BINTAL

Di saat aku akan memulai pendidikan lanjutan pada tahun 1984 di Program D3 (PATK) yang diadakan oleh Perusahaan, maka sesuai dengan ketentuan saat itu bahwa semua calon Siswa pada jenjang Strata apapun di wajibkan untuk mengikuti Pra Pendidikan dengan melaksanakan Pembinaan Mental (BINTAL) yang saat itu diadakan di salah satu PUSDIK di Cimahi.

Sebelumnya tidak terbayang kalau aku harus mengikuti pendidikan dengan cara serta ala militer di Pusat Pendidikan nya militer juga. Pertama kali masuk PUSDIKHUB sudah mulai "ngerinya" karena memasuki tempat yang semuanya harus dilakukan dengan penuh kedisiplinan. Dimulai dari potong rambut harus gundul, berpakaian seragam ala militer dan mengikuti latihan-latihan phisik yang semuanya lumayan berat kalau dipandang dari kacamata orang sipil.

Yang aku ingat di saat itu, bila mau kemana-mana harus lari. Dari Barak mau menuju lapangan Apel harus lari, kemudian dari tempat Apel menuju kelas harus lari sampai dari Kelas mau ke kamar kecil pun harus lari. Bila ketahuan ada pelanggaran hukumannya kalau tidak disuruh push-up ya merayap diatas aspal. Untungnya tidak ada hukuman yang bersifat kekerasan phisik yang diberlakukan untuk kami yang siswa ex karyawan semuanya.

Yang paling menyenangkan selama mengikuti BINTAL ini adalah kalau sudah latihan yang diadakan di luar PUSDIK karena bisa melihat "dunia luar". Latihan yang diadakan diluar bisa saat harus lari dengan perlengkapan militer, lalu latihan turun tebing menggunakan tali dan snappering (maaf kalau salah tulis) yaitu melintas menyeberangi sungai dengan menggunakan seutas tali. Betul-betul menjadikan tantangan untuk bisa melakukan ini semua karena selain menantang juga ada rasa kebanggan bila berhasil menyelesaikannya.

Yang paling menyebalkan adalah kalau kebagian jaga Barak yang kebetulan kena pada saat antara jam 1 sampai jam 4 pagi karena pada jam-jam tersebut mata sedang mengantuk berat tapi tidak bisa di elakkan karena harus dilaksanakan bergantian dan juga harus lapor ke Pos Piket yang berada di depan PUSDIK. Belum lagi setelah mendengar cerita-cerita "miring" kalau malam hari yang terjadi di PUSDIK tersebut menambah "ciut" nya nyali he he he.

Tapi dibalik itu semua ada satu hal yang sangat membanggakan yaitu apabila mendapat kesempatan berlibur di hari Sabtu dan Minggu. Pada saat berlibur kami diberi kebebasan untuk mengenakan pakaian bebas tidak berseragam yang biasa digunakan tetapi tetap memasang lencana tanda siswa yang di pasang di baju. Nah disini lah kebanggaan itu muncul. Setiap kami berjalan atau naik angkot pasti ada Siswa2 lain dari PUSDIK2 lain yang berseragam termasuk Taruna2 AKMIL (AKABRI Bag. DARAT saat itu) yang sedang mengikuti Pendidikan Kejuruan langsung memberi hormat kepada kita2 yang pada awalnya sampai terkaget-kaget karena bingung ada yang memberi hormat secara militer kepada kita2 yang sipil. Rupanya belakangan baru kita tahu, bahwa yag ber libur dengan menggunakan pakain sipil biasanya para perwira makanya para siswa Secaba dan lain nya Hukum nya Wajib untuk menghormati kita2 yang di setarakan dengan Perwira. Padahal kalau di dalam PUSDIK dan dalam kondisi menggunakan pakaian seragam justru terbalik, kita2 yang Wajib memberi hormat kepada mereka yang menggunakan seragam militer tanpa melihat pangkat !
Selengkapnya...

Yang Tercepat dan Yang Terlama

Dalam perjalanan karier-ku barangkali agak berbeda dengan rekan-rekan lainnya dalam hal mutasi pekerjaan karena selama 34 tahun aku bekerja maka aku hanya mengalami mutasi hanya di 2 (dua) kota saja, yaitu Palembang dan Jakarta saja. Di Palembang aku memulai bekerja dan di Jakarta aku mengakhiri masa bhakti ku di Telkom.

Dimulai dari Palembang pada tahun 1974 aku bekerja dan ditugaskan sebagai teknisi Telegrap yang diawali di tempatkan di Sentral Telex dan Transmisi Telegrap yang selanjutnya pada tahun 1978 mendapatkan promosi sebagai Kasi Switching yang bertanggung jawab atas Operasi & Pemeliharaan Sentral Telex dan Transmisi Telegrap di KANDATEX Palembang.

Pada saat kemudian di mutasi ke Jakarta setelah menyelesaikan pendidikan, mendapat kepercayaan dan ditugaskan sebagai sebagai KaSubsi Sentral Telex Jatinegara pada tahun 1986 yang selanjutnya pada tahun 1989 di Promosikan menjadi Kasi Multiplex Analog Gambir, kemudian di mutasi ke Kasi SPC-1 (Telex) Gambir. Selanjutnya pada tahun 1991 mendapat promosi sebagai Kasubdin Transmisi di Dinas Teknik yang kemudian berubah menjadi Dinas OpHar SENTRADAYA KANDATEL JakPus.

