Ketika Aku ditugaskan di Seksi (Kasi) Pemeliharaan Multiplex Analog Gambir di DINTEKTRAGRAP W-04 Jakarta sekitar akhir tahun 1989 mau tidak mau aku harus belajar lagi tentang Teknik Transmisi khususnya perangkat-perangkat Multiplex Transmisi Analog yang masih di operasikan di Jakarta. (Saat itu perangkat transmisi terestrial lain seperti Microwave Jawa-Bali, SKSD dan PCM-30 untuk Hubungan Antar Sentral sudah di operasikan juga). Maklum dengan basic ku Teknik Telegrap mau tidak mau harus belajar lagi untuk perangkat-perangkat baru yang harus aku operasikan dan pelihara.
Sebagai Seksi yang bertanggung jawab untuk memelihara perangkat Multiplex Analog juga diberikan tanggung jawab untuk memelihara Jaringan Fiber Optik Jakarta - Serang mengingat saat itu belum ada Unit Kerja yang menangani Network Interlokal secara spesifik. Kecuali untuk Jaringan Akses Tembaga untuk dalam kota dan luar kota sudah ada dibawah Dinas Jaringan Perhubungan (DINJARHUB).
Nah, suatu saat aku mengikuti program Pemeliharaan Bulanan yang harus dilakukan dan saat itu di mulai dari arah Rangkas Bitung ke arah Jakarta. Dengan membawa peralatan pemeliharaan aku berangkat dengan seorang teman yang sudah ber pengalaman melakukan pemeliharaan Jaringan Fiber Optik ini. Oh ya, jaringan optik yang dipelihara ini dipasang sepanjang rel kereta Api sehingga dalam melakukan pemeliharaan kanjutnya diteruskan dengan berjalan kaki menyusuri sepanjang rel kereta api mengingat bila menggunakan KBM roda 4 akan menyulitkan karena kondisi lapangan saat itu.
Kami berangkat naik Kereta Api dari Stasiun Tanah Abang sampai ke Stasiun Rangkas Bitung. Dari Stasiun Rangkas Bitung kami menggunakan Ojeg menyusuri jalanan kampung yang menyusuri rel kereta api dan sampai disatu titik ojeg sudah tidak bisa digunakan karena medan nya sudah tidak memungkinkan untuk dilalui sepeda motor lagi.
Yang harus kami pelihara adalah perangkat sejenis repeater yang di tempatkan dibawah tanah (semacam man-hole kecil) sedangkan Fiber Optic nya sendiri dipasang diatas tiang telepon sepanjang rel kereta api. Yang agak rumit apabila man hole yang ada sudah sejajar dengan parit di pinggir rel kereta api, karena untuk membersihkan kami harus mengeluarkan tumpukan tanah yang masuk dan menumpuk di dalam man hole tersebut. Tidak sedikit juga pada saat kami membuka penutup man hole menemukan Kala-Jengking yang lumayan besarnya.
Pelaksanaan Pemeliharaan berakhir di area Stasiun Sudimara dan kondisi saat itu lalu lintas Kereta Api belum seramai seperti sekarang maka ketika kami kembali ke Stasiun Tanah Abang kami terpaksa menggunakan Kereta Api Pengangkut Pasir yang lewat karena menunggu Kereta Api penumpang Reguler tidak datang-datang juga. Pekerjaan yang aku lakukan ini memang sangat unik karena dilakukan dengan lebih banyak berjalan kaki menyusuri rel kereta api di tengah terik matahari sehingga hampir seminggu untuk menghilangkan "merahnya" kulitku yang nyaris seperti "terbakar" karena kepanasan.
0 comments:
Post a Comment