui lebih mendalam mengapa satu target tertentu dari satu unit kerja tertentu (tidak perlu aku sebutkan nama unit kerjanya) tidak tercapai padahal hasil ini juga diperlukan oleh unit kerja lain dan hasil akhirnya adalah peningkatan pendapatan (revenue). Padahal disisi lain dilaporkan, upaya untuk mencapai target tersebut sudah dilakukan secara maksimal antara lain melalui pengiriman surat dan juga dilakukan melalui telepon yang dilaksanakan oleh satu unit kecil yang biasa menghubungi pelanggan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berangkat dari informasi tersebut aku mencoba melihat proses yang dilakukan berdasarkan data dari Sistim Informasi Data Elektronik yang kita gunakan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa produktivitas call yang dilakukan petugas sangat tinggi angka keberhasilannya. Tetapi mengapa hasil akhir nya tetap tidak sesuai dengan target yang akan dicapai. Selanjutnya aku mulai melihat lebih mendalam dengan melihat data call yang dilakukan secara individu oleh petugas ybs.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Disinilah aku melihat banyak kejanggalan yang terjadi, banyak call yang dinyatakan berhasil dalam dua digit detik, bahkan ada yang satu digit detik. Berangkat dari data ini aku mencoba melakukan simulasi call sendiri mulai dari melakukan dial, lalu menunggu dengan mendengarkan nada panggil, telepon diangkat penerima, bicara dan menutup telepon kembali, aku menghitung total waktu yang aku gunakan melakukan aktivitas ini mencapai tiga digit detik. Selanjutnya aku mencoba berkoordinasi dengan Penanggung Jawab Petugas call dan mendapat informasi bahwa dalam menyampaikan pesan yang harus disampaikan diperlukan waktu x menit atau kalau ditranslasikan ke detik akan menjadi tiga digit detik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya ketahuan juga bahwa banyak call yag dilakukan petugas call adalah "Call Bodong" alias call semu yang belum tentu berhasil tapi dinyatakan berhasil. Atas dasar hasil penelitian ini selanjutnya dilakukan pengawasan yang lebih baik terhadap petugas call oleh unit kerja terkait dan monitoring hasil call juga diperhatikan secara detail dan hasil akhirnya apa yang diharapkan bisa dicapai.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-66958243569891187562010-09-16T11:20:00.006+07:002010-09-16T12:45:47.556+07:00Mempersiapkan LC Data<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TJGu3IvZNNI/AAAAAAAAADY/17waaPkM_us/s1600/Siemens+T-100.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 249px; height: 203px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TJGu3IvZNNI/AAAAAAAAADY/17waaPkM_us/s320/Siemens+T-100.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517383280767874258" /></a><div style="text-align: justify;">Pada masa sekitar tahun 1970-an ketika Telex masih menjadi andalan dalam pengiriman dan penerimaan berita baik untuk perorangan maupun perusahaan, termasuk dalam pengiriman dan penerimaan Telegram, berdampak pada Traffic Telex yang cukup tinggi yang antara lain disebabkan karena pendudukan Selector (saat Sentral Telex masih menggunakan Sentral TW-39 yang masih menggunakan Teknology Step-By-Step) dan Trunk yang tersedia.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal ini berdampak pada saat akan melakukan panggilan, setelah menekan tombol Start sebelum memulai memutar nomor yang dipilih ataupun sesudah selesai memutar nomor yang dituju akan mendapat jawaban NC yang berarti No Circuit. Untuk pengguna jasa Telex yang traffic nya tinggi, kondisi ini menyebabkan "kerugian" yang cukup besar karena tidak bisa menyampaikan Informasi atau Data yang diperlukan sesuai dengan waktu yang diharapkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat aku masih bertugas di Kandatex Palembang di sekitar tahun 1974 - 1975, ada dua perusahaan besar saat itu yang traffic telex nya tinggi sekali, yaitu PT PUSRI yang menggunakan Telex untuk komunikasi antara Pabrik yang ada di Palembang