Selanjutnya dengan adanya re-organisasi di WITEL II Jakarta, pada tahun 1988 aku di mutasi kan sebagai KaSubdin Dukungan Pelanggan pada Dinas Pelayanan UPNR Jakarta. Setelah mengikuti Job Tender aku selanjutnya mendapat Promosi menjadi Kepala Dinas Jaringan (KADINJAR) KANDATEL JakSel pada tahun 2000 dan dalam mengakhiri karier ku aku di mutasi kembali sebagai Manager Business Performance masih di KANDATEL JakSel pada tahun 2006 dan melaksanakan Masa persiapan Pensiun (MPP) sebelum mendapat Pensiun murni pada posisi ini.

Dari sekian banyak mutasi yang aku laksanakan maka yang tercepat adalah saat aku bertugas di Multiplex Analog Gambir yaitu hanya selama 3 (tiga) bulan sedangkan yang paling lama adalah saat aku ditugaskan sebagai Kasubdin Transmisi di KANDATEL JakPus selama hampir 7 (tujuh) tahun tepatnya 6 Tahun 11 bulan. Juga dari sekian banyak penugasan, aku mengalami satu kali nyaris "dicopot" dari Jabatan yang dipercayakan kepada ku tanpa aku mengetahui kesalahanku, ketika aku masih dipercaya menjabat sebagai Manager Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Akes di KANDATEL JakSel, namun akhirnya di batalkan walaupun Sidang Jabatan (SIJAB) sudah dilaksanakan dan penggantiku sudah ditetapkan.
Selengkapnya...

Pemeliharaan Jaringan Optik

Ketika Aku ditugaskan di Seksi (Kasi) Pemeliharaan Multiplex Analog Gambir di DINTEKTRAGRAP W-04 Jakarta sekitar akhir tahun 1989 mau tidak mau aku harus belajar lagi tentang Teknik Transmisi khususnya perangkat-perangkat Multiplex Transmisi Analog yang masih di operasikan di Jakarta. (Saat itu perangkat transmisi terestrial lain seperti Microwave Jawa-Bali, SKSD dan PCM-30 untuk Hubungan Antar Sentral sudah di operasikan juga). Maklum dengan basic ku Teknik Telegrap mau tidak mau harus belajar lagi untuk perangkat-perangkat baru yang harus aku operasikan dan pelihara.

Sebagai Seksi yang bertanggung jawab untuk memelihara perangkat Multiplex Analog juga diberikan tanggung jawab untuk memelihara Jaringan Fiber Optik Jakarta - Serang mengingat saat itu belum ada Unit Kerja yang menangani Network Interlokal secara spesifik. Kecuali untuk Jaringan Akses Tembaga untuk dalam kota dan luar kota sudah ada dibawah Dinas Jaringan Perhubungan (DINJARHUB).

Nah, suatu saat aku mengikuti program Pemeliharaan Bulanan yang harus dilakukan dan saat itu di mulai dari arah Rangkas Bitung ke arah Jakarta. Dengan membawa peralatan pemeliharaan aku berangkat dengan seorang teman yang sudah ber pengalaman melakukan pemeliharaan Jaringan Fiber Optik ini. Oh ya, jaringan optik yang dipelihara ini dipasang sepanjang rel kereta Api sehingga dalam melakukan pemeliharaan kanjutnya diteruskan dengan berjalan kaki menyusuri sepanjang rel kereta api mengingat bila menggunakan KBM roda 4 akan menyulitkan karena kondisi lapangan saat itu.

Kami berangkat naik Kereta Api dari Stasiun Tanah Abang sampai ke Stasiun Rangkas Bitung. Dari Stasiun Rangkas Bitung kami menggunakan Ojeg menyusuri jalanan kampung yang menyusuri rel kereta api dan sampai disatu titik ojeg sudah tidak bisa digunakan karena medan nya sudah tidak memungkinkan untuk dilalui sepeda motor lagi.

Yang harus kami pelihara adalah perangkat sejenis repeater yang di tempatkan dibawah tanah (semacam man-hole kecil) sedangkan Fiber Optic nya sendiri dipasang diatas tiang telepon sepanjang rel kereta api. Yang agak rumit apabila man hole yang ada sudah sejajar dengan parit di pinggir rel kereta api, karena untuk membersihkan kami harus mengeluarkan tumpukan tanah yang masuk dan menumpuk di dalam man hole tersebut. Tidak sedikit juga pada saat kami membuka penutup man hole menemukan Kala-Jengking yang lumayan besarnya.

Pelaksanaan Pemeliharaan berakhir di area Stasiun Sudimara dan kondisi saat itu lalu lintas Kereta Api belum seramai seperti sekarang maka ketika kami kembali ke Stasiun Tanah Abang kami terpaksa menggunakan Kereta Api Pengangkut Pasir yang lewat karena menunggu Kereta Api penumpang Reguler tidak datang-datang juga. Pekerjaan yang aku lakukan ini memang sangat unik karena dilakukan dengan lebih banyak berjalan kaki menyusuri rel kereta api di tengah terik matahari sehingga hampir seminggu untuk menghilangkan "merahnya" kulitku yang nyaris seperti "terbakar" karena kepanasan.
Selengkapnya...

