Jadi Pelanggan !

Menjadi Pelanggan menjadikan aku suasana yang berbeda ketika aku masih aktif bekerja, dimana aku menjadi Pelayan untuk para Pelanggan Perusahaan dimana aku bekerja. Bukan hal yang aneh kalau dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, aku yang bekerja di "Back Room" selalu berupaya keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para pelanggan. Dan juga bukan sekali dua kali aku "dicaci maki" baik oleh pelanggan yang kurang puas dengan layananku maupun para atasanku yang "alergi" dengan komplen dari pelanggan baik komplen secara lisan maupun yang tertulis di media-media. 

Nah, ketika posisi ku menjadi terbalik yang tadinya aku menjadi Pelayan nya para Pelanggan, maka akhirnya aku menjadi Pelanggan dari perusahaanku ketika aku sudah pensiun. Aku berharap dengan aku menjadi pelanggan akan mendapatkan layanan yang minimal sama dengan yang aku lakukan pada saat aku menjadi pelayannya para pelanggan, namun ternyata seperti pepatah yang mengatakan "Jauh Panggang dari Api" yang aku alami "berbeda" dengan yang aku harapkan.

Sekian tahun yang lalu ketika aku dengan "terpaksa" harus berhenti berlangganan salah satu jasa dari perusahaanku dulu, karena aku akan berpindah ke provider lain yang lebih murah biaya nya. Sesuai prosedur aku datang ke Plasa untuk mengajukan permohonan berhenti berlangganan untuk suatu produk. Setelah mengisi form yang ditentukan dan membayar uang titipan yang digunakan untuk membayar biaya berlangganan bulanan yang harus dibayar di bulan berikutnya aku anggap sudah selesai tugas ku. (Aku berhenti berlangganan di akhir bulan).

Namun ternyata tidak semudah yang aku duga, ketika bulan berikutnya di awal bulan, aku iseng membuka tagihan untuk jasa yang sudah aku tutup eh ternyata masih muncul tagihan yang harus aku bayar padahal aku sudah memberikan uang titipan untuk melunasi tagihan tersebut. Tapi aku berpikir positif saja, mungkin secara administrasi keuangan belum dilakukan pembukuan untuk pembayaranku jadi ya aku biarkan saja. 

Namun dibulan berikutnya (x+1) ketika aku iseng membuka tagihan, eh ternyata masih muncul juga tagihan untukku demikian juga ketika aku buka lagi di bulan selanjutnya (x+2). Apa boleh buat dengan kondisi demikian aku tidak bisa tinggal diam, karena aku sudah melaksanakan kewajibanku sebagai pelanggan tetapi karena aku juga merasa punya hak sebagai pelanggan aku mencoba mencari tahu, mengapa bisa terjadi hal yang demikian. 

Aku mencoba mencari informasi kepada siapa aku harus melacak penyebab terjadinya masalah ini dan akhirnya aku bisa menghubungi salah seorang rekan yang memahami masalah ini. Ketika aku memberikan nomor pelangganku kepada rekanku tersebut ternyata memang ada masalah dalam "system" yang digunakan saat itu. Akhirnya rekan tersebut menjelaskan "penyebab" terjadi nya kesalahan tersebut dan menyarankan supaya aku tidak membayar / melunasi tagihan yang muncul karena dari system tersebut diketahui kalau aku sudah membayar sesuai dengan ketentuan. Sebagai "bekas Pelayan" aku bisa menerima penjelasan rekanku, tetapi tidak bisa dipungkiri kalau aku "kecewa berat" dengan kejadian ini dimana aku sebagai pelanggan merasa "dipermalukan" karena secara system se olah-olah aku menunggak atau belum membayar biaya dari fasilitas yang sudah aku tutup tersebut.
Selengkapnya...

Lebaran di Perantauan

Setiap hari lebaran, sudah menjadi tradisi dimana mana untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Dari dulu sampai sekarang tradisi itu masih terus berjalan. Tapi yang ingin aku ceritakan disini bukan kondisi saat ini tetapi ketika aku masih bertugas di Palembang, tepatnya di Kandatex Palembang (Kandatex = Kantor Daerah Telegrap & Telex) sekian puluh tahun yang lalu. 

Saat itu aku masih sebagai pelaksana dan sering sekali setiap lebaran aku tidak mengambil cuti untuk mudik tetapi memilih untuk tetap bisa bertugas walaupun konsekwensinya harus selalu siaga karena kondisi ketika itu Sentral Telex nya masih system sentral analog yang attended (harus dijaga langsung) dan belum ada Posko Lebaran seperti sekarang. Bila Lebaran tiba, dan kemudian masuk bertugas lagi (saat itu libur lebaran ya hanya dua hari sesuai dengan tanggal di kalender yang merah, belum ada istilah cuti bersama atau harpitnas) seperti biasa kita semua saling bersalaman keliling di kantor yang kecil sehingga karyawannya juga sedikit, dari teman-teman sesama petugas teknik lalu bersalaman dengan teman-teman para operator telex, lalu ke bagian Tata Usaha dan biasanya terakhir ke bagian pengantaran telegram (Caraka Telegram).