dengan Kantor Pusatnya yang berada di Jakarta dan satu lagi adalah PT Pertamina yang menghubungkan daerah produksinya di Plaju dan Sungai Gerong ke Kantor Pusat Pertamina di Jakarta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk mengatasi traffic-jam yang terjadi dengan keterbatasan sarana saat itu, operator telex Pusri biasanya sudah melakukan call mulai jam 7 pagi dan di "hold" sampai dengan jam 12 (saat jam istirahat) lalu sejak jam 13 melakukan call lagi dan di hold sampai jam 17 atau sampai habisnya berita yang akan dikirim atau diterima. Hal ini tentunya untuk pelanggan menjadi kendala dengan adanya "Beban Tagihan" pemakaian Telex yang besar akibat pendudukan sirkit telex yang ada dalam waktu yang lama (Holding Time nya tinggi). Dampak dari hal ini, untuk solusinya akhirnya dilipih penggunaan Leased Channel Telex (LC Telex) antara Pabrik Pusri di Palembang dengan Kantor Pusat nya di Jakarta. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penyiapan LC Data untuk Telex saat itu tidak lah semudah seperti sekarang, khususnya dalam hal penyediaan jaringan phisik antara pelanggan sampai ke Kantor Telegrap yang ada. Untuk Jaringan Telex & LC Data memiliki kriteria khusus antara lain Redaman Saluran, Tahanan Isolasi, Tahanan kawat a dan b termasuk Distorsi saluran harus semua sesuai standard yang ditentukan apalagi saat itu Kabel kertas masih digunakan sehingga paling tidak cukup "mempersulit" dalam mencari jaringan yang baik dan sesuai untuk digunakan LC Data.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat itu biasanya, kita mengadakan pengukuran sendiri jaringan phisik yang di alokasikan untuk LC Data. Dengan bersenjatakan alat ukur "Megger" (merk alat ukur yang salah kaprah jadi nama alat ukur) kita mengadakan pengukuran dari MDF mini Kantor Telex menuju MDF Kantor Telepon lalu menuju ke arah Pelanggan. Hal ini yang membuat "lama" nya waktu untuk penyiapan dan penyediaan saluran untuk LC Data karena terkadang saluran yang sudah di alokasikan harus diganti berulang kali karena tidak memenuhi persyaratan teknis yang diminta. Bahkan bukan tidak mungkin, penyiapan jaringan menjadi terkendala ketika tidak ada jaringan yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta sehingga "terpaksa" harus menunggu perbaikan saluran dari rekan-rekan jaringan telepon saat itu. Ada satu keuntungan psikologis saat itu, karena Jaringan Telex atau Data merupakan Prioritas Utama baik dalam penyediaan maupun perbaikan maka penyiapan jaringan untuk LC Data biasanya mendapatkan dukungan dan bantuan Penuh dari rekan-rekan di Dinas Luar Kandapon (sebutan untuk Dinas Jaringan saat itu).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bila jaringan end-to-end sudah selesai disiapkan bukan berarti pekerjaan selesai, tugas selanjutnya memberitahu Seksi Data di Subdin Telegrap DINTEKTRAGRAP Jakarta (bayangkan, saat itu untuk menangani Data di seluruh Indonesia hanya ditangani oleh unit kerja setingkat Seksi) untuk mengadakan pengukuran selanjutnya dengan menggunakan alat ukur yang lebih lengkap. Apabila hasil ukurnya sudah memenuhi standard dan setelah rekan-rekan dari Seksi Data memberikan persetujuan kualitas jaringan, barulah LC Data tersebut bisa digunakan dan siap untuk dioperasikan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mungkin kalau dipandang dengan sudut pandang saat ini, proses yang dijalankan diatas sangat merepotkan dan rumit, tapi memang begitulah prosedur kerja yag harus dilakukan saat itu khususnya dalam hal penyediaan dan penyiapan jaringan untuk LC Data yang pernah aku alami saat masih bertugas di Kandatex Palembang.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-79560787530693049182010-09-12T11:43:00.008+07:002010-09-12T14:13:43.294+07:00Telegram Indah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TIx4WTK0F4I/AAAAAAAAADQ/iO2-1oB5FSc/s1600/telegram.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 225px; height: 168px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_-CXdg8a1OpQ/TIx4WTK0F4I/AAAAAAAAADQ/iO2-1oB5FSc/s320/telegram.