Kenangan Saat Dinas Malam Pertama

Ditempat aku bekerja, semua teknisi Telegrap dituntut untuk mengerti dan memahami operasi dan pemeliharaan semua perangkat-perangkat operasional antara lain : Sentral Telex, Perangkat Transmisi Telegrap, Terminal Telegrap atau lebih dikenal dengan Teleprinter atau Pesawat Telex berikut perangkat asesorisnya sampai dengan Genset. Bahkan yang unik saat itu, juga harus memahami perangkat untuk pengiriman & penerimaan berita menggunakan Morse termasuk perangkat transmisi yang menggunakan kawat tembaga maupun Radio Analog sebagai media carrier / transmisi nya.

Nah, ketika aku harus bertugas malam hari (ditempatku bekerja saat itu ada tiga shift : pagi, siang dan malam) yang harus dilakukan sendirian mengingat kalau malam hari, relatif kegiatan operasional sudah jauh berkurang, hanya perbankan saja yang masih sering menggunakan komunikasi via telex sampai tengah malam.

Oh iya, Kantor tempatku bekerja adalah sebuah bangunan tua bekas peninggalan jaman Belanda (bisa dibayangkan kunonya kantorku), lantai untuk memasang perangkat sentral dan lainnya saja masih terbuat dari kayu (entah kayu apa, yang jelas sudah lama tapi masih tetap kuat!). Ditambah cerita-cerita seram yang aku dengar dengan "kekunoan" bangunan kantor serta kebetulan juga tidak jauh dibelakang kantorku terletak "Kamar Mayat" sebuah Rumah Sakit Angkatan Darat.

Nah dengan kondisi demikian aku melaksanakan tugasku untuk Dinas Malam. Menjelang tengah malam ada satu Selector Incoming (Sentral Telex saat itu masih menggunakan selector, sentral TW-39 buatan Siemens atau lebih dikenal dengan system step by step) bergerak secara kontinyu. Aku lihat dari kejauhan lampu indikasi Trunk dengan Jakarta menyala dan padam bergantian seiring dengan gerak selector. Aku hanya berpikir positif, kemungkinan rekan Jakarta sedang melakukan Test Trunk tetapi anehnya mengapa tetap hanya satu trunk saja yang menyala dan satu selector yang bergerak padahal semuanya ada 9 trunk Out-Going ke arah Jakarta dan 9 Selector Incoming. Karena penasaran, aku mendekat ke rack tempat indikator dan selector tersebut, tetapi apa yang terjadi setelah aku disitu ! Semua selector itu tiba-tiba bergerak serentak dan langsung release kembali secara bersamaan dengan suara berderak yang sangat-sangat mengagetkan ! Satu selector saja sudah keras bunyinya apalagi sembilan secara bersamaan ! Aku begitu terkejut dan terkesima dengan kondisi saat itu, karena secara teori teknis tidak mungkin hal itu terjadi. Setelah itu, semua Trunk dan Selector normal kembali bahkan tidak ada lampu menyala dan selector yang bergerak sama sekali sampai pagi harinya. Rupanya "penghuni" kantorku ingin "berkenalan" denganku karena malam-malam selanjutnya bila aku dinas tidak pernah lagi mengalami hal tersebut. Kejadian dinas malam pertama ini tidak pernah aku lupakan, sampai sekarang !

Selengkapnya...

Menjadi Komandan Upacara

Waktu itu aku masih bertugas di KANDATEL JakPus dan masih sebagai Kepala Seksi (KASI) yang selalu secara bergantian ditunjuk sebagai Pelaksana Upacara Bendera pada setiap tanggal 17. Apabila penunjukan tersebut sebagai Pembaca Naskah-Naskah ya biasa-biasa saja walaupun sedikit gemetaran, nah suatu saat begitu ditunjuk menjadi Komandan Upacara (saat itu aku sudah menjadi KASUBDIN atau Asman sekarang) paniknya bukan main. Mengapa ? Jujur saja, saat itu aku orangnya "nggak pedean" (istilah sekarang) karena membayangkan memimpin banyak orang agar upacara bisa sukses terlaksana dengan baik apakah aku mampu ?
Ternyata benar, didepan banyak orang pada saat merapihkan barisan suaraku terdengar gemetaran sama dengan kakiku yang tidak bisa aku sembunyikan. Terlebih lagi pada saat Pembina Upacara masuk lapangan upacara (saat itu KAKANDATEL JakPus adalah pak SGP), kedua kakiku gemetaran sangat hebat mungkin bila orang melihat dikira aku sakit. Tapi pada saat itu aku ingat "ilmu" sewaktu mengikuti BINTAL di PUSDIKHUB Cimahi dan waktu SUSPIM III serta satu lagi tiba2 aku punya prinsip, kapan lagi waktunya bisa "membentak" KAKANDATEL ! Pada saat penghormatan, walaupun aku masih gemetaran, nah pada saat harus laporan aku berteriak sekeras-kerasnya : LAPOOOR .... ! ..... dst dan hasilnya ternyata gemetaranku hilang dan upacara bisa berlangsung sampai selesai dengan baik. Selanjutnya aku malah jadi ketagihan, kalau ditunjuk menjadi Komandan Upacara ya senang sekali dan bisa dilakukan dengan enjoy aja .... !
Selengkapnya...