Nah keunikan di Palembang saat itu, secara bergantian ada beberapa karyawan yang selalu mengundang kita untuk datang kerumahnya dan mempersilahkan untuk menikmati makan siang sekaligus menu lebaran di rumahnya. Biasanya setelah selesai jam dinas, saat itu jam dinas masih dari jam 07.00 sampai jam 14.00, dengan menggunakan kendaraan dinas yang ada biasanya kita mengunjungi rumah yang mengundang secara bergantian. Kalau kebetulan saat itu kena tugas dinas siang atau dinas malam biasanya nggak pernah bisa ikut apalagi dengan jumlah karyawan yang terbatas tidak bisa "tukar" dinas. (Waktu itu aku masih kena dinas shift, pagi, siang dan malam). Buat aku yang berasal dari tanah Jawa, acara ini menarik sekali karena cara menikmati makanannya unik sekali, rame2 duduk dibawah beralaskan tikar mengelilingi makanan yang disajikan. Biasanya salah satu dari kita yang dianggap paling "dituakan" yang membagikan makanan yang ada walaupun yang bersangkutan belum tentu sebagai tuan rumahnya. 

Di awal aku ikutan acara ini sempat "shock" dengan tata cara dalam membagikan makanan khususnya menu yang ada karena yang "dituakan" membagikan makanannya menggunakan kedua tangannya dan beberapa kali aku kebagian makanan yang diberikan dengan tangan kirinya. Maklum, aku biasanya menggunakan tangan kiri untuk sesuatu yang khusus, nah ketika kemudian harus menerima makanan yang diberikan menggunakan tangan kiri orang lain ya jadinya agak "janggal" saja untuk memakannya. Tapi seiring dengan perjalanan waktu akhirnya aku menjadi biasa biasa saja menghadapi hal tersebut bahkan akhirnya ikut-ikutan bersendawa sekeras-kerasnya dan bersahut-sahutan kalau makan sampai kekenyangan yang rupanya suatu hal yang lumrah bersendawa dengan keras di Palembang yang kontradiksi dengan kondisi di rumah orangtuaku yang sempat memarahiku ketika aku bersendawa tanpa sengaja di rumah karena dianggap tidak sopan. Demikian sekilas cerita suasana Lebaran saat aku bertugas di Kota Palembang sekian puluh tahun yang silam. 
Selengkapnya...

Ramadhan Kelabu

Sudah menjadi tradisi ketika Bulan Ramadhan tiba, selalu diadakan acara Buka Bersama (BukBer) dari setiap Kantor atau Bagian di Kantor Divisi atau dari Unit-Unit Pendukung Kantor Divisi yang diadakan secara bergantian dan dihadiri oleh para karyawan dari kantor yang ditunjuk sebagai penyelenggara ditambah para undangan dari Kantor-Kantor lainnya. Nah, kebetulan yang akan aku ceritakan ini adalah Buka Puasa Bersama (BUKBER) yang pertama kali diadakan pada Bulan Ramadhan tahun 20xx dan sebagai penyelenggaranya adalah KDXX. Secara kebetulan, mungkin dengan pertimbangan rumahku dekat dengan KDXX maka aku diminta untuk mewakili management KDJS untuk hadir di acara tersebut. 

Diawal acara ini yang biasanya diisi dengan kegiatan ceramah agama belum ada hal-hal yang aneh, semuanya berjalan seperti biasanya. Nah, mulai ada perubahan ketika menjelang pelaksanaan Shalat Magrib berjamaah, seorang SM (Senior Manager) dari Kantor Divisi yang sudah akrab dengan ku karena kebetulan beliau pernah sama-sama menjadi Asman di KDJP menghampiri ku saat antri untuk berwudhu. Beliau bertanya dalam bahasa daerah, apa sih yang sudah aku lakukan koq Boss Besar marah besar atas tindakanku. Disitulah aku terkejut sekali, karena aku merasa tidak ada kejadian apa-apa koq tiba-tiba Boss Besar marah-marah ya aneh sekali jadinya buatku.

Setelah selesai Shalat Magrib sambil berbuka puasa, aku mengejar pak SM tadi dan aku tanya masalah apa sebenarnya yang dipermasalahkan oleh Boss Besar dan ternyata masalahnya tentang pemenuhan fasilitas telekomunikasi (FasTel) untuk seorang Pejabat diatas Boss Besar. Sebenarnya masalah tersebut sudah aku selesaikan walaupun tidak tuntas dan secara hierarchy sudah aku laporkan progress nya kepada Deputy GM dari Kantor ku dan juga langsung memberikan Laporan ke Sekretaris Pejabat yang dimaksudkan tadi. Rupanya laporanku ini tidak diteruskan ke Pejabat yang berkepentingan oleh Sekretarisnya dan ketika Pejabat tersebut menanyakan dan melaporkan kepada Boss Besar seolah-olah permintaannya belum dikerjakan, maka marah besar lah Boss Besar dengan "mencaci maki" aku di depan para GM dan SM saat Rapat.

Aku jadi terkejut sekali dengan kejadian ini, aku tidak menyangka Boss Besar akan semarah itu karena sampai saat itu aku tidak pernah dipanggil untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud, juga tidak pernah ditegur atau Surat Peringatan tertulis kalau memang aku bersalah. Semua seperti berjalan normal seperti biasanya. Atas dasar masalah itu aku mencoba mencari seorang GM (General Manager) yang kebetulan hadir di acara tersebut dan kebetulan juga beliau sebelumnya adalah Deputy GM di Kantor ku dan sekaligus beliau tahu persis masalah yang membuat Boss Besar marah karena kepada beliaulah aku melaporkan semua aktivitas kerja yang sudah aku lakukan termasuk dari ruangan beliau lah aku bersama rekan Sekretariat Kantorku melaporkan hasil kerja yang telah dikerjakan kepada Sekretariat Pejabat yang disebut diatas. 