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5515915968120100738" /><span class="Apple-style-span" style="color: rgb(0, 0, 0); "></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: rgb(0, 0, 0); "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none; "><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none; ">Disaat suasana Lebaran seperti saat ini, sebagai mantan insan telekomunikasi dimasa lalu, tentunya akan teringat dengan adanya <b>"Telegram Indah"</b> yang digunakan oleh Masyarakat untuk menyampaikan ucapan selamat lebaran kepada sanak-saudara atau rekan-rekan sejawatnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa melaksanakan mudik pulang ke kampung halamannya masing-masing.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Selain dalam rangka menyambut Lebaran, biasanya <b>Telegram Indah</b> juga disediakan pada saat menyambut datangnya Natal & Tahun Baru. Ada juga <b>Telegram Indah</b> yang disediakan untuk memberikan Ucapan Selamat baik untuk Ulang Tahun, Pernikahan dan lainnya. Pada masa nya, <b>Telegram Indah</b> ini sangat diminati masyarakat karena tarifnya murah dan penyampaiannya juga relatif cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai petugas Teknik, apabila tiba saatnya untuk menyiapkan fasilitas <b>Telegram Indah</b> aku mempersiapkan nomor-nomor yang akan digunakan untuk penambahan fasilitas eksisting yang sudah ada (karena aku kebetulan petugas Sentral Telex). Biasanya menambah nomor untuk Gentex Khusus Kirim maupun untuk Khusus Terima atau mempersiapkan nomor baru untuk membedakan dengan penerimaan telegram biasa. Untuk yang khusus terima biasanya diberikan fasilitas hunting sesuai dengan traffic penerimaan yang pernah terjadi. Sedangkan untuk terminalnya, rekan lain mempersiapkan teleprinter cadangan untuk digunakan untuk pelaksanaan pengiriman dan penerimaan <b>Telegram Indah</b> tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kini, <b>Telegram Indah</b> hanya tinggal kenangan termasuk <b>Telegram Reguler</b>, karena dengan perkembangan teknologi menjadikan Telegram tersisih karena "<i>dikalahkan</i>" dengan SMS atau Email atau media elektronik lainnya yang jauh lebih cepat baik dalam pengiriman maupun penerimaan beritanya. </div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-15301990473777844692010-09-12T08:45:00.004+07:002010-09-12T09:33:45.948+07:00POSKO LEBARAN<div style="text-align: justify;">Setiap Hari Raya Iedul Fitri atau Lebaran datang setiap tahun, aku jadi teringat di saat-saat ketika aku masih sebagai pelaksana dan selalu terlibat sebagai bagian dari petugas POSKO Lebaran. Apalagi ketika teknologi yang digunakan masih teknologi analog, dimana perangkat telekomunikasi harus ditunggu dan dijaga performansi nya setiap saat agar para pemakai jasa telekomunikasi tidak dirugikan dan tetap merasa nyaman menggunakan fasilitas yang diperlukan.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai Petugas dengan Korps Teknik, mau tidak mau harus selalu siap menghadapi kondisi dimana setiap saat diperlukan, tidak peduli siang, malam atau hari libur sekalipun. Saat itu memang belum dikenal istilah Posko Lebaran, hanya saja yang tidak libur atau cuti lebaran mau tidak mau akan kena jadwal shift kapan saja bisa dinas pagi, siang atau malam karena perangkat harus dalam kondisi siap digunakan. Memang yang paling enak disaat Sentral masih menggunakan Sentral Telex TW-39 yang masih menggunakan system step-by-step, dimana kalau hari libur hanya di jaga setengah hari dan selebihnya sentral bisa dimatikan dan ketika besok pagi nya masuk bekerja dihidupkan kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku mencoba mengingat kembali (flash back) ketika aku masih sebagai pelaksana dan kena dinas dan bertugas di saat hari lebaran di tahun 70-an. Suasana di Kantor ya biasa-biasa saja, setelah selesai shalat Ied kita ber salam-salaman dengan sesama rekan