Di saat aku akan memulai pendidikan lanjutan pada tahun 1984 di Program D3 (PATK) yang diadakan oleh Perusahaan, maka sesuai dengan ketentuan saat itu bahwa semua calon Siswa pada jenjang Strata apapun di wajibkan untuk mengikuti Pra Pendidikan dengan melaksanakan Pembinaan Mental (BINTAL) yang saat itu diadakan di salah satu PUSDIK di Cimahi.
Sebelumnya tidak terbayang kalau aku harus mengikuti pendidikan dengan cara serta ala militer di Pusat Pendidikan nya militer juga. Pertama kali masuk PUSDIKHUB sudah mulai "ngerinya" karena memasuki tempat yang semuanya harus dilakukan dengan penuh kedisiplinan. Dimulai dari potong rambut harus gundul, berpakaian seragam ala militer dan mengikuti latihan-latihan phisik yang semuanya lumayan berat kalau dipandang dari kacamata orang sipil.
Yang aku ingat di saat itu, bila mau kemana-mana harus lari. Dari Barak mau menuju lapangan Apel harus lari, kemudian dari tempat Apel menuju kelas harus lari sampai dari Kelas mau ke kamar kecil pun harus lari. Bila ketahuan ada pelanggaran hukumannya kalau tidak disuruh push-up ya merayap diatas aspal. Untungnya tidak ada hukuman yang bersifat kekerasan phisik yang diberlakukan untuk kami yang siswa ex karyawan semuanya.
Yang paling menyenangkan selama mengikuti BINTAL ini adalah kalau sudah latihan yang diadakan di luar PUSDIK karena bisa melihat "dunia luar". Latihan yang diadakan diluar bisa saat harus lari dengan perlengkapan militer, lalu latihan turun tebing menggunakan tali dan snappering (maaf kalau salah tulis) yaitu melintas menyeberangi sungai dengan menggunakan seutas tali. Betul-betul menjadikan tantangan untuk bisa melakukan ini semua karena selain menantang juga ada rasa kebanggan bila berhasil menyelesaikannya.
Yang paling menyebalkan adalah kalau kebagian jaga Barak yang kebetulan kena pada saat antara jam 1 sampai jam 4 pagi karena pada jam-jam tersebut mata sedang mengantuk berat tapi tidak bisa di elakkan karena harus dilaksanakan bergantian dan juga harus lapor ke Pos Piket yang berada di depan PUSDIK. Belum lagi setelah mendengar cerita-cerita "miring" kalau malam hari yang terjadi di PUSDIK tersebut menambah "ciut" nya nyali he he he.
Tapi dibalik itu semua ada satu hal yang sangat membanggakan yaitu apabila mendapat kesempatan berlibur di hari Sabtu dan Minggu. Pada saat berlibur kami diberi kebebasan untuk mengenakan pakaian bebas tidak berseragam yang biasa digunakan tetapi tetap memasang lencana tanda siswa yang di pasang di baju. Nah disini lah kebanggaan itu muncul. Setiap kami berjalan atau naik angkot pasti ada Siswa2 lain dari PUSDIK2 lain yang berseragam termasuk Taruna2 AKMIL (AKABRI Bag. DARAT saat itu) yang sedang mengikuti Pendidikan Kejuruan langsung memberi hormat kepada kita2 yang pada awalnya sampai terkaget-kaget karena bingung ada yang memberi hormat secara militer kepada kita2 yang sipil. Rupanya belakangan baru kita tahu, bahwa yag ber libur dengan menggunakan pakain sipil biasanya para perwira makanya para siswa Secaba dan lain nya Hukum nya Wajib untuk menghormati kita2 yang di setarakan dengan Perwira. Padahal kalau di dalam PUSDIK dan dalam kondisi menggunakan pakaian seragam justru terbalik, kita2 yang Wajib memberi hormat kepada mereka yang menggunakan seragam militer tanpa melihat pangkat !
2 comments:
Assalamu'alaikum wr wb, membaca posting Aki tentang Bintal. wa'as ya memang pada dasarnya mendidik siswa untuk bisa disiplin sehingga diharapkan bisa diterapkan kelak ditempat bekerja.
Tapi ya namanya juga persyratan .. jadi ya yang sring ikut pendidikan penjenjangan ya bolak balik masuk PUsDIK.. he. he.
Sekarang apa calon pegawai Telkom masih dikenkan Bintal nggak ya..!
wassalam
Selamat jumpa lagi pak Andi. Saya pernah satu loker waktu di Sentradaya Jakpus (Kadinnya pak Noer Handojo). Sekarang saya di Bali.
Saya sangat senang karena ada yang menulis tentang liku-liku pendidikan Telkom. Saya sendiri 3 x masuk Bintal : 1 Masuk Pamtk, 2 Masuk Patk, 3 Orientasi sarjana.
Salam,
Nyoman Supartha
runuh59@plasa.com
Post a Comment