Aku mencoba meminta bantuan agar pak GM ini membantu aku menjelaskan kepada Boss Besar tentang permasalahan yang sebenarnya karena beliau tahu persis permasalahannya. eh jawabannya malah tambah mengejutkan aku ! Beliau mengatakan bahwa untuk level aku perjalanan SK (Surat Keputusan) akan lama karena harus ditandatangani oleh Pejabat di Kantor Pusat, jadi aku diminta tenang saja. Wah benar-benar kacau balau pikiranku saat itu, kalau pak GM mengatakan ada SK berarti aku sudah "dicopot" dari jabatanku dan aku dianggap "bersalah" tanpa aku tahu "apa salahku". Betul-betul "cobaan" yang maha berat yang aku terima di awal bulan Ramadhan saat itu. 

Aku sudah pasrah atas kejadian ini, walaupun teman-teman banyak yang memberikan dukungan dan support karena mereka semua tahu aku tidak bersalah bahkan ada yang usul untuk Demo, tapi semuanya berhasil di tenangkan. Kejadian ini ternyata menyebar dari mulut ke mulut dan aku tidak tahu siapa yang menyebarkan dan akhirnya aku mendengar bahwa ada seorang SM dari Divisi lain (bukan dari Divisi tempatku bekerja) menyempatkan diri menghadap salah seorang petinggi di Kantor Pusat dan melaporkan apa yang telah terjadi atas diriku dan dari cerita yang aku dengar juga bahwa sempat Boss Besar dipanggil Petinggi tersebut dan keputusan akhirnya SK pemberhentian dari jabatanku di batalkan. Alhamdulillah, akhir nya yang benar tetap benar dan aku berharap masalah sudah selesai tapi ternyata "tekanan" demi "tekanan" terus berlanjut agar aku mundur dari Jabatanku dan untunglah setahun menjelang aku MPP sebelum pensiun ada re-organisasi dan aku di mutasikan ke bagian lain dan selesailah tekanan-tekanan yang aku terima selama itu.
Selengkapnya...

Nyeleneh .... !

Semalam, ketika aku melihat FB ku dan ketika masuk ke Group para pensiunan telkom yang isinya penuh canda ria dan canda tawa, aku sempat terhenti ketika membaca status tentang nama-nama alumni ketika aku mengikuti Pendidikan D3. Diantara komentar-komentar yang muncul, ada satu tulisan yang menyebut namaku. Aku sempat kaget karena di tulisan itu disebutkan : ada yg aneh, terakhir Andi G malah kadinjar, nyeleneh ! 

Aku tahu yang dimaksudkan penulis komentar tersebut karena aku memang dari latar belakang pendidikan dengan jurusan Teknik Telegrap koq bisa-bisanya menjadi Kepala Dinas Jaringan (KADINJAR) yang idealnya diduduki oleh personil dengan latar belakang pendidikan dari jurusan Teknik Telepon dengan spesialisasi Teknik Jaringan Kabel.

Memang bagi yang melihat kondisi ini secara sederhana nampaknya memang janggal, tapi apabila dilihat dari sisi manajerial atau dengan sudut pandang yang lebih luas, hal ini menjadi sesuatu yang biasa untuk perjalanan karier seseorang selama orang tersebut dipandang mampu untuk menduduki posisi yang dianggap lintas sektoral yang tentunya melalui tahapan seleksi yang ketat. Saat  diadakannya Job Tender ini memang saat itu direncanakan akan terjadinya alih teknologi dari jaringan akses tembaga (Jarlokat) ke jaringan akses fiber (Jarlokaf) dan jaringan akses radio (Jarlokar) sehingga persyaratan lain untuk jabatan ini juga pemahaman terhadap teknologi yang dimaksud.

Dalam kasus yang aku alami, dengan dasar pengalaman kerja di Subdin Transmisi dan juga Subdin Dukungan Pelanggan Pelayanan Network akhirnya aku memang bisa menduduki posisi sebagai Kadinjar setelah melalui proses seleksi yang ketat dalam rangka memenuhi persyaratan JOB TENDER yang diadakan oleh perusahaan. Dari test tertulis, psychotest, assesment sampai ke wawancara dan akhirnya aku dinyatakan lulus dan di tunjuk menjadi Kadin Jaringan di KDJS. Nyeleneh memang, orang dengan latar belakang Teknik Telegrap koq bisa menjadi Kadinjar ........ !
Selengkapnya...

"Perjalanan Rahasia"

Cerita ini berawal ketika aku iseng mencari informasi tentang Pemilu tahun 1997 melalui Google. Dari info tersebut aku mencoba mengingat kembali Pemilu yang diadakan pada tanggal 29 Mei 1997. Sebagai salah satu Penanggung Jawab Teknis Fasilitas Telekomunikasi (FasTel) Pemilu, aku harus senantiasa bertanggung jawab atas kesiapan teknis seluruh perangkat yang digunakan untuk menyalurkan hasil perhitungan suara dari seluruh Indonesia menuju Kantor Lembaga Pemilihan Umum (KPU sekarang) di Jl. Imam Bonjol Jakarta Pusat. Konsekwensinya, aku harus selalu berada di Jakarta sampai hari H pelaksanaan Pemilu tersebut. 