yang bertugas saat itu. Umumnya yang banyak bertugas hanya rekan-rekan Operator Telegrap dan Petugas Pengantar Telegram atau selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Caraka Telegrap. Sebagai petugas teknik, aku bertugas hanya sendirian saja mengingat saat itu petugas teknik masih sedikit sekali dan dampaknya mau tidak mau kita harus mampu menguasai tentang pengoperasian dan pemeliharaan Sentral, Transmisi, Terminal Telegrap sampai dengan Catu Daya Telegrap. Sehingga apabila ada masalah, kita harus siap dan mampu menangani masalah secara mandiri, karena saat itu belum ada Handphone bahkan Telepon Rumah pun belum setiap karyawan memiliki telepon dirumahnya sehingga tidak bisa meminta bantuan kalau ada masalah emergency. Kalaupun ada masalah yang kritis biasanya kita lapor ke Kepala Dinas atau ke Kepala Kantor yang pasti ada telepon dinas dirumahnya dan sudah hal yang lumrah kalau pada saat kritis Kepala Kantor turun tangan membantu petugas yang dinas karena pada umumnya Kepala Kantor saat itu juga sama-sama dari Korps Teknik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian ketika teknologi berubah, Posko Lebaran juga berubah mengikuti perkembangan. Kalau tadinya Posko petugasnya harus hadir di tempat tugas (Attended) secara perlahan kemudian petugas tidak perlu ada di tempat tugas (Not Attended). Apalagi ketika muncul adanya Handie Talkie (HT), kemudian ada Pager dan kemudian ada Handphone, Posko Lebaran nyaris tidak ditunggu ditempat tugas. Hanya beberapa orang saja yang ditugaskan Piket untuk mengkoordinir bila terjadi masalah dan selanjutnya di distribusikan ke Unit kerja terkait untuk menyelesaikannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-38839031938245896002010-08-23T20:24:00.003+07:002010-08-23T21:38:30.771+07:00Kuncen STO Gambir<div style="text-align: justify;">Pertama sekali aku bertugas di <b>WITEL-IV</b> Jakarta pada medio tahun 1985, aku ditugaskan oleh <b>KADINTEKTRAGRAP</b> (Kepala Dinas Teknik Transmisi & Telegrap) untuk bekerja di <b>SUBDIN Telex</b> yang saat itu lokasi kantornya ada di STO Gambir Jl. Merdeka Selatan Jakarta Pusat. Penugasan pertama sebagai staf <b>KASI Sentral Telex Tandem</b>, walaupun keahlianku ada di Sentral Telex Lokal. Saat itu Sentral Telex Tandem menggunakan type Sentral <b>TWK-D2A</b> dan untuk Sentral Telex Lokal nya menggunakan type Sentral <b>TWK-9</b>. Walaupun aku hanya bertugas selama sekitar 8 bulan di Seksi Sentral Telex Tandem, tapi disitulah aku mulai bekerja di STO Gambir.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penugasan selanjutnya awal 1986, aku ditugaskan sebagai <b>Kasubsi</b> (Kepala Sub Seksi) <b>Sentral Telex Lokal Jatinegara</b> yang ber lokasi di STO Jatinegara-II atau lebih dikenal saat itu sebagai STO Prumpung yang sekarang menjadi Gedung Kandatel Jakarta Timur atau Divisi Access. Saat itu STO Jatinegara-II masih sepi karena hanya ada satu Gedung yang digunakan untuk Sentral Telepon, Sentral Telex & Perangkat Transmisi untuk HAS (Hubungan Antar Sentral) yang un-attended dan petugas Jaringan Akses. Aku bertugas di Sentral Telex Lokal Jatinegara sampai akhir tahun 1989.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penugasan selanjutnya, aku mendapat Promosi Jabatan sebagai <b>Kasi </b>(Kepala Seksi) <b>Multiplex Analog</b> yang lokasinya ada di lantai 6 Gedung-B STO Gambir sehingga aku kembali bekerja di STO Gambir. Penugasan ini adalah penugasan yang terpendek, karena hanya sekitar 3 bulan aku sudah di mutasikan kembali ke Sentral Telex dan ditugaskan sebagai <b>Kasi SPC-II</b> yang berkantor di STO Gambir dan membawahi Sentral Telex Lokal Gambir, Sentral Telex Lokal Kota-II dan Sentral Telex Lokal Jatinegara. Saat itu Sentral Telex sudah menggunakan type Sentral Telex<b> EDX-C</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seiring dengan perubahan Struktur Organisasi di <b>WITEL-IV</b> saat itu pada tahun 1990 an, dimana Dinas-Dinas Teknik Pendukung seperti <b>DINTEKTRAGRAP</b> (Dinas