TELEX

TELEX adalah singkatan dari Teleprinter Exchange yang menurut bahasa keren nya adalah suatu jaringan teleprinter yang digunakan oleh umum secara international (world-wide public teleprinter network). TELEX ini dioperasikan dengan mengacu kepada International Telegraph Alphabet Number 2 (ITA-2) dengan kecepatan transmisinya adalah 50 Baud. Dalam perjalanan waktu di Indonesia istilah TELEX sering digunakan hanya untuk Terminal Teleprinter nya saja sedangkan media untuk menghubungkan dengan Teleprinter lainnya di sebut dengan Sentral Telex. Pada saat masa nya, Telex ini sangat banyak digunakan oleh Dunia Per-Bank-an termasuk di Dunia Militer mengingat Telex ini sangat effektif dan akurat dalam pengiriman dan penerimaan berita dan yang paling utama adalah tidak bisa disadap mengingat system operasional telex ini memerlukan arus kerja yang tertentu sehingga lebih atau kurang sedikit saja akan menimbulkan masalah (berita yang diterima akan cacad / error).

Di Indonesia sendiri Terminal Telex yang Paling banyak digunakan adalah Buatan Siemens dengan Type T-100 (contoh lihat gambar diatas) karena pengoperasiannya yang sangat mudah dan juga perawatannya mudah juga. Secara lengkap jenis-jenis teleprinter yang pernah beredar dan dioperasikan di Indonesia antara lain :
SIEMENS : T-37; T-100; T-100-S; T-150 (mekanik)
T-1000; T-1000-S; T-1200 (elektronik)
LORENZ/SEL : LO-15; LO-133 (mekanik)
LO-2000; LO-3000; LO-3003 (elektronik)
HASLER : SP-20 (elektronik)
TELETYPE : M-28 (mekanik)
OKI : MT-100-N (elektronik)
PHILLIPS : PACT-220; PACT-250 (elektronik)

Ketika aku mulai bekerja pada tahun 1974 di Kantor Daerah Telegrap & Telex Palembang (Kandatex PG) aku masih menemukan Teleprinter Siemens T-37, Lorenz LO-15 dan Teletype M-28 semuanya masih teleprinter mekanik. Namun dalam perjalanan waktu Telkom mengambil standard hanya menggunakan teleprinter SIEMENS T-100 dan T-1000. Kedua jenis teleprinter ini sudah dilengkapi dengan alat untuk penebuk pita dan sekaligus transmitter untuk mengirimkan berita menggunakan pita tebuk.
Selengkapnya...

Mengoperasikan & Memelihara 3 Generasi Sentral Telex

Mungkin aku termasuk orang yang beruntung dari sekian banyak karyawan Telkom, karena bisa mengikuti untuk mengoperasikan & memelihara Sentral Telex dari Generasi yang pertama sampai Generasi selanjutnya.
Sentral pertama yang aku tangani adalah Sentral Telex type TW-39 buatan Siemens. Sentral ini masih sentral mekanik yang menggunakan selector untuk melakukan pemilihan digitnya. Pemilihan digit/angka masih menggunakan relay mekanik yang selanjutnya diteruskan untuk "menangkap" selektor yang bebas dimulai dari Pre Selector (PS), kemudian Group Selector (GW) dan terakhir Final Selector (LW). Mengoperasikan dan memelihara Sentral ini "relatif mudah" mengingat perangkatnya masih "besar-besar".

Selanjutnya Generasi kedua yang aku tangani adalah Sentral Telex TWK-9 juga buatan Siemens. Sentral ini menggantikan Sentral TW-39. Sentral ini sudah mulai menggunakan relay electonic & mecanic dan system operasinya menggunakan Common Control. Mengoperasikan Sentral ini sedikit rumit, karena kelemahan sentral ini adalah relay mekanis nya mudah aus sehingga bila sudah aus atau rusak harus diganti. Semua pekerjaan perbaikan dan mengatasi gangguan dilakukan oleh petugas sentral sendiri. Aku pernah mengalami gangguan sentral yang sedemikian rumitnya sehingga baru selesai setelah bekerja selama 4 hari & 3 malam. Bila sudah ada gangguan kita harus membuka semua dokumen sirkit yang terkait, hand book serta catatan sewaktu pelatihan.

Generasi ketiga adalah Sentral Telex EDX-C juga masih buatan Siemens. Sentral ini menggantikan Sentral TWK-9, untuk mengoperasikan & memelihara sentral EDX-C ini aku bahkan sempat terpilih untuk mengikuti Training di Muenchen Jerman khusus mempelajari DataBase Sentral. Sayangnya, aku tidak lama ikut mengoperasikan dan memelihara sentral EDX-C ini karena dengan perjalanan waktu aku harus mutasi ke unit kerja lain. Dan selanjutnya dengan perkembangan teknologi saat ini, Sentral EDX-C akhirnya dilakukan cut-off pada September 2007 dimana aku sendiri sudah menjalani MPP.
Selengkapnya...

Telegrap

Mungkin saat ini banyak orang kalau ditanya tentang Telegrap mungkin sudah tidak tahu lagi. Bahkan di Telkom sendiri pun untuk Generasi yang masuk di tahun 1990 an pun mungkin sudah banyak yang tidak mengetahuinya walaupun Telegrap sendiri pernah digunakan dan diandalkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.