Namun kondisi ini ternyata kemudian berubah, ketika di awal bulan April 1997 aku dipanggil Manager SENTRADAYA sebagai atasanku dimana saat itu aku sebagai Asman Transmisi, menawarkan aku untuk menggantikan beliau untuk melakukan Perjalanan Dinas ke Luar Negeri. Awalnya aku terkejut, karena Perjalanan ke Luar Negeri pasti siapa saja akan menginginkannya dan aku tiba-tiba saja diberi penawaran untuk ke Luar Negeri. Kala itu aku mencoba menolak karena merasa bertanggung jawab atas semua Fastel Pemilu yang sudah digelar dan juga sudah mendekati hari H nya. Namun Managerku bersedia "mengganti" kan tanggung jawabku selama aku di luar negeri bahkan aku diminta untuk "tutup mulut" agar tidak melaporkan ke Kantor Wilayah dan Kantor Pusat tentang rencana ini karena apabila para Pejabat ini mengetahui aku pergi keluar Jakarta pasti akan TIDAK DIIJINKAN. (Pejabat Kantor Wilayah dan Kantor Pusat sudah mengetahui bahwa akulah Penanggung Jawab Utama semua Fastel Pemilu yang menuju KPU).

Kemudian dengan gerak cepat aku mencoba menyelesaikan pembuatan Paspor sebagai prasyarat untuk membuat Visa dari Negara-negara yang akan dikunjungi yaitu Spanyol, Italia dan Perancis. Alhamdulillah semua dokumen sebagai persyaratan administrasi bisa aku selesaikan sesuai target waktunya dan akhirnya tanggal 27 April 1997 malam aku berangkat bersama beberapa rekan yang telah ditunjuk mengikuti Perjalanan Dinas ini menuju Madrid, Spanyol dengan menggunakan Air France. Selanjut nya pada tanggal 30 April 1997 terbang lagi menuju Milan, Italia dan pada tanggal 2 Mei 1997 terbang lagi menuju Paris, Perancis dan akhirnya pada tanggal 4 Mei 1997 terbang kembali ke Jakarta. 

Walaupun Perjalanan ini adalah Rahasia untuk-ku mengingat tanggung jawab yang cukup berat dan harus "sementara aku tinggalkan" akhirnya para Pejabat yang berkepentingan dengan Fastel Pemilu baik di Kantor Wilayah maupun Kantor Pusat mengetahui juga "Perjalanan Rahasia" yang aku lakukan. Maklum, yang harusnya di "konsinyir" hanya aku sendiri dari sekian banyak peserta perjalanan ini. Namun beliau-beliau memaklumi karena mengetahui aku mempersiapkan Fastel ini sejak tahun 1995 dengan diadakan Gladi beberapa kali dan akhirnya pelaksanaan Pemilu 1997 berhasil dengan Sukses dan penyaluran hasil perhitungan suara juga dapat dilaksanakan dengan cepat dan terkompulasi di KPU tanpa kendala sedikitpun.
Selengkapnya...

Rindu pada Blog-ku.

Tidak terasa waktu telah lama berjalan dan tidak terasa pula bahwa aku telah lama sekali "meninggalkan" Blog-ku ini. Namun dibalik ini semua aku merasakan "KEBANGGAAN" karena walaupun lama sekali tidak ada sentuhan posting baru pada Blog ini namun pengunjung tetap berdatangan baik yang sengaja singgah maupun yang mungkin "tidak sengaja" singgah di Blog-ku ini. 

Aku juga BANGGA sekali dengan Blog ku ini karena dari "FLAG COUNTER" yang aku pasang di Blog-ku ini ternyata sudah 82 (delapan puluh dua) Negara yang sudah menyinggahi Blog-ku ini. Terakhir yang singgah di Blog-ku ini adalah Blogger dari Vietnam dan Pengunjung yang terakhir yang "menyumbangkan" jejak bendera Negara nya adalah Blogger dari Colombia.

Dengan kondisi yang membanggakan ini, memicu aku untuk bisa menulis lagi di Blog ini untuk bisa menuliskan kembali "Rekam Jejak" saat aku masih bekerja dulu sampai dengan saat ini dikala aku sudah memasuki masa pensiun ku. Aku berterimakasih kepada semua teman-teman Blogger yang masih berkenan meluangkan waktu nya untuk singgah di Blog ini. Karena aku tahu sudah banyak Blog-Blog para sahabat Blogger lainnya yang kondisinya sama dengan Blog ku ini, terimakasih.
Selengkapnya...

Yang Aneh Tapi Nyata (2)

Ketika aku bertugas di KDJS, diawal aku mulai bekerja nampaknya situasi nya biasa-biasa saja. Hal-hal yang aneh mulai terasa ketika aku mulai bekerja sampai malam hari untuk menyelesaikan pekerjaan rutinku. Suasana terasa aneh umumnya menjelang datangnya waktu magrib, dimana saat-saat itu aku mulai mencium berbagai "wewangian" yang khas di sekitar ruang kerjaku dan tidak tercium di tempat lainnya.

Situasi ruang kerja juga "mendukung" munculnya rasa tidak nyaman, karena ruangan yang satu dan lainnya di sekat-sekat sehingga tidak bisa saling melihat dengan teman lain yang berada diruangan yang lain. Saat itu di lantai 5 dimana aku bekerja, ada ruang kerja Kasubdin Pemeljar dan Kasubdin Adlogjar beserta staf nya masing-masing.