Teknik Transmisi & Telegrap), <b>DINTEKSENPON</b> (Dinas Teknik Sentral Telepon), <b>DINTEKJARHUB</b> (Dinas Teknik Jaringan & Hubungan Antar Sentral) & <b>DINTEKDAYA</b> (Dinas Teknik Catu Daya) dilebur dan di integrasikan ke <b>Dinas Teknik</b> yang ada di <b>KANDATEL</b> saat itu. Aku ditugaskan masuk ke <b>KANDATEL Jakarta Pusat</b> dan penugasan pertama sebagai <b>Kasi Sentral Telex</b> di <b>SENTEL</b> (Sentral Telekomunikasi) <b>Gambir</b> yang selanjutnya seiring dengan re-organisasi baru masuk ke <b>Dinas Teknik</b> yang kemudian namanya berubah menjadi <b>Dinas OPHAR-SENTRADAYA</b> (Operasi & Pemeliharaan Sentral, Transmisi & Catudaya) <b>KANDATEL Jakarta Pusat</b>. Di Struktur Organisasi baru ini aku mendapat kepercayaan dan di promosikan sebagai <b>Kasubdin</b> (Kepala Sub Dinas) <b>Transmisi</b> yang selanjutnya sebutan ini berubah menjadi <b>Asman </b>(Asisten Manager) <b>Transmisi</b> sesuai dengan sebutan nama Organisasi baru dan berakhir menjadi Asman Transmisi karena re-organisasi baru pada akhir tahun 1997 dimana <b>Dinas OPHAR SENTRADAYA</b> di seluruh KANDATEL dilebur dan menjadi <b>Unit Pengelola Network Regional (UPNR)</b> dan aku ikut di mutasikan menjadi <b>Kasubdin Dukungan Pelanggan</b> pada <b>Dinas Pelayanan Network Regional (DINYANNET) </b>yang berlokasi kerja di Jl. Gatot Subroto.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari sekian banyak penugasan yang aku ceritakan diatas, aku memang banyak bekerja di lokasi <b>STO Gambir</b> dan karena banyak bertemu orang yang pernah bekerja di STO Gambir dan sudah di mutasikan kemana-mana atau rekan kerja lain yang sering bertemu dan mengetahui aku masih juga bekerja di STO Gambir maka muncul sebutan <b>"Kuncen Gambir"</b> sebagai sebutan ku diantara teman2 karena begitu lamanya aku bertugas dan bekerja di STO Gambir walaupun dengan berbagai macam penugasan yang telah aku laksanakan.</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-63705276407417280282010-05-31T22:09:00.005+07:002010-05-31T23:08:56.409+07:00Jadi "PR Swasta"<div style="text-align: justify;">Ketika aku sedang menjalani Masa Persiapan Pensiun (MPP) aku mulai belajar untuk membuat Blog, maklum dengan waktu luang yang banyak dan keinginan untuk belajar untuk hal-hal yang baru masih sangat besar bahkan sampai dengan saat ini. Beberapa Blog sudah aku buat dan beberapa teman yang masih aktif bekerja mengetahui hal ini.</div><div class="fullpost"></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan pengalamanku ini, ada seorang rekan meminta ku untuk membuat sebuah Blog yang bisa digunakan untuk menjembatani antara perusahaan dengan pelanggannya dan bisa juga menjadi media edukasi untuk produk-produk dari perusahaan. Berhubung rekanku saat itu mau melaksanakan Ibadah Haji maka berbekal dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada aku membuat Blog dengan nama : <a href="http://convasjaksel.blogspot.com/">ConVAS South Jakarta</a>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk kesempurnaan konten dari Blog ini aku banyak berkonsultasi dan berdiskusi dengan seseorang rekan kerja yang juga mantan GM ku ketika masih aktif dulu dan juga seorang Rektor dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota SMG yang kebetulan juga sebagai kakak misanku. Dan hasilnya, pelan tapi pasti, ternyata Blog ini menjadi terkenal dan dikenal oleh banyak orang termasuk para Blogger dari almamaterku. Banyak Blogger dari almamaterku terkecoh karena dikira sebagai yang membuat Blog, aku masih aktif sebagai karyawan ternyata setelah tahu kalau aku sudah pensiun mereka terkejut sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku menjadi sangat bangga ketika banyak Blogger-Blogger dari almamaterku di seluruh Indonesia minta untuk bisa di link ke <a href="http://convasjaksel.blogspot.com/">ConVAS South Jakarta</a> termasuk banyaknya teman Blogger lain baik dari Dalam Negeri dan Luar Negeri yang bertukar link sehingga pelan tapi pasti juga