Secara harafiah Telegrap diartikan sebagai Tele = Jarak Jauh dan Grap = Tulisan dan bila dirangkaikan Telegrap = Tulisan Jarak Jauh atau kalau diterjemahan secara luas berarti Pengiriman & Penerimaan Berita dengan jarak jauh. Telegrap sendiri diketemukan oleh seorang peneliti Amerika Seerikat yang bernama Samuel F.B. Morse bersama asisten nya yang bernama Alexander Bain yang saat itu pengiriman dan penerimaan berita menggunakan Kode Morse. Kode Morse ini sampai saat ini masih digunakan di Indonesia khususnya oleh para pecinta Radio Amatir.

Dalam perkembangan selanjutnya Telegrap mengikuti perkembagan teknologi yang terus menerus berubah sampai dengan diketemukannya Telegrap dengan menggunakan system elektromagnet yang selanjutnya berubah lagi dengan menggunakan elektromagnet receiver dimana kode-kode yang menggunakan dasar kode morse diubah menjadi kode dengan menggunakan tulisan.

Di Indonesia sendiri, Telegrap mulai digunakan sejak tanggal 23 Oktober 1855 oleh Pemerintahan Hindia Belanda yang digunakan untuk mengirim dan menerima Berita antara Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor). Dan dalam perkembangan selanjutnya, teknologi telegrap sendiri tetap digunakan Telkom untuk melayani masyarakat dan aku sendiri mengalami Era pelayanan Telegrap dengan menggunakan Morse sampai dengan Era penggunaan Sentral Telex.
Selengkapnya...

Sekolah (2)

Bagi siapa saja, masa-masa saat masih sekolah tentu akan banyak meninggalkan banyak kenangan. Demikian juga aku ketika masih mengikuti Pendidikan Menengah di PUSDIK POSTEL saat itu. Tempat aku sekolah dulu masih di Jalan Ambon Bandung yang sekarang sudah menjadi Gedung nya PT POS Indonesia (kalau tidak salah) sedangkan untuk pelajaran praktek dilakukan di Geger Kalong yang saat itu dikenal sebagai Telecommunication Training Center (TTC) dan saat ini menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT.Telkom yang dikelola oleh Divisi Pelatihan (DIVLAT) PT.Telkom.

Di Semester pertama, karena aku mendaftar dari Bandung maka aku tidak di asrama kan mengingat Asrama yang ada saat itu masih digunakan oleh Mahasiswa dari Akademi POSTEL tingkat terakhir( Saat itu untuk Jurusan Teknik Telekomunikasi dengan lulusan nya menyandang Gelar Bc.TT dan Jurusan Administrasi Telekomunikasi dengan Gelar Bc.AT sedangkan yang lulusan Administrasi Pos menyandang Gelas Bc.AP). Baru di Semester Dua aku masuk Asrama dan aku menempati Asrama di Jalan Windu 21 sedangkan teman lain di Asrama Jalan Palasari.

Yang masih aku ingat, sebagai Siswa yang tidak di asrama kan mendapat uang saku Rp.2000,- (dua ribu rupiah) sebulan yang untuk hidup saat itu apalagi aku yang pertama kali menerima uang saku sangat besar sekali artinya dan membuat aku senangnya bukan main. Aku masih ingat juga, dari uang saku pertama aku gunakan untuk menyenangkan Ibu ku (Almarhum), aku minta beliau memilih apa saja yang dinginkan beliau dan saat itu beliau hanya minta di belikan tirai / gorden rumah saja. Untuk sekolah setiap hari aku menggunakan sepeda dari jalan Garuda (Nurtanio) menuju Jalan Ambon PP atau terkadang jalan kaki setelah naik angkot.

Yang paling menyenangkan adalah kalau mau melaksanakan praktek di Geger Kalong. Kami diangkut menggunakan Bis Sekolah dari Kampus Jalan Ambon menuju Geger Kalong. Dan situasi Geger Kalong saat itu masih sunyi dan sepi. Bagi yang mengetahui kondisi lokasi PUSDIKLATTEL sekarang maka yang dulu ada hanyalah Gedung K, L dan M saja plus Gedung ex STMB yang dulu di gunakan untuk tempat praktek Catu Daya dan Penyambungan Kabel Tanah / Udara. Di Gedung K lantai dasar digunakan untuk praktek catudaya (batere) dan terminal telegrap sedang kan diatas untuk praktek teknik radio dan telegrap. tapi dengan perkembangan, Teknik Radio dan Teknik Telepon banyak di Gedung L dan Teknik Telegrap di Gedung M.

Saat itu TTC masih mendapat bantuan dari PBB melalui ITU (International Telecommunication Union) dan jangan heran kalau kami melakukan praktek khususnya bila menggunakan alat-alat ukur semua nya masih baru dan masih di bungkus plastik. Bahkan "kenakalan" kami saat itu salah satunya melepas sticker ITU yang ada pada alat ukur dan berpindah melekat di buku2 pelajaran kami. Dan aku masih ingat, ada teman yang melakukan salah pengukuran yang menyebabkan alat ukur rusak, maka instruktur dengan enaknya membuka alat ukur baru penganti yang masih dibungkus plastik lainnya.