"Kejutan" pertama yang aku alami, ketika disatu saat menjelang magrib, ketika aku sedang berdiskusi tentang pekerjaan dengan Asman Pemeljar beserta stafnya tiba-tiba seseorang yang awalnya tidak jelas lari dengan cepatnya meninggalkan ruangan di lantai lima. Usut punya usut rupanya dia lari karena katanya mencium bau yang aneh di ruangan kerja nya padahal orang ini sudah lebih dulu bekerja di lantai tersebut dibandingkan aku sehingga logika nya orang tersebut "seharusnya" sudah lebih "tegar" dibandingkan aku.

Demikian juga aku sering mencium bau "wewangian" tersebut di beberapa ruangan kerja dilantai lainnya di gedung yang sama. Menurut beberapa rekan yang sudah lama bekerja di gedung itu, muncul nya bau "wewangian" tersebut mulai muncul ketika ada seorang karyawan yang meninggal dunia mendadak karena sakit di salah satu lantai gedung tersebut.

Bau "wewangian" tersebut kemudian menghilang ketika ruangan kerjaku dan ruangan lainnya di renovasi sehingga ruangan kerja lebih "terbuka" dan lebih nyaman untuk bekerja. Namun gangguan untuk mengalami hal-hal yang aneh tidak berhenti begitu saja. Muncul lagi hal yang aneh ketika disuatu saat ada karyawan dari bagian lain meninggal dunia di sekitar kantor karena kecelakaan.

Hal-hal yang aneh mulai terjadi ketika kaum wanita mulai "ketakutan" kalau ke kamar kecil. Mereka kalau ke kamar kecil pasti "berombongan" walaupun disiang hari sekalipun. Aku sendiri mulai merasakan kalau di sore hari sesudah waktu Ashar sampai menjelang Magrib. Kalau mau ke kamar kecil dan kemudian mengambil wudhu mau shalat pasti merasakan sesuatu dan bulu kuduk pasti berdiri (untuk hal-hal seperti ini aku memang bisa "merasakan" tapi tidak bisa "melihat").

Selanjutnya, "gangguan" akan mulai muncul dalam arti sesungguhnya ketika aku melaksanakan shalat magrib diruang kerjaku. Ditengah aku shalat, selalu akan muncul ketukan di kaca jendela dari arah luar yang seperti diketuk dengan menggunakan koin uang logam yang terus menerus terdengar sampai aku selesai melaksanakan shalat bahkan terkadang sampai shalat sudah selesaipun masih terdengar. Kalau aku mendatangi arah suara itu terdengar, ketukan itu pasti berhenti tapi ketika aku meninggalkan jendela itu pasti terdengar ketukan itu lagi.

Entah apa maksudnya ketukan itu, tapi ketika kemudian aku mengatakan jangan mengganggu aku lagi karena alam kita sudah berbeda suara itu mulai menghilang. Selanjutnya munculnya hanya kadang-kadang saja dan terkadang hanya sebentar saja "mengetuk" jendela nya dan kemudian hilang sama sekali. Sampai kemudian aku dimutasikan ke bagian lain dan juga ruangannya lain dan sampai pensiun aku tidak pernah mengalami hal-hal yang Aneh tapi Nyata ini lagi.
Selengkapnya...

Trouble Shoting di "Pabrik Susu"

Mungkin kata "Kolam Susu" sudah tidak asing lagi untuk banyak orang, khususnya untuk para penggemar lagu-lagu dari Group Band Koes Plus, karena salah satu lagu nya yang menjadi Top Hits adalah lagu Kolam Susu. Nah, kalau "Pabrik Susu" yang aku maksudkan disini tidak ada hubungannya dengan lagu Kolam Susu nya Koes Plus, karena "Pabrik Susu" yang dimaksud ini hanya istilah atau sebutan canda kami yang pernah bekerja di lingkungan STO Gambir untuk salah satu Unit Kerja yang berada di lingkungan STO Gambir.

Sekitar tahun '90-an di STO Gambir sebagai STO yang besar, banyak sekali Unit Kerja yang berada dan bekerja di lingkungan ini yang semuanya masuk dalam struktur organisasi KDJP. Diantaranya adalah Unit Kerja Penerangan Lokal atau lebih dikenal dengan sebutan Penerangan/108 yang berada di bawah Subdin Penerangan Lokal (PenLok) dan Unit Kerja Telepon Antar Daerah atau lebih dikenal dengan sebutan Interlokal/100 yang dibawah Subdin Telepon Antar Daerah (Telanda).

Nah, dari kedua unit kerja inilah istilah "Pabrik Susu" muncul karena ke dua unit kerja ini petugas nya atau operator nya di dominasi oleh kaum wanita. Kalau suasana di ruang kerja ke dua unit kerja tersebut nyaris sama, karena tugas mereka memberikan pelayanan dengan menggunakan suara melalui perangkat khusus sejenis "switch board" sehingga disaat-saat tertentu mereka begitu jenuhnya bekerja dan harus istirahat setelah bekerja selama beberapa jam. Dan suatu hal yang lumrah, dalam kejenuhan bekerja apabila ada orang yang masuk ruangan kerja mereka khususnya kalau ada pria yang masuk akan menjadi perhatian mereka.