menambah banyak teman yang dikenal walau hanya melalui dunia maya. Bahkan ada beberapa Blogger di Luar Negeri yang bekerja sebagai TKI menjadikan <a href="http://convasjaksel.blogspot.com/">ConVAS South Jakarta</a> sebagai sumber informasi yang bisa dipercaya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun dibalik Kebanggaan itu, berbalik menjadi suatu "IRONI" ketika aku mulai kesulitan untuk mendapatkan informasi yang terbaru, sehingga aku tidak bisa melanjutkan menulis. Maklum sebagai seorang Pensiunan aku harus mencari sendiri artikel-artikel yang up to date dan bisa dimuat di <a href="http://convasjaksel.blogspot.com/">ConVAS South Jakarta</a>. Padahal tanpa "mereka-mereka" sadari bahwa aku membawa Bendera KDJS dalam mengelola <a href="http://convasjaksel.blogspot.com/">ConVAS South Jakarta</a> ini, sehingga nama KDJS menjadi semakin banyak dikenal oleh masyarakat minimal para Blogger. Sehingga ketika aku menyerahkan pengelolaan Blog ini kepada rekan-rekan KDJS yang masih aktif untuk dilanjutkan akhirnya malah jadi terbengkalai dan stagnan sampai dengan saat ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-54696746625480002072010-05-21T09:52:00.001+07:002010-05-21T09:55:18.524+07:00"Dikerjain" Operator Morse<div style="text-align: justify;">Ketika aku mulai bekerja pada tahun 1974, pengiriman dan penerimaan berita dengan menggunakan Morse masih digunakan khususnya untuk berkomunikasi antara Palembang ke/dari Pangkal Pinang (Bangka), Tanjung Pandan (Belitung) & Kuala Tungkal (Jambi). Media transmisi yang digunakan saat itu menggunakan HF (High Frequency) sehingga bila ada masalah transmisi harus berkoordinasi dengan Stasiun Radio Pengirim atau Penerima yang lokasinya juga berlainan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, sebagai karyawan baru saat itu aku pernah "dikerjain" oleh seorang operator morse yang memang "jago" dalam mengirim atau menerima berita menggunakan morse. Saat itu aku bertugas "Dinas Siang" dan si operator rupanya tahu itu dan dia menghubungi aku via Telepon melaporkan bahwa alat "ketokan" morse yang dia gunakan tidak bisa digunakan untuk mengirim morse.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai petugas teknik dan sesuai dengan prosedur kerja, aku mulai menyusuri sirkit yang digunakan untuk mengirim morse. Aku menggunakan AVO meter untuk memeriksa semua titik-titik ukur sampai dengan terminal yang menuju kearah Stasiun Radio Pemancar. Selidik punya selidik, akhirnya diketahui bahwa Relay mekanik yang digunakan untuk memutus arus tidak bekerja dengan baik. Setelah aku selidiki lebih jauh ternyata "kontak relay" tersebut lengket karena " di lem" sehingga tidak bisa berfungsi seperti seharusnya. Setelah aku bersihkan secara hati-hati relay tersebut, akhirnya perangkat bisa normal kembali. Anehnya, pada saat aku menelusuri gangguan tersebut, si operator yang melaporkan adanya gangguan "menghilang" alias tidak ada ditempat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keesokan harinya aku laporkan kejadian ini kepada Kepala Seksi-ku, dan langsung beliau memanggil si operator dan menegur agar tidak mengulang kejadian tersebut. Ternyata dampak dari keisengan si operator terhadap-ku, pengiriman & penerimaan berita menjadi terlambat karena rupanya setelah perangkat normal si operator tidak melanjutkan tugasnya untuk mengirimkan dan menerima berita. Dengan sedikit "ancaman" akan melaporkan kepada yang berwajib dari Kepala Seksi ku bila terjadi lagi hal yang sama kepada "sang operator" karena yang dia lakukan "sadar atau tidak sadar" sudah merupakan tindakan "sabotase" selanjutnya si operator tidak berani lagi melakukan hal tersebut. Selanjutnya pengiriman & penerimaan berita menggunakan morse masih dipergunakan sampai dengan tahun 1976 dan setelah Satelit Palapa diluncurkan, komunikasi menggunakan morse dihentikan dan digantikan dengan Telex yang menggunakan media transmisi melalui SKSD