Untuk pelaksanaan praktek teknik telepon seperti memasang tiang telepon, memasang kabel udara dan sebagainya kami menggunakan lapangan yang masih luas dari ujung Gerbang pintu masuk sampai di depan gedung K dan aku masih ingat ada beberapa makam di lokasi tersebut. Lapangan yang luas ini juga menjadi jalan pintas kami kalau pulang apabila Bis Sekolah yang menjemput belum datang dan biasanya kami menunggu di dekat gerbang masuk PUSDIKLATTEL sambil mencari pedagang makanan kecil. Maklum saat itu belum ada kantin dan sebagainya sehingga kalau lapar ya ditahan saja karena tidak ada yang berjualan.

Selengkapnya...

Sekolah (1)

Saat pertama sekali aku memasuki Pendidikan sebelum bekerja di Telkom adalah mengikuti Program D-2 atau saat itu lebih dikenal dengan sebutan Pendidikan Menengah Teknik Telekomunikasi yang di selenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Pos dan Telekomunikasi (LEMDIK POSTEL) saat itu. Untuk menjadi siswa di Lembaga Pendidikan ini juga tidak mudah, Ujian saringan masuk yang diadakan secara bertahap bisa aku lalui dan akhirnya aku berhasil diterima menjadi salah satu siswa di LEMDIK POSTEL.

Saat memulai Pendidikan sekitar pertengahan tahun 1972 semuanya mendapatkan pendidikan dasar tentang Telekomunikasi termasuk pelajaran praktek untuk setiap jurusan yang ada saat itu. Jurusan yang saat itu ada adalah Jurusan Teknik Radio atau kalau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Teknik Transmisi, kemudian Jurusan Teknik Telepon dan terakhir Jurusan Teknik Telegrap. Nah setelah mengikuti Pendidikan Dasar dan selesai ujian Semester pertama, aku masuk ke Jurusan Teknik Telegrap. Aku tidak tahu dasar penjurusan ini mengingat walaupun ada Jurusan Pilihan namun pada prakteknya hasil ujian lah yang menentukan.

Keunikan dari Jurusan Teknik Telegrap ini adalah bisa belajar secara end to end dari semua Teknologi Telegrap. Mulai dari belajar Terminal Telegrap yang masih digunakan saat itu yaitu Terminal Morse sampai Teleprinter yang berbagai macam type yang semuanya masih menggunakan system mekanis karena type yang elektronis belum ada saat itu, kemudian belajar Transmisi Telegrap dari pesawat Carrier yang ditumpangkan ke saluran Telepon sampai ke VFT (Voice Telegrap Transmission). Istimewanya pelajaran Transmisi di Transmisi Telegrap ini yang nyaris sama dengan yang di pelajari di Teknik Radio, semua peralatan masih menggunakan teknologi "Tabung" belum dikenal yang namanya IC atau Transistor walapun sudah belajar secara teori nya. Dan terakhir adalah Sentral Telegrap atau lebih dikenal dengan sebutan Sentral Telex.

Pelajaran pendukung lainnya aku juga mendapatkan antara lain pelajaran keuangan, perlengkapan (Logistik sekarang) dan pelajaran administrasi lainnya. Kami diberi pembakalan lengkap mengingat saat itu bila di tempatkan diharapkan untuk bekerja sudah bisa langsung bekerja sendiri tanpa ada pembimbing di lokasi bekerja nantinya

Akhirnya di pertengahan tahun 1974 aku berhasil menyelesaikan pendidikan dan berhak diangkat sebagai Calon Pegawai PERUMTEL (PT Telkom saat itu) dengan pangkat Pengatur Muda Teknik atau disingkat menjadi Pmtnt yang dikemudian hari berubah menjadi Pamtk dengan Golongan Dasar berdasarkan PGPS (Peraturan Gaji Pegawai Sipil) saat itu adalah Golongan II-A1 dan mendapatkan Gaji Dasar Rp.1.970,- !
Selengkapnya...

Dari Job Tender Ke Job Tender

Diawal tahun 90an ketika diadakan Restrukturisasi di WITEL-04 (DIVRE-2 sekarang), dimana Dinas-Dinas Pendukung/Support dibubarkan dan karyawannya disalurkan masuk ke KANDATEL di seluruh WITEL 04. Aku kebagian masuk ke KANDATEL JakPus, karena secara kebetulan saat itu aku masih masuk CMG (Centralized Maintenance Group) nya Sentral Telex EDX-C dan yang terbesar ada di STO GB. Sebagai karyawan eks Dinas Pendukung aku masuk ke Dinas Teknik yang selanjutnya dalam perjalanan waktu berganti nama menjadi Dinas OpHar SENTRADAYA.

Nah dengan adanya Restrukturisasi ini maka organisasi di KANDATEL bertambah khususnya untuk tingkat Urusan dan Sub Dinas. Bila di KANDATEL lain pengisian formasi dilakukan secara langsung, maka di KANDATEL JakPus lain dari yang lain, atas inisiatif KAKANDATEL JakPus (waktu itu KAKANDATEL JakPus adalah pak WB) dilakukan Job Tender. Semua karyawan setingkat KASI (Kepala Seksi) di wawancara oleh para KABAG/KADIN/KASENTEL plus KAKANDATEL nya sendiri. Hasilnya, Alhamdulillah aku mendapat tugas baru menjadi Kasubdin Transmisi di Dinas OpHar SENTRADAYA di KANDATEL JakPus. Inilah Job Tender pertama yang aku ikuti !