Hal ini pernah aku alami ketika pertama kali masuk ke salah satu ruangan kerja mereka, ketika akan memperbaiki sesuatu gangguan teknis. Dari mulai masuk ke ruangan sampai ke lokasi yang akan aku perbaiki dan bekerja untuk perbaikan, nyaris semua mata operator yang sedang bertugas memperhatikan aku. Risih juga dibuatnya, karena bekerja dan diperhatikan oleh banyak pasang mata wanita. Namun menjadi hal yang biasa ketika sudah sering masuk keruangan tersebut dan kenal dengan beberapa operator yang bertugas.

Sekarang sesuai dengan perkembangan teknologi dan perubahan organisasi, kedua Unit Kerja tersebut sudah tidak ada lagi. Pelayanan untuk informasi atau penerangan dilakukan oleh suatu unit kerja baru yang nampaknya karyawannya atau operatornya sudah gabungan antara pria dan wanita, jadi istilah "Pabrik Susu" hanya istilah untuk unit kerja dimasa lalu he he he ........ !
Selengkapnya...

"Membangkang" Perintah Big-Boz !

Saat aku masih bertugas di suatu Bagian yang bertugas untuk Pengoperasian & Pemeliharaan suatu perangkat akses, banyak sekali tugas yang aku harus kerjakan termasuk mengawasi pelaksanaan operasi & pemeliharaan agar sesuai dengan ketentuan dan performansi-nya tetap pada standard yang telah ditentukan termasuk pencapaian target-target performansi khususnya jaringan akses yang hasil akhirnya merupakan nilai performansi Kantor yang pencapaiannya bersaing dengan Kantor lainnya.

Dengan beban yang begitu besar, sudah bukan yang aneh kalau aku harus bekerja nyaris 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu (bener-bener jadi manusia yang workaholic). Untuk menunjang tugas sehari-hari, sudah biasa kalau setiap hari Jumat sore aku mendownload performansi selama minggu itu untuk selanjutnya di evaluasi yang aku kerjakan pada hari Sabtu dan Minggu kemudian mencoba memberikan rekomendasi untuk disampaikan di hari Senin berikutnya untuk rekan-rekan yang bertugas di lapangan baik yang performansi nya tercapai atau tidak tercapai.

Nah, disuatu Malam Minggu ketika aku sedang bekerja dengan data-data yang aku bawa dari kantor, aku menerima SMS dari Big-Boz yang isinya suatu "Perintah" untuk semua jajaran di Kantor-ku agar semuanya "Keluar" dari kantor untuk mendukung Program Pemasaran. Aku yang sedang mengevaluasi performansi unit kerjaku seperti "tersentak" membaca SMS ini, karena selain menjaga performansi unit kerja sendiri, unit kerjaku juga menjadi "Tulang-Punggung" untuk mendukung dan mensukseskan Kinerja Pemasaran.

Aku kemudian menjawab SMS itu dan menyampaikan kepada Big-Boz bahwa saat itu (mendekati tengah malam) aku sedang mengerjakan dan mengevaluasi performansi unit kerjaku, dan menyampaikan juga bahwa suatu hal yang mustahil kalau kami yang di "Garis Belakang" yang menyiapkan "Dukungan" untuk mensukseskan Program Pemasaran di "Garis Depan" diharuskan ikut keluar dan "mengabaikan" performansi lainnya yang juga menjadi target kinerja Kantor. Aku sampaikan juga, bahwa aku beserta teman-teman di unit kerjaku tetap akan mendukung Program Pemasaran tapi tidak akan keluar kantor untuk mendukung Pemasaran secara langsung (menjadi "marketers").

Dampak dari SMS-ku, pada hari Senin berikutnya kami semua dipanggil Big-Boz yang intinya membahas SMS-ku dan akhirnya Big-Boz memutuskan bahwa unit kerjaku tetap melakukan tugas rutin yang tidak kalah "berat"nya dengan target pemasaran dan tidak dilibatkan untuk menjadi tenaga "marketers" yang harus keluar dari kantor.
Selengkapnya...

Keluarga Besar "PON"

Selama bertugas dan bekerja di Palembang tentunya banyak yang aku alami yang bisa dijadikan kenangan bagi aku sendiri atau teman-teman lain yang juga pernah bekerja bersama di Palembang. Cerita tentang Keluarga Besar "PON" ini juga terjadi di Palembang, di saat awal-awal aku bekerja di kota ini, tapi kali ini yang aku ceritakan bukan yang aku alami sendiri tetapi tentang seorang teman yang saat itu bekerja di Kantor Daerah Telepon (KANDAPON) Palembang.

Cerita ini berawal dari "singkatan-singkatan" baku untuk sebutan nama Kantor dan Pejabatnya yang berlaku saat itu (tahun 1970-an). Saat itu nama Kantor Daerah Telepon (KANDAPON) atau sama dengan KANDATEL sekarang, dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang sebutannya adalah KAKANDAPON. Demikian juga tempat aku bekerja di Kantor Daerah Telegrap & Telex (KANDATEX) dipimpin oleh KAKANDATEX.