Palapa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-16693580517713933592010-05-21T09:46:00.001+07:002010-05-21T09:49:08.877+07:00Tidur Sambil Berdiri di Bis Kota<div style="text-align: justify;">Sejak aku pertama kali ditugaskan di Jakarta pada medio tahun 1985 sampai dengan medio tahun 2000, alat transportasi yang aku gunakan untuk ke Kantor dan pulang ke Rumah adalah Bis Kota. Sekian lama menggunakan Bis Kota meninggalkan berbagai macam kenangan, dari "dijailin" orang atau "menjailin" orang, melihat para pencopet beraksi bahkan aku pernah duduk disamping "Jegger" nya pencopet sehingga aku bisa melihat para pencopet yang "menyetorkan" hasil jarahannya sampai dengan tidur sambil berdiri di bis kota.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Awalnya, aku tidak sengaja tertidur sambil berdiri di bis kota karena kelelahan. Tetapi lama kelamaan aku mulai menikmati tidur sambil berdiri bahkan tanpa berpegangan pada besi yang disediakan di bis kota untuk penumpang yang berdiri. Tapi ada syaratnya untuk bisa tidur sambil berdiri tanpa berpegangan pada alat apapun, yaitu bis kota harus penuh sesak sehingga untuk bergerakpun kita sulit. Nah, kalau naik bis kota dengan kondisi seperti ini, sambil mendekap tas kerjaku, aku mulai memejamkan mata. Bila bis kota mengerem atau mempercepat jalannya, umumnya kita akan bergerak kedepan atau kebelakang, aku mengikuti saja gerakan itu tanpa takut terjatuh karena "tertahan" oleh penumpang lain (saking penuhnya).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memang tidur dengan cara seperti ini tidak bisa lama, sebab penumpang kadang berkurang karena ada yang turun pada pemberhentian/halte berikutnya, tetapi "tidur nyenyak" selama beberapa menit sudah cukup untuk mengurangi atau menghilangkan rasa ngantuk dan rasa lelah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-37108632862151472262010-05-21T09:38:00.003+07:002013-10-30T09:14:25.912+07:00Menjadi Kepala Suku<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ketika tahun 1995 aku pindah rumah dan tinggal di BSD Area, Tangerang awalnya berangkat ke kantor dan pulang kerumah aku tetap menggunakan transportasi Bis Kota. Saat itu aku masih berugas di KDTJP dan lokasi kantor ku ada di Merdeka Selatan atau lebih dikenal dengan sebutan Gambir-1 atau Gambir saja.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kemudian ada rekan kerjaku yang tahu kalau aku sudah pindah ke BSD, dia mengajak aku mencoba pulang dengan menggunakan Kereta Api. Nah, dari sinilah bermulanya aku menjadi "Kepala Suku". Walaupun tidak setiap hari aku bisa pulang tepat waktu , aku mulai menggunakan transportasi Kereta Api dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Serpong untuk pulang ke rumah. Rupanya sebagai "pendatang baru" penumpang Kereta Api (KRD = Kereta Rel Diesel) Tanah Abang - Serpong, diantara rekan-rekan lain dari KDTJP aku yang paling "senior" baik dari sisi usia mau jabatan. Saat itu aku masih sebagai Kasubdin Transmisi di KDTJP, sedangkan rekan-rekan lain ada yang dari unit kerja Catu Daya, Telegrap, Telepon Umum, Sentral dan juga Ibu-Ibu para operator dari Unit Kerja Penerangan Lokal (108) dan Telepon Antar daerah (100).<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Awalnya aku hanya bergabung dengan rekan yang aku kenal, tetapi lama kelamaan kami berkumpul dalam satu kelompok "Geng Kereta Api" dari KDTJP dan karena aku yang paling senior, rekan-rekanku menyebut aku dengan sebutan "Kepala Suku". Sepanjang perjalanan, grup kami selalu paling ramai ber "ha-ha hi-hi", sehingga pelan-pelan "anggota geng" bertambah ada yang dari Pertamina, Bank BDN dan Pegawai Swasta lainnya. Kami semua cukup akrab satu dengan lainnya, walaupun kemudian geng ini bubar karena adanya mutasi dan sebagainya. Saat aku kemudian bertugas di KDTJS aku bertemu kembali dengan 2 orang mantan anggota "Geng Kereta Api" dulu, dan bila ada waktu luang dan kesempatan kami selalu ber "ha-ha hi-hi" lagi mengenang masa-masa lalu.</span><span style="color: #afb4a9; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p> </o:p></div>