Selanjutnya Job Tender yang kedua, awalnya aku tidak tahu kalau ini akan berakhir di Job Tender karena diawal tahun 2000 semua karyawan setingkat KAUR & KASUBDIN di DIVRE-2 dilakukan Asessment dan terakhir sekali aku dipanggil untuk mengikuti Job Tender dengan persyaratan mempresentasikan suatu program sesuai pilihan dan di wawancara oleh 3 orang setingkat GM. Ini adalah system Job Tender pertama di DIVRE-2 saat itu dan akhirnya aku berhasil dan mendapat amanah untuk menjadi KADINJAR di KANDATEL JakSel.

Job Tender yang selanjutnya yang aku ikuti adalah Job Tender untuk posisi Deputy GM KANDATEL di DIVRE-2. Kali ini aku gagal dalam Job Tender ini, tetapi aku merasa puas dan bisa membanggakan diriku sendiri karena dari 115 peserta (kalau tidak salah) yang memiliki NIK 52xxxx hanya 3 orang termasuk aku dan pada saat dilakukan feed-back hasil Job Tender ternyata aku mendapat urutan lulus yang ke 36 dari 115. Untuk aku, ini suatu prestasi tersendiri, mengingat aku hanya lulusan D3 sedangkan mayoritas peserta adalah S1 atau S2. Hasil Job Tender ini juga memacu aku secara pribadi dengan terus belajar dan belajar untuk meningkatkan performa diriku sendiri sekaligus khususnya untuk mendukung pekerjaan dan tugas-tugasku.

Sumber : Andige's Blog

Selengkapnya...

Pemilu

Pemilihan Umum Calon Legislatif (Pemilu) 2009 telah berlalu, dan sampai dengan hari ini Penghitungan Suara masih juga belum selesai walaupun sudah sampai ke H + 15. Sangat kontradiktif sekali ketika Pemilu tahun 1997 dan 1999 diadakan, dimana saat itu penghitungan suara bisa dilaksanakan dengan sangat cepat dan selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pemilu yang diadakan pada tahun 1997 dan tahun 1999 sangat berarti sekali dalam perjalan karier ku karena aku terlibat langsung dalam Penyediaan Fatel Pemilu khususnya untuk Pemilu tahun 1997. Cerita tentang Pemilu 1997 ini sudah pernah aku tuliskan dalam : Mensukseskan Pemilu ! yang aku tuliskan dalam salah satu Blog yang aku miliki. Kenangan yang satu ini memang sangat membanggakan diriku karena saat itu aku masih sebagai Kasubdin Transmisi (setingkat Asman sekarang) di KDTJP sudah diberi tanggung jawab besar untuk menyiapkan Fastel Pemilu di LPU (KPU sekarang) serta sekaligus mengkoordinir kelancaran Fastel Pemilu untuk seluruh Indonesia dan berhasil dengan sangat sukses.

Selanjutnya Pemilu di tahun 1999 dimana Fastel Pemilu dari perusahaanku bekerja hanya digunakan sebagai back-up saja karena system utama yang digunakan adalah SISKOMHAJ milik salah satu Departemen di Indonesia yang sudah menjangkau sampai tingkat Kecamatan. Tetapi dibalik itu semua, aku pernah bekerja dan bekerja sama dengan seseorang yang sudah menjabat sebagai salah satu Direksi di perusahaan tempatku dulu bekerja ketika bersama-sama menyiapkan Fastel Pemilu 1999. Ketika aku menulis dan menyapa beliau di facebook, beliau serta merta menjawab sapaanku sebagai berikut : ya pak Andi, saya juga jadi teringat kenangan indah kita saat di LPU... smoga meskipun pak Andi sdh berkiprah di kurva baru Bpk, terus sukses dan tidak berhenti berkarya.. salam hangat iu ):

Hal ini sangat membanggakan diriku, karena seorang teman sekerja yang kemudian dalam perjalanan waktu menjadi orang besar masih mau menerima sapaanku dan masih ingat saat-saat bekerja bersama-sama dalam menyiapkan Fastel Pemilu.

Sumber : Aki Gaul
Selengkapnya...

Roda Terus Berputar, Regenerasi Terus Berjalan

Hari senin sore tanggal 6 Oktober 2008 yang lalu, aku dihubungi salah satu rekanku yang masih aktif bekerja. Dia memberitahu kalau menerima pemberitahuan mendadak untuk berangkat ke Denpasar dan akan menduduki posisi baru setingkat lebih tinggi dari Jabatan sebelumnya. Aku sangat senang mendengar informasi ini, karena aku tahu banget teman yang satu ini memang punya potensi yang baik dan pantas untuk menerima promosi. Surprisenya juga karena dia menggantikan pejabat lama yang usianya berbeda 13 tahun lebih tua, Generasi muda mulai berperan dan regenerasi terus berjalan.

Flash back sekitar 8 tahun yang lalu ketika aku berhasil lulus Job Tender dan harus memimpin suatu Bagian yang besar sekali dan membawahi ratusan orang SDM (padahal sebelumnya hanya membawahi 8 orang saja), rekan yang aku sebutkan diatas adalah salah satu Asisten ku. Dia memang Asisten yang paling muda diantara 6 orang Asisten ku yang lainnya, sehingga sering disebut sebagai Si-Bungsu. Dia pula satu-satunya Asisten-ku yang mendapatkan S2 paling duluan dimana aku sendiri hanya punya ijazah terakhir D3.

Roda terus berputar, dan Asisten ku yang satu ini akhirnya juga mendpatkan promosi untuk memimpin suatu bagian dalam Kantor yang sama denganku, Bahkan ketika aku di mutasikan ke Bagian lain setahun sebelum aku pensiun, teman satu inilah yang menggantikan salah satu posisi yang aku tinggalkan. Bila sebelumnya aku menangani Operasi dan Pemeliharaan sendiri, maka Bagian ini kemudian dipecah menjadi Bagian Operasi sendiri dan Bagian Pemeliharaan sendiri. Nah temanku yang satu ini dipercaya untuk memangani Bagian Operasi nya.

Mengingat persyaratan untuk menduduki suatu posisi semakin ketat, sedangkan usiaku juga semakin bertambah maka aku hanya bisa belajar secara self learning saja, mengingat rekan-rekan yang bekerja bersamaku dulu banyak sekali yang mempunyai ijazah S1 dan S2. Dan aku juga terus mendorong rekan-rekanku lainnya untuk terus sekolah dan sekolah, sehingga banyak rekan yang di level staf saja mempunyai Ijazah S1. Namun akhirnya, yang berkualitas lah yang terus bisa maju dan naik karier nya mengingat semakin keatas semakin ketat persaingannya. Dan disaat aku memasuki usia pensiun, sudah ada beberapa rekan kerjaku yang di promosikan sesuai dengan kemampuan masing-masing termasuk temanku yang aku ceritakan disini, mendapatkan promosi disuatu posisi yang belum pernah aku capai.

Sumber : Aki Gaul
Selengkapnya...

Kabel Putus Tertimpa Kambing

Saat aku mulai bekerja di Palembang sekitar medio tahun 1974, jaringan transmisi : Trans Sumatra Micro Wave (TSMW) sudah selesai dipasang sehingga jaringan Transmisi Microwave Jawa Bali saat itu sudah bisa dikoneksikan ke TSMW. Namun saat itu belum bisa difungsikan untuk fasilitas SLJJ seperti sekarang karena masih tahap uji-coba.

Nah untuk transmisi telegrap khususnya untuk kota-kota setingkat kabupaten di Sumatera Selatan termasuk di Propinsi Lampung, Propinsi Jambi dan Propinsi Bengkulu masih menggunakan jaringan phisik tembaga yang ditumpangkan pada saluran telepon yang lebih dikenal saat itu dengan istilah "carrier" (istilah yang salah kaprah!) dan disalurkan melalui jaringan sepanjang rel kereta api (kecuali kota-kota kabupaten yang dilalui TSMW).

Seingatku, kejadian ini terjadi sekitar tahun 1975an, saat itu dilaporkan hubungan transmisi telegrap antara Palembang - Lahat dilaporkan terputus. Setelah ditelusuri penyebabnya, dilaporkan bahwa ada kabel yang putus karena tertimpa kambing.

Hah ?? Aku tidak percaya dengan laporan ini ! Logikaku mana mungkin ada kambing yang bisa memanjat tiang telepon dan memutuskan kabelnya. Ternyata setelah di crosscheck dengan rekan teknisi di Lahat, aku mendapat keterangan yang lebih jelas. Rupanya jaringan yang dipasang sepanjang rel kereta api melalui perbukitan yang curam dan kemudian ada kambing yang terperosok dari bukit curam itu dan jatuh menimpa kabel yang mengakibatkan kabel putus ! Makmano kalu mak'ini ...... ??? (bahasa Palembang yang artinya bagaimana kalau begini) (doh)

Sumber : Aki Gaul
Selengkapnya...

Catatan Si Aki

Sudah banyak Blog yang sudah aku buat dengan berbagai macam keunikan-keunikan yang ada baik itu tentang perjalanan hidupku, tentang perburuan bendera atau cerita lain termasuk artikel2 lain yang aku anggap bermanfaat untuk para pembaca Blog ku.
Terinspirasi dari Blog salah satu rekanku yang juga sudah pensiun, aku mencoba untuk membuat lagi sebuah Blog yang bercerita tentang kisah perjalanan karierku yang dimulai dari awal sekali aku mulai pendidikan sampai dengan pensiun. Sebagian dari tulisanku ini juga merupakan kumpulan tulisan-tulisan yang sudah pernah ditulis di Blog-ku yang lain.
Sebagai pelengkap, aku berniat untuk menuliskan artikel tentang peralatan atau sarana yang pernah aku operasikan mengingat sampai dengan hari ini sudah banyak peralatan tersebut yang sudah tidak dipergunakan lagi alias sudah di Phase-Out.
Aku hanya bisa berharap, para pembaca yang berkunjung di Blog ku ini khususnya rekan-rekan ku yang masih aktif dapat melihat dan mengetahui kisah perjalanan hidupku yang barangkali bisa bermanfaat baik untuk pribadi atau untuk cerita rekan lainnya, terimakasih.
Selengkapnya...