Ketika suatu saat salah satu temanku yang bekerja di KANDAPON saat itu "memacari" salah satu putri-nya KAKANDAPON, mulailah istilah-istilah baru bermunculan menyesuaikan dengan kondisi saat itu. Karena sebutan KAKANDA (Kepala Kantor Daerah) yang bisa diartikan juga untuk sebutan kepada seorang Kakak Laki-Laki, maka kemudian muncullah istilah-istilah baru yaitu "IBUNDAPON" untuk sang istri KAKANDAPON dan Ibu nya sang Putri KAKANDAPON dan "ANANDAPON" untuk sang putri KAKANDAPON dan temanku sendiri mendapat sebutan baru sebagai "MANTUPON" sebagai calon mantu pak KAKANDAPON he he he .... !

Saat mereka pacaran aman-aman saja, namun suatu saat timbul masalah untuk temanku ketika mendapat berita bahwa dia akan di mutasikan ke Surabaya. Secara Kedinasan tidak ada masalah, karena setiap tahun saat itu selalu ada pegawai baru yang baru lulus dari pendidikan dan siap menggantikan siapa saja yang akan di mutasi. Namun untuk temanku ini, menjadi masalah ketika temannya satu angkatan yang bertugas di Jambi sudah mutasi ke Surabaya. Usut punya usut, ternyata setelah di check SK (Surat Keputusan) mutasi sudah ada dan "tertahan" di meja sang "KAKANDAPON".

Suatu hal yang manusiawi kalau sang "KAKANDAPON" yang juga merangkap sebagai Ayah dari seorang putri yang berpacaran sudah lama dengan seorang bawahannya tentunya berharap sang "ANANDAPON" tidak dikecewakan atau di sia-siakan oleh sang Calon "MANTUPON" dan tentunya juga berharap adanya "keseriusan atau kesungguhan" dari sang "MANTUPON" tentang hubungan yang sudah terjalin dengan putrinya. Namun masalah Pribadi akhirnya menjadi masalah "Kedinasan", dengan tertahannya SK Mutasi untuk sang Calon "MANTUPON".

Akhirnya setelah berkonsultasi dengan kita-kita sebagai teman, temanku itu membicarakan dengan keluarganya dan akhirnya diputuskan untuk melamar Putri Sang KAKANDAPON dan setelah melakukan Pertunangan akhirnya SK Mutasi tersebut diserahkan sehingga temanku bisa melaksanakan mutasi ke Surabaya. Akhir dari cerita ini adalah HAPPY ENDING karena tidak lama setelah mutasi ke Surabaya dan setelah Putri dari KAKANDAPON tersebut juga sudah menyelesaikan sekolahnya, mereka kemudian resmi menikah dan Alhamdulillah temanku itu sekarang sudah punya beberapa orang cucu hanya saja dalam Keluarga Besar "PON" ini tidak sempat muncul istilah "CUCUPON" atau "CICITPON" karena Sang KAKANDAPON akhirnya juga melaksanakan mutasi dari Palembang.
Selengkapnya...

Di-Isengin Teman Sentral

Diawal-awal ketika aku mulai bekerja di Palembang ditahun 1974, untuk komunikasi telepon sudah menggunakan sistim Sentral Telepon Otomat, yang saat itu menggunakan sentral telepon type ARF-xxx (type lengkapnya aku lupa) untuk Sentral Lokal-nya dan type ARM-xxx untuk Sentral SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh). Namun untuk sentral SLJJ nya belum difungsikan karena sistem transmisi yang digunakan saat itu Trans Sumatra Microwave (TSMW) belum selesai seluruh pembangunannya, sehingga untuk komunikasi SLJJ dilakukan secara manual dengan menggunakan jasa operator yang lebih dikenal dengan sebutan Interlokal (100).

Nah, cerita tentang "Diisengin Teman Sentral" ini berawal ketika aku yang bekerja di Sentral Telex Kantor Telegrap & Telex (KANDATEX) Palembang, kebagian masuk Dinas Siang sedangkan teman-teman lain yang tinggal serumah yang bekerja di Sentral ARM dan di Dinas Luar (Dinas Jaringan Akses sebutan sekarang) Kantor Daerah Telepon (KANDAPON) Palembang dan Stasiun Radio Microwave (SROM) Palembang masuk Dinas Pagi semua.

Risiko yang masuk Dinas Siang, kebagian untuk bersih-bersih rumah dan menyiapkan nasi untuk makan siang teman-teman yang masuk Dinas Pagi. Setelah selesai beres-beres, biasanya aku menghubungi atau ngobrol dengan teman teman baik cowok maupun cewek melalui telepon yang ada dirumah. Kebetulan dirumah kontrakan, kami diberikan fasilitas Telepon Dinas, karena "kebetulan" kami saat itu merupakan "pejabat-pejabat" kecil yang bertanggung jawab atas kelancaran telekomunikasi di Kota Palembang dan sekitarnya sehingga harus siap dan stand-by 24 jam penuh bila ada masalah atau gangguan teknis.

Suatu saat ketika aku sedang bicara dengan seorang teman cewek, tiba-tiba tersambung dengan pembicaraan lain yang juga cowok dan cewek. Aku kaget karena kejadiannya tiba-tiba sekali, dan sebagai "orang teknis" aku langsung berpikir pasti ada gangguan yang menyebabkan terjadi nya percakapan saling-silang (cross connection) tersebut. Saat itu aku berpikir pasti ada masalah dengan jaringan dan tidak terpikir masalah datangnya dari sentral karena saat itu sentral telepon yang digunakan masih relatif baru pengoperasiannya.