<div class="fullpost">
</div>
AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5756394335408385331.post-6951175231133277072009-06-26T20:57:00.003+07:002009-06-26T21:31:25.352+07:00BINTAL<div style="text-align: justify;">Di saat aku akan memulai pendidikan lanjutan pada tahun 1984 di Program D3 (PATK) yang diadakan oleh Perusahaan, maka sesuai dengan ketentuan saat itu bahwa semua calon Siswa pada jenjang Strata apapun di wajibkan untuk mengikuti Pra Pendidikan dengan melaksanakan Pembinaan Mental (BINTAL) yang saat itu diadakan di salah satu PUSDIK di Cimahi.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelumnya tidak terbayang kalau aku harus mengikuti pendidikan dengan cara serta ala militer di Pusat Pendidikan nya militer juga. Pertama kali masuk PUSDIKHUB sudah mulai "ngerinya" karena memasuki tempat yang semuanya harus dilakukan dengan penuh kedisiplinan. Dimulai dari potong rambut harus gundul, berpakaian seragam ala militer dan mengikuti latihan-latihan phisik yang semuanya lumayan berat kalau dipandang dari kacamata orang sipil.</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yang aku ingat di saat itu, bila mau kemana-mana harus lari. Dari Barak mau menuju lapangan Apel harus lari, kemudian dari tempat Apel menuju kelas harus lari sampai dari Kelas mau ke kamar kecil pun harus lari. Bila ketahuan ada pelanggaran hukumannya kalau tidak disuruh push-up ya merayap diatas aspal. Untungnya tidak ada hukuman yang bersifat kekerasan phisik yang diberlakukan untuk kami yang siswa ex karyawan semuanya.</div></div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yang paling menyenangkan selama mengikuti BINTAL ini adalah kalau sudah latihan yang diadakan di luar PUSDIK karena bisa melihat "dunia luar". Latihan yang diadakan diluar bisa saat harus lari dengan perlengkapan militer, lalu latihan turun tebing menggunakan tali dan snappering (maaf kalau salah tulis) yaitu melintas menyeberangi sungai dengan menggunakan seutas tali. Betul-betul menjadikan tantangan untuk bisa melakukan ini semua karena selain menantang juga ada rasa kebanggan bila berhasil menyelesaikannya.</div></div><div class="fullpost"><br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Yang paling menyebalkan adalah kalau kebagian jaga Barak yang kebetulan kena pada saat antara jam 1 sampai jam 4 pagi karena pada jam-jam tersebut mata sedang mengantuk berat tapi tidak bisa di elakkan karena harus dilaksanakan bergantian dan juga harus lapor ke Pos Piket yang berada di depan PUSDIK. Belum lagi setelah mendengar cerita-cerita "miring" kalau malam hari yang terjadi di PUSDIK tersebut menambah "ciut" nya nyali he he he.</div><div class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tapi dibalik itu semua ada satu hal yang sangat membanggakan yaitu apabila mendapat kesempatan berlibur di hari Sabtu dan Minggu. Pada saat berlibur kami diberi kebebasan untuk mengenakan pakaian bebas tidak berseragam yang biasa digunakan tetapi tetap memasang lencana tanda siswa yang di pasang di baju. Nah disini lah kebanggaan itu muncul. Setiap kami berjalan atau naik angkot pasti ada Siswa2 lain dari PUSDIK2 lain yang berseragam termasuk Taruna2 AKMIL (AKABRI Bag. DARAT saat itu) yang sedang mengikuti Pendidikan Kejuruan langsung memberi hormat kepada kita2 yang pada awalnya sampai terkaget-kaget karena bingung ada yang memberi hormat secara militer kepada kita2 yang sipil. Rupanya belakangan baru kita tahu, bahwa yag ber libur dengan menggunakan pakain sipil biasanya para perwira makanya para siswa Secaba dan lain nya Hukum nya Wajib untuk menghormati kita2 yang di setarakan dengan Perwira. Padahal kalau di dalam PUSDIK dan dalam kondisi menggunakan pakaian seragam justru terbalik, kita2 yang Wajib memberi hormat kepada mereka yang menggunakan seragam militer tanpa melihat pangkat !</div></div>AKI-G@ULhttp://www.blogger.com/profile/15214091964119407386noreply@blogger.com2