Namun kemudian "rahasia" terjadi nya "percakapan saling-silang (cross connection)" yang aku alami "terbuka" ketika aku beberapa kali dicandain oleh teman-teman yang bekerja di sentral. Dengan kemampuan teknis mereka dan juga fasilitas teknis yang ada pada sentral, rupanya dimanfaatkan oleh teman-teman di sentral untuk ngerjain aku. Dan rupanya teman-teman yang bekerja di Jaringan juga ada yang "dikerjain", maklum saat itu kami semua masih bujangan jadi saling "ngeledek" menjadi hal yang biasa. Selanjutnya, kalau sedang dirumah dan aku memakai telepon harus selalu waspada supaya tidak "dikerjain" teman-teman sentral lagi.
Selengkapnya...

Yang Aneh Tapi Nyata (1)

Selama 34 tahun bekerja, tentunya banyak sekali aku menemui banyak hal baik yang biasa-biasa saja atau yang "aneh-aneh". Kalau yang biasa-biasa saja mungkin banyak orang yang mengalami hal yang sama tapi kalau hal yang aneh-aneh belum tentu semua orang mengalaminya. Kalaupun mengalaminya, mungkin versinya sedikit berbeda.

Hal pertama yang aneh aku temui, ketika aku bekerja untuk pertama kali di KANDATEX (Kantor Daerah Telegrap & Telex) Palembang, disaat aku melaksanakan Dinas Malam pertama. Cerita lengkap nya pernah aku tuliskan di Blog ini (disini). Walaupun sedikit "menegangkan" tetapi kejadian tersebut tidak pernah aku alami lagi, padahal lokasi tempat aku bekerja saat itu di Gedung yang cukup tua (dibangun sejak jaman Belanda), landasan atau lantai sentral-nya saja masih menggunakan Kayu namun masih sangat kuat untuk menahan beban beratnya sentral dan manusianya.

Kemudian ketika aku mutasi ke WITEL-IV Jakarta (waktu itu) dan penugasan pertama di Sentral Telex Jatinegara-2 atau lebih dikenal dengan sebutan STO Prumpung yang sekarang lebih dikenal sebagai kantor/gedung eks KANDATEL Jakarta Timur. Walaupun saat itu, STO JNG-2 (JT-2) masih sepi karena petugas yang bertugas di STO itu hanya petugas Sentral Telex dan rekan-rekan dari Dinas Jaringan saja karena untuk petugas Sentral Telepon (saat itu Sentral Telepon masih menggunakan type PRX dan EWSD) dan petugas Transmisi HAS tidak ada, karena perangkatnya adalah perangkat yang Un-Attended, tapi relatif aman-aman saja dan aku tidak pernah menemukan hal-hal yang aneh-aneh saat bekerja.

Nah, ketika aku di mutasi ke STO Gambir mulailah aku "mendengar" cerita yang "aneh-aneh" tentang kejadian-kejadian yang di luar akal sehat. Dimulai dari cerita petugas Multiplex Analog di lantai 6 Gedung-B STO Gambir yang dinas malam melihat "paha orang" setinggi lantai 6 sampai dengan cerita para petugas Pengamanan kalau ber patroli lewat di samping kanan STO selalu ada yang "melempari" batu, batunya ada tapi yang melemparnya selalu tidak pernah diketahui.

Yang aku paling ingat ketika ada musibah dengan Sentral EMD yang ambruk saat akan dibongkar. Secara akal sehat dan logika, sentral tersebut tidak mungkin ambruk karena selain memang "besar dan berat" juga dudukan atau pegangan sentral di lantai maupun antar rack juga sangat kuat. Hampir setiap hari aku masuk ke ruangan sentral tersebut yang sudah tidak aktif lagi (sudah off) karena ada satu unit kerja di bawah tanggung jawab ku berada disalah satu sudut ruangan sentral tua tersebut jadi aku bisa "memprediksi" kekuatan sentral tersebut.

Tapi yang namanya musibah, sentral yang besar dan berat itu bisa ambruk di saat petugas yang membongkar sedang istirahat. Memang beberapa rack sudah di lepaskan baut-baut pengikat di lantai (aku tidak tahu persis rencana teknis pembongkaran sentral tersebut) tapi dibagian atas, antar rack masih terikat kuat. Menurut cerita yang ada di lokasi, ada yang melihat muncul makhluk hitam yang lebih tinggi dari manusia tiba-tiba datang dan mendorong rack yang paling pinggir dan dengan "effek domino" maka semua rack yang ada disampingnya ambruk karena "beban berat" dari setiap rack yang ambruk dan makhluk terssebut langsung "menghilang" ketika semua rack sudah ambruk.

Keanehan selanjutnya, ketika beberapa Pejabat dari Kantor WITEL meninjau lokasi dan akan melihat konstruksi lantai dari bawah sentral yang ambruk karena dikuatirkan lantai akan retak dengan jatuhnya sentral yang sangat berat dari ruang MDF yang letaknya tepat di bawah sentral tersebut, tiba-tiba terdengar ada suara ketukan dari lantai atas seolah-olah ada yang masih bekerja di lokasi sentral yang ambruk. Langsung ada rekan yang mengechek ke ruangan sentral tapi tidak diketemukan ada orang sama sekali apalagi ada yang masih bekerja. Aneh tapi nyata, dan lantai sentral juga tidak mengalami retak sama sekali walaupun mengalami "hantaman" yang sangat kuat dengan ambruknya sentral EMD tersebut.
